Oleh: Nadia Rahmadhani
(Siswi Kelas 10 Ruang 5, SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan)
CemerlangMedia.Com — Sebelum memulai cerita, saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Nadia Rahmadhani, saya lahir di Kota Sampit dan sekolah di SMAN 1 MHS.
Pelajaran P5 adalah pelajaran yang setiap mempelajarinya akan ada praktik. Nah, 2 bulan yang lalu, kami melakukan praktik tentang membuat kerajinan tangan dari tempurung. Saya bersama anggota kelompok ingin membuat tas dari tempurung.
Saya dan teman-teman pun mencari tempurung bekas untuk digunakan sebagai bahan membuat tas dari tempurung. Setelah terkumpul banyak, kami pun segera bekerja. Mula-mula, kami memotong tempurung agar berbentuk lingkaran, motif yang kami inginkan adalah lingkaran, persegi, dan segitiga.
Setelah sekian lama bekerja, kami baru bisa menghasilkan 5 lingkaran. Kami merasa lelah dan berniat ingin membeli tas tempurung saja agar tidak terlalu membuang tenaga.
Kami mulai mengumpulkan uang, per orangnya Rp10 ribu. Setelah semua terkumpul, yakni Rp100 ribu, kami pun segera membeli tas tempurung melalui aplikasi oren. Kami pun menunggu selama kurang lebih 14 harian, akhirnya kami bisa bersantai tanpa membuang tenaga.
Setelah tas tempurung itu datang, teman saya segera mengambilnya untuk dibawa ke sekolah besok. Kami langsung mengumpulkan tas tempurung itu. Guru pembimbing P5 terkejut karena hasil tasnya bagus. Guru memuji kami, padahal barang yang dipuji bukan buatan kami, melainkan dibeli.
Selain praktik membuat tempurung, kami juga melakukan P5 kewirausahaan. Sebelum memulai praktik, kami dibagi per kelompok, setiap kelompok berjumlah 8 orang. Saya kelompok pertama. Kami mulai membicarakan apa yang akan dibuat untuk dijual di area sekolah.
Kami berniat membuat es campur. Setelah itu, kami mengumpulkan uang, per orang Rp5 ribu. Setelah semuanya terkumpul, kami akan membeli bahan-bahannya setelah pulang sekolah.
Saat jam pulang tiba, kami segera pergi ke toko untuk membeli bahan-bahan. Sesampainya di sekolah dan jam pelajaran P5 sudah mulai, kami segera mulai membuat es campur.
Saya melihat kelompok teman-teman yang lain, mereka sangat bersemangat dalam praktik ini. Setelah es campur kami jadi, saya segera menyuruh teman untuk membawakan meja dan kursi ke ruang kewirausahaan.
Kami pun mulai menjual es campur, 1 gelasnya seharga Rp10 ribu. Jualan kami pun laris manis karena pada hari itu matahari sangat panas banget, beda dari biasanya. Maklum, musim kemarau membuat orang-orang di sekolah tidak sanggup menahan panasnya matahari.
Kebanyakan yang membeli jualan kami adalah orang-orang yang selesai olahraga. Jualan kami pun cepat habis. Kami pun sangat bersyukur karena tidak terlalu lama menunggu.
Dan jumlah penghasilan kami pun sangat banyak, yakni Rp300 ribu. Setelah kami mendapatkan untung, uang itu tidak langsung dibagi, melainkan disimpan untuk praktik selanjutnya.
Beberapa hari kemudian, kami melakukan tugas membuat video pengenalan lingkungan sekolah. Di sini, kami memulainya dari pintu gerbang, setelah itu kami lanjutkan ke musala dan seterusnya. Ketika kami sedang membuat video, ternyata teman saya malah berdiam diri di kantin, padahal dia ikut kelompok saya. Nama mereka pun tidak dibuat di dalam video tersebut karena kami panas-panasan dia malah bersantai. [CM/NA]