The Great Mom

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Diyah Rahayu

CemerlangMedia.Com — Kulihat ibu tertidur pulas dengan senyum manis di sudut bibirnya. Gurat di wajahnya terlihat letih sekali.

“Ya Allah, cantik sekali ibuku, terlihat bersih dan bersinar.” Aku menatap wajah ibu. Rasanya hatiku bergetar dan ingin menangis.

Melihat kondisi ibu yang sudah mulai menua dan renta, tanpa terasa air mataku berlinang membasahi pipi. Bahkan, hati kecilku bisa merasakan jika kondisi ibu saat ini sedang tidak baik-baik saja. Terlihat sekali dari badannya yang makin kurus dan kulitnya mulai mengendor karena berapa bulan ini ibu sering sakit dan kesehatannya menurun.

Pagi ini aku menemani ibu di kamar kesayanganya. Ibu paling suka jika anaknya ada di sampingnya. Ia akan bercerita ke sana ke mari, tetapi terkadang tidak jelas arah ceritanya. Maklum, ibu sudah sepuh, umurnya sudah mencapai kepala delapan. Ya, ibuku sudah berumur 85 tahun.

Aku bersyukur sekali memiliki ibu yang luar biasa dan super strong. Di usia yang sudah sangat sepuh, ibu masih kuat dan semangat menjalani hidup, walau kulihat langkahnya makin rapuh.

Masih tergiang di telingaku, bagaimana ibu bercerita kepadaku hingga ia kelelahan dan tertidur lelap. Ibu sangat menyimpan rahasia masa lalunya rapat-rapat hingga aku sebesar sekarang dan punya keluarga, ibu tidak pernah sekalipun bercerita kepada anak-anaknya tentang kisah hidupnya.

Bagiku, ibu adalah sosok yang kuat dan pekerja keras. Itulah yang selalu ia tunjukkan kepadaku dan anak-anak yang lainya.

“Nduk, ibumu ini mulai lahir ditinggal ayah. Umur 2 hari, ayah sudah pergi meninggalkan ibu dan sampai sekarang ibu tidak pernah sekalipun melihat wajah ayah.”

Kulihat air matanya berlinang dengan sedikit sesenggukan. Sambil meneruskan ceritanya, ibu berusaha menenangkan perasaannya. Rasanya hatiku teriris mendengar cerita ibu yang penuh dengan kesedihan, sambil berbaring di atas tempat tidurnya. Sesekali ibu menyeka air mata yang membasahi pipinya.

“Eyang Kakungmu itu adalah sosok yang gagah juga ganteng. Dia masih ada turunan darah ningrat, tetapi sayang, suka nikah.”

Ibu melanjutkan ceritanya dengan nada yang gemetar menahan rasa sedih. Aku sebagai anak ikut merasakan bagaimana penderitaaan yang ibu rasakan. Ibu dibesarkan oleh eyang putri tanpa seorang suami. Bagaimana perjuangannya, yang jelas, masa kecil ibu sangatlah keras karena yang aku tahu, eyang putri itu orangnya keras dan sudah pasti mendidik ibu dengan keras juga.

Cerita ibu pagi ini sangat menggetarkan hatiku. Mengapa di saat usia tuanya yang makin rapuh, ibu ingat lagi kenangan pahit masa lalunya. Sosok ayah yang ia inginkan tidak pernah ada dalam kehidupan masa kecilnya. Ibu tumbuh dalam didikan eyang putri yang sangat ortodoks dan sedikit ekstrem, tetapi sangat menyayanginya. Hari- hari ibu mungkin sangatlah sulit karena tanpa sosok seorang ayah yang mendampinginya.

Selama menjadi anak, yang aku tahu, ibu adalah sosok wanita berwatak keras dan disiplin. Masih teringat dengan jelas masa-masa kecil dahulu, ibu selalu mendidik kami dengan taat peraturan. Ibu seorang yang sangat keras pendiriannya. Apa pun yang ibu terapkan dalam keluarga, kami sebagai anak-anak harus menurut.

Sebagai contoh, ibu selalu membiasakan anak-anaknya bangun pagi sebelum ayam jantan berkokok. Kenangan itu menjadi sebuah kebiasaan hingga sekarang. Semua anak-anaknya tidak pernah ada yang bangunnya kesiangan.

Sebagai seorang istri dari abdi negara, bagi saya, ibu adalah wanita hebat. Masih sangat teringat di memori saya, bagaimana ibu menjadi pahlawan super hero bagi keluarga. Walaupun ayah seorang anggota TNI yang mempunyai penghasilan setiap bulan, tetapi ibu terus bekerja keras dengan mencari tambahan penghasilan untuk membesarkan anak-anaknya. Segala usaha ibu lakukan hanya demi kelangsungan hidup anak-anaknya.

Aku adalah anak nomor 5 dari 6 bersaudara yang merasakan bagaimana kerasnya hidup waktu itu. Di tambah bapak yang seorang anggota TNI, nyaris tidak ada waktu untuk bermain dengan kami. Kehidupan yang kami jalani setiap hari penuh dengan segala aturan dan tata krama yang harus di patuhi.

Mulai bangun pagi lebih awal, salat malam, membereskan semua pekerjaan rumah, membantu ibu menyiapkan makanan dan memasak aneka masakan untuk warung nasi hingga semuanya selesai, barulah kami boleh berangkat sekolah. Siang hari pulang sekolah, harus tepat waktu dan masih banyak pekerjaan rumah yang harus saya selesaikan hingga sore hari.

Ibu mempunyai usaha warung nasi di depan rumah yang kebetulan tempatnya berhadapan dengan kantor kecamatan. Usaha itulah yang ibu tekuni dalam membantu menopang perekonomian ayah untuk membiayai anak-anaknya sekolah. Ibu adalah sosok yang tidak pernah mengeluh, selalu ikhlas dengan segenap jiwa raga dan tenaganya memberikan support untuk kebahagiaan keluarga kecil kami.

Bukan hanya berjualan saja, ibu juga membuat berbagai makanan yang dititipkan di warung. Masih banyak keterampilan ibu yang lain, seperti membuat strimin ataupun merangkai hiasan dari hasil laut, seperti kerang- kerang yang dirangkai menjadi sebuah hiasan dinding.

Bagiku, ibu adalah seorang yang luar biasa. Masyaallah. Ibu bukan hanya pandai dalam hal mencari rezeki, tetapi bisa segala macam keterampilan. Satu hal menjadi ingatan dan masih tersimpan di hati, ibu bisa membuat baju untuk anak-anaknya dan menjahitnya itu dengan tangan sendiri, bukan menggunakan mesin jahit. Dengan penuh rasa cinta dan sangat jeli, ibu membuat baju untuk anak-anaknya sendiri.

Ibu adalah sosok pejuang sejati yang selalu mendidik dan membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih yang luar biasa bagiku. Ibu selalu mengajarkan kepada kami norma-norma dalam keluarga agar anak-anaknya selalu saling mencintai sesama adik dan kakak. Ibu selalu menanamkan kepada anak-anaknya pentingnya menjaga sebuah ikatan keluarga agar kami selalu hidup rukun, saling menghargai, dan menjaga kehormatan keluarga

Sebagai anak nomor 5, aku sangat merasakan kasih sayang ibu yang begitu besar. Aku adalah anak perempuan yang paling jauh sendiri tinggalnya karena semenjak menikah, aku ikut suami dan menetap di luar kota.

Sudah menjadi kebiasaan ibu, setiap kali aku pulang ke rumah induk, ibu selalu menyambut kedatanganku dengan sangat antusias sambil duduk di kursi, terkadang mondar-mandir menunggu sampai anaknya datang. Dengan kondisi yang sudah sangat sepuh sekali, ibu tetap menunggu di depan rumah dengan sabar. Itulah yang membuat hati ini sangat terharu. Sungguh, cinta dan perhatian yang sangat luar biasa.

Ada lagi kejutan yang membuat hatiku meleleh? Ketika masuk rumah, di atas meja makan, ibu sudah menyiapkan sepiring nasi dan teh panas dan segala menu masakan yang telah ibu buat sendiri. Semua sudah tertata rapi dan ibu persiapkan sebelum hari kedatanganku. Kasih sayang dan cinta ibu itu memang sangat luar biasa dan itu juga spesial untuk anak-anak ibu yang lain. Ibu tidak pernah lalai sedikitpun untuk keperluan anak-anaknya.

Di usianya yang makin sepuh, aku melihat jiwa dan raga ibu tidak pernah kendor, tenaganya sungguh sangat luar biasa. Ibu mempunyai kebiasaan, selalu mencuci bajunya sendiri. Ibu masih sangat kuat dengan segala macam aktivitas sehari-hari, mulai dari menyapu halaman rumah, bersih-bersih rumput, juga merawat tanaman yang ada di belakang rumah.

Ibu juga suka dengan tanaman hias. Bagi ibu, kebersihan dan keindahan adalah yang sangat penting. Ibu melakukan segala aktivitasnya dengan penuh semangat dan happy, semua itu ibu lakukan sendiri.

Ibu juga seorang yang penyayang binatang. Ibu mempunyai banyak hewan piaraan. Pekarangan rumah yang sangat luas ibu pergunakan untuk memelihara ayam dan kambing. Bagi ibu, hewan-hewan itu semua menjadi penghibur dan hobby di hari tuanya. Ibu tidak ingin masa tuanya hanya berpangku tangan dan berdiam saja.

Ada juga hewan spesial yang harus ibu miliki, yaitu kucing dan ibu sangat menyayanginya. Pernah suatu ketika kucing tersebut hilang. Ibu tak henti-hentinya menangis dan akhirnya minta dibelikan kucing yang baru. Alhamdullillah, ibu kembali bahagia.

Untuk menggambarkan tentang ibu sangatlah panjang, perjalanan seorang ibu yang begitu berarti bagiku. Ibu adalah cahaya kehidupan, semua petuah dan dedikasinya selalu memberi inspirasi dan teladan.

Bagi kami, ibu adalah seorang” The Great Mom” yang selalu punya cara dan waktu untukku dan semua anak-anaknya. Walaupun badannya sudah mulai rapuh, ibu tetaplah seseorang yang penuh dengan perjuangan dan memiliki semangat yang tidak pernah putus, terus membara hingga di hari tuanya.

Sebagai ibu yang selalu aktif dalam kegiatan sehari-hari, terkadang ibu juga mengeluh dan meratap. Ibu mengeluhkan mengapa sakitnya tidak sembuh-sembuh. Sebagai anak, aku hanya memberikan pengertian dan kasih sayang agar ibu selalu bersabar dan banyak mendekat kepada Allah. Sebab, sakit yang ibu alami adalah sebagai penggugur dosa-dosanya. Ibu mendengarkan ucapanku dan mengangguk sambil mengusap air matanya.

Namun, ada sesuatu yang membuat hatiku kadang menahan rasa pilu. Beberapa bulan ini, ibu sering sakit dan sakitnya terus berkelanjutan. Sudah hampir 6 bulan ibu mendapatkan ujian sakit hingga badannya sekarang terlihat kurus dan nafsu makannya berkurang. Biasanya kalau ibu sakit, dalam hitungan hari sudah mulai membaik, tetapi kali ini sakitnya terus berkelanjutan, harus rutin control, dan terus bolak-balik rumah sakit.

Mungkin itu yang membuat hatiku berat karena aku anak perempuan yang tinggalnya jauh sendiri sehingga aku merasa kurang merawat ibu. Ada rasa yang tidak nyaman di hati ini ketika ibu sakit. Aku tidak bisa di sampingnya dan merawatnya hingga akhinya beberapa bulan ini aku sering pulang ke Banyuwangi hanya untuk melihat dan merawat ibu. Semua itu aku lakukan sebagai bakti anak kepada ibunya.

Hanya doa-doa tulus yang setiap hari aku langitkan. Semoga ibu diberikan kesabaran dan kekuatan di sisa usianya. Ada harapan besar dalam hati, semoga ibu masih diberi kesempatan menemani kami anak-anaknya.

Wanita terhebatku, pahlawanku, cahaya hidupku, penerang dalam hatiku, engkau adalah segalanya. Tidak bisa aku lukiskan keindahan wajah dan hatimu. Bagiku, engkau adalah anugerah terindah dari Allah. Ibu…tetaplah sehat, tetaplah kuat, tetaplah menjadi mentari di hatiku. Peluk sayang hormat dari anakmu yang masih belum bisa membahagiakanmu.

Pasuruan, 6 Desember 2024 [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *