Oleh: Ummu Al-Fatih
Freelance Writer
CemerlangMedia.Com — Ketika menuntut ilmu, ada etika dan adab yang harus diketahui oleh para penuntut ilmu. Adab ini merupakan cerminan akal seseorang. Ketinggian adab seseorang akan menunjukkan kecerdasan akalnya.
Seorang penuntut ilmu hendaknya membersihkan hatinya dari akidah yang buruk, hasad, iri, dan dengki. Kemudian memanfaatkan waktu semaksimal mungkin dan mengaturnya sebaik mungkin.
Dalam kitab Tadzkiratus Sami’ Wal Mutakallim karya al-Imam al-Qadhi Badruddin Ibnu Jamaah menjelaskan beberapa bidang pembahasan tentang adab. Pertama, adab ahli ilmu (guru) terhadap dirinya. Kedua, adab guru terhadap murid. Ketiga, adab murid terhadap diri sendiri. Keempat, adab murid terhadap ilmu. Kelima, adab murid kepada buku dan madrasah (sekolah).
Terkait adab penuntut ilmu terhadap guru, al-Imam al-Qadhi Badruddin Ibnu Jamaah menjelaskan tentang adab seorang murid atau para penuntut ilmu terhadap guru agar ilmu yang diterima menjadi berkah. Adab tersebut patut menjadi pedoman bagi kita.
Pertama, menunjukkan adab tertinggi. Seorang murid atau penuntut ilmu hendaknya menunjukkan adab dan akhlak yang baik terhadap guru. Seorang penuntut ilmu tidak boleh membanding-bandingkan antara guru yang satu dengan yang lain dengan mengatakan, “Kata guru A begini” atau kalimat yang senada dengan itu.
Kedua, senantiasa mengingat keutamaan guru. Para penuntut ilmu janganlah membicarakan pemberi ilmu (guru) ketika di belakangnya.
Ketiga, berterima kasih dengan senantiasa mendoakan guru. Seorang penuntut ilmu hendaklah senantiasa mendoakan kebaikan untuk guru agar keberkahan ilmu didapatkannya.
Kempat, berbicara sebaik mungkin dengan guru. Seorang penuntut ilmu (murid) tidak boleh mengatakan “mengapa, apa alasannya, siapa yang mengatakan” atau kalimat senada dengan itu dengan maksud meragukan kredibilitas guru.
Kelima, tidak mendahului atau memotong perkataan guru ketika memberikan pengajaran. Meskipun para penuntut ilmu telah mengetahui ilmu yang diberikan, ia tidak boleh merasa lebih tahu dan lebih paham. Cukup dengarkan dan pahami ilmu yang diberikan.
Keenam, menerima semua pemberian guru dengan tangan kanan.
Ketujuh, berjalan di belakang guru saat siang hari dan di depannya pada malam hari. Hal ini menyesuaikan kondisi, demi keamanan guru.
Penting pula dipahami oleh para penuntut ilmu, janganlah sesekali kita membicarakan kekurangan guru, membuka aibnya, apalagi menyebarkannya. Para guru telah memberikan waktu terbaiknya untuk mengajarkan ilmu, bahkan membantu persoalan hidup kita agar bisa diselesaikan dengan Islam.
Mendapatkan nasihat dan kucuran ilmu dari guru adalah sesuatu yang tidak ternilai harganya. Sebab, ilmu akan menyelamatkan hidup kita di dunia dan akhirat. Hormati guru dan muliakan ia. Semoga Allah tidak hanya mengumpulkan kita dengan guru di dunia, tetapi juga di surga-Nya yang indah. Aamiin. Wallahualam bissawab. [CM/NA]