Cahaya di Ujung Pena

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Refatul Amalia
(Siswi SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan)

CemerlangMedia.Com — Di SMA Nusa Bangsa, gedung menjulang tinggi dan hiruk pikuk remaja memenuhi lorong-lorong. Hilmi merupakan salah satu siswa yang dikenal dengan ketekunan dan prestasinya. Namun, di balik semangat belajarnya, Hilmi menyimpan beban berat.

Tekanan akademik yang tinggi membuatnya merasa terkekang. Hidupnya terasa monoton. Ia rindu masa-masa sekolah dasar dengan suasana belajar yang terasa menyenangkan dan penuh tawa bersama teman-teman.

“Hilmi, kamu kok keliatan lesu banget, kenapa? Ada masalah?” tanya Arsyi, sahabat Hilmi, saat mereka sedang berjalan menuju kelas.

“Ah, biasalah, Syi. Lagi pusing mikirin ujian besok,” jawab Hilmi dengan nada lesu.

“Iya, sih. Aku juga sedang memikirkan ujian besok, tetapi kamu harus tetap semangat! Jangan lupa untuk cari waktu buat ngelakuin hal yang kamu suka, biar gak stres terus. Ingat, Allah Swt. selalu bersama kita dan Dia selalu memberikan jalan keluar bagi setiap kesulitan,” saran Arsyi.

Setiap hari, Hilmi disibukkan dengan pelajaran, tugas, dan ujian. Ia merasa kehidupannya sangat monoton dan kehilangan kesempatan untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya. Suatu hari, di kelas Bahasa Indonesia, Bu Indri, guru mereka memberikan tugas untuk menulis tentang mimpi dan cita-cita. Hilmi merasa bingung.

“Bu, saya bingung mau nulis apa,” ucap Hilmi pada Bu Indri.

“Tulis mimpi atau cita-cita kamu! Hidup ini seperti sebuah perjalanan. Jangan hanya fokus pada tujuan, nikmatilah setiap langkahnya,” ucap Bu Indri.

Saat Hilmi sedang duduk termenung, dia melihat seorang siswi kelas XII sedang menggambar di depan kelas. Siswi itu bernama Raya dan dikenal dengan bakat menggambarnya. Hilmi penasaran, dia pun menghampiri Raya.

Hai, Raya! Kamu sedang menggambar apa?” tanya Hilmi.

“Oh… Hai, Hilmi! Aku sedang menggambar langit,” jawab Raya sambil tersenyum.

Wah, keren sekali Raya, kamu sangat suka menggambar, ya?” tanya Hilmi.

“Iya, aku ingin menjadi seorang seniman terkenal, melukis karya-karya yang menginspirasi banyak orang. Semoga karya-karyaku bisa bermanfaat untuk orang banyak,” jawab Raya dengan penuh semangat.

Hilmi tertegun mendengar jawaban Raya. Dia merasa terinspirasi oleh semangat dan tekad Raya. Dia menyadari bahwa hidup ini tidak hanya tentang nilai dan ranking, tetapi juga tentang mengejar mimpi dan cita-cita, serta selalu berusaha untuk bermanfaat bagi orang lain.

“Raya, aku ada tugas dari Bu Indri untuk menulis tentang mimpi dan cita-cita, tetapi aku tidak tau, apa yang ingin aku tulis,” ucap Hilmi.

“Tulis saja apa yang kamu impikan, Hilmi,” jawab Raya.

“Tulis apa yang ingin kamu capai dalam hidup ini dan bagaimana kamu bisa bermanfaat bagi orang lain. Ingat, Allah Swt. selalu meridai orang-orang yang berniat baik dan ingin bermanfaat bagi sesama.”

Hilmi pun terinspirasi oleh perkataan Raya. Dia mulai menulis tentang mimpi dan cita-citanya untuk menjadi seorang penulis, berbagi kisah dan inspirasi kepada orang lain, serta menyebarkan pesan-pesan kebaikan. Dia menulis dengan semangat, melupakan semua tekanan yang pernah dia rasakan.

Sejak saat itu, Hilmi mulai menemukan kebahagiaan dalam mengekspresikan dirinya melalui tulisan. Dia menyadari bahwa setiap kata yang dia tulis memiliki kekuatan untuk menginspirasi dan memengaruhi orang lain. Dengan semangat dan tekad yang baru, Hilmi mulai mengejar impian untuk menjadi seorang penulis yang sukses dan bermanfaat bagi orang lain.

Setiap hari setelah pulang sekolah, Hilmi selalu menyusun kata-kata dengan penuh semangat. Dia menulis tentang pengalaman hidupnya, tentang mimpi dan cita-citanya, juga tentang kehidupan remaja di SMA.

“Hilmi, kamu makin semangat aja nulis. Cerita apa yang lagi kamu tulis?” tanya Arsyi saat mereka bertemu di perpustakaan.

“Aku lagi menulis tentang pengalaman hidupku. Rasanya seru banget bisa menuangkan semua isi hatiku ke dalam tulisan,” jawab Hilmi dengan penuh semangat.

Wah, keren! Aku juga pengen menulis, tetapi aku gak tau mau menulis apa,” kata Arsyi.

“Kamu bisa bantu aku ngasih ide gak?” sambung Arsyi.

“Tentu dong! Kita bisa saling berbagi ide dan belajar bersama. Ingat, Allah Swt. selalu memberikan kesempatan dan inspirasi bagi orang-orang yang mau berusaha,” jawab Hilmi.

“Aku yakin, kamu juga punya banyak cerita menarik yang bisa kamu tulis,” ucap Hilmi.

Hilmi mulai aktif dalam kegiatan di sekolah, mengikuti lomba menulis, menjadi editor majalah sekolah, dan bahkan memberanikan diri untuk membacakan puisi di acara sekolah. Semangatnya menular kepada teman-temannya membuat atmosfer sekolah menjadi lebih berwarna dan inspiratif.

“Hilmi, kamu hebat banget! Puisi kamu bagus banget,” puji Arsyi setelah Hilmi membacakan puisi di acara sekolah.

“Aku salut sama kamu, kamu berani dan gak takut untuk tampil di depan orang banyak,” ucap Arsyi bangga.

Alhamdulillah, Terima kasih Arsyi. Kamu juga harus berani. Ingat, Allah Swt. selalu memberikan kekuatan dan keberanian bagi orang-orang yang mau berusaha,” jawab Hilmi.

Suatu hari, Hilmi mendengar pengumuman tentang lomba menulis tingkat nasional. Ia tertarik untuk mengikuti lomba tersebut.

Ia merasa, ini adalah kesempatan yang baik untuk mengasah kemampuan menulisnya dan berbagi pesan-pesan kebaikan kepada lebih banyak orang. Namun, Hilmi merasa sedikit khawatir karena ia mendengar bahwa saingannya adalah seorang siswi kelas XII yang terkenal dengan kemampuan menulisnya yang luar biasa.

Hilmi mulai berlatih menulis dengan giat. Ia membaca banyak buku, mengikuti workshop menulis, dan berdiskusi dengan guru Bahasa Indonesianya. Ia juga selalu berdoa kepada Allah Swt. agar diberikan kekuatan dan kemudahan dalam menulis.

“Ya Allah, berikanlah aku kekuatan dan kemudahan untuk menulis. Berikanlah aku inspirasi untuk menghasilkan karya yang bermanfaat bagi orang lain,” doanya.

Hilmi juga berteman baik dengan saingannya, Zeina. Zeina memang terkenal dengan kemampuan menulisnya yang luar biasa. Ia juga dikenal sebagai pribadi yang ramah dan rendah hati. Hilmi dan Zeina sering berdiskusi tentang tema lomba dan saling memberi masukan.

“Zei, menurut kamu bagaimana kalau aku menulis tentang pentingnya menjaga silaturahmi dalam Islam?” tanya Hilmi.

Wah, ide bagus, Hil. Aku juga lagi mikirin tema yang serupa,” jawab Zeina. “Bagaimana kalau kita saling memberi masukan dan bertukar ide?”

Hilmi merasa lega karena Zeina bersedia untuk berkolaborasi dengannya. Ia menyadari bahwa persaingan tidak harus selalu diwarnai dengan ego dan keegoisan. Ia bisa belajar dari Zeina dan saling mendukung untuk menghasilkan karya terbaik.

Hari lomba pun tiba. Hilmi dan Zeina sama-sama gugup, tetapi mereka tetap berusaha untuk tenang dan fokus. Mereka saling memberi semangat dan mendoakan satu sama lain.

“Semoga Allah Swt. meridai usaha kita,” kata Hilmi.
“Aamiin,” jawab Zeina.

Setelah melalui proses penilaian yang ketat, akhirnya diumumkan bahwa Hilmi dan Zeina sama-sama menjadi juara. Mereka berdua merasa senang dan bersyukur karena Allah Swt. telah meridai usaha mereka.

Mereka menyadari bahwa persaingan tidak harus selalu diwarnai dengan ego dan keegoisan. Mereka bisa belajar dari satu sama lain dan saling mendukung untuk menghasilkan karya terbaik.

Kemenangan Hilmi dalam lomba menulis menjadi titik balik dalam hidupnya. Ia makin yakin untuk mengejar impiannya menjadi seorang penulis. Ia juga mulai menyadari bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari nilai dan rangking, tetapi juga dari kontribusi dan manfaat yang diberikan kepada orang lain.

Hilmi pun makin giat menulis. Ia menulis berbagai jenis tulisan, mulai dari cerpen, puisi, hingga essai. Ia juga aktif menulis di blog dan media sosial, berbagi cerita dan inspirasi kepada pembaca.

Hilmi juga mulai aktif dalam kegiatan sosial. Ia bergabung dengan komunitas menulis dan membantu anak-anak kurang mampu untuk belajar menulis. Ia merasa bahagia karena dapat berbagi ilmu dan pengalamannya dengan orang lain.

Pada akhirnya, saat lulus dari SMA Nusa Bangsa, Hilmi berhasil mewujudkan mimpi dan cita-citanya. Ia diterima di salah satu perguruan tinggi terkemuka untuk jurusan sastra dan mulai meniti karirnya sebagai penulis. Semangat dan tekadnya untuk mengejar mimpi telah membawanya jauh, membuktikan bahwa dengan keyakinan dan kerja keras, mimpi bisa menjadi kenyataan.

Hilmi merasa bangga dengan pencapaiannya, tetapi ia tidak melupakan masa-masa sekolahnya di SMA Nusa Bangsa. Ia menyadari bahwa pengalaman di sekolah, baik suka maupun duka telah membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih kuat dan tangguh.

Hilmi sering mengunjungi sekolah lamanya, berbagi pengalaman dan inspirasi kepada siswa-siswi yang masih bersekolah di sana. Ia ingin menunjukkan bahwa mimpi dan cita-cita bisa diraih dengan kerja keras dan semangat yang pantang menyerah. Ia juga ingin memotivasi mereka untuk berani mengeksplorasi minat dan bakat yang mereka miliki.

Hilmi percaya bahwa setiap orang memiliki potensi dan talenta yang unik. Ia ingin membantu mereka menemukan potensi tersebut dan mengembangkannya menjadi sesuatu yang luar biasa. Ia berharap bahwa kisah hidupnya dapat menginspirasi mereka untuk berani bermimpi, berani berjuang, dan berani meraih mimpi-mimpi mereka.

“Ingatlah, Adik-Adik,” kata Hilmi kepada para siswa dan siswi di SMA Nusa Bangsa, “Kalian semua adalah ciptaan Allah Swt. yang memiliki potensi luar biasa. Jangan pernah menyerah untuk mengejar mimpi kalian. Berdoalah, berusaha, dan teruslah belajar karena dengan izin Allah Swt., mimpi kalian pasti akan terwujud.”

Hilmi pun melanjutkan perjalanannya sebagai seorang penulis, berbagi cerita dan inspirasi kepada dunia, dengan selalu mengingat pesan Bu Indri. “Hidup ini seperti sebuah perjalanan. Jangan hanya fokus pada tujuan, nikmatilah setiap langkahnya.” [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : [email protected]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *