Header_Cemerlang_Media

Fenomena Barbie dan Propaganda Kapitalis

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh. Diajeng Kusumaningrum, S.Hut.
(Fasilitator Majelis Taklim al Mar’atus Shalihah Pangkalan Kerinci, Pelalawan Riau)

CemerlangMedia.Com — Baru-baru ini dunia perfilman Hollywood meluncurkan film Barbie yang launching pada 19 Juli 2023. Film ini sukses mencetak sejarah box office dengan pencapaian pendapatan 750 juta dolar AS atau setara Rp11,3 trilliun sehingga terkategori film dengan pendapatan tertinggi ketiga sepanjang 2023.

Riuh rendah film Barbie menciptakan gelombang tren bergaya mirip Barbie yang diikuti oleh berbagai artis dan selebriti tanah air, mulai dari artis berpenampilan seksi maupun selebriti berhijab, semua bergaya dengan outfit khas Barbie maupun warna-warna serba pink untuk menyerupai boneka ini.

Namun, tahukah Anda bahwa Barbie bukan sekadar boneka biasa? Sejak peluncuran boneka Barbie pertama kali ke pasar mainan Amerika pada 9 Maret 1959 oleh perusahaan mainan Mattel, Inc, boneka ini membawa pesan sosok wanita ideal dan mandiri dalam peradaban kapitalisme. Barbie diciptakan hidup sendiri tanpa latar belakang orang tua dan dapat berprofesi apa saja sesuai imajinasi anak anak. Kehidupan Barbie memiliki karakter hedonis, berpakaian terbuka/seksi, penyuka pesta dan hang out, glamor, lengkap dengan berbagai pernak-pernik mewahnya. Barbie juga dituding telah membawa para wanita, baik anak dan dewasa pada misleading information/pemahaman sesat mengenai standar kecantikan seorang wanita. Meskipun Barbie di seluruh dunia memiliki banyak versi spesifikasi fisik seperti warna kulit dan rambut, tetapi pada jamaknya, boneka Barbie membawa pesan bahwa wanita cantik itu bertubuh ramping, tinggi semampai, bermata biru, dan berambut pirang. Selain itu, Barbie juga ternyata memiliki sejarah kelam, yaitu pembuatannya yang terinspirasi dari boneka seks asal Jerman bernama Lilli.

Boneka Barbie telah sukses dipopulerkan di dunia dan meraup pundi-pundi fantastis. Dilansir dari bbc.com (10-2-2023), pada 2020 perusahaan produsen Barbie, Mattel mendapat hasil penjualan mencapai 1,35 miliar dolar AS. Semua anak di seluruh penjuru dunia mengenal boneka Barbie dan terobsesi mengangankan kehidupan glamor dan kecantikan seperti boneka Barbie. Ini artinya kesuksesan penjualan dan marketing boneka Barbie membawa kesuksesan propaganda Barat mengenai icon wanita sukses ala kapitalis. Lebih bahayanya lagi apabila icon ini ditiru oleh para muslimah tanpa mengabaikan bagaimana Islam mengatur penampilan seorang wanita dan kehidupannya yang terhormat dan mulia.

Barbie yang seksi dan glamor sangat bertolak belakang dengan profil wanita muslimah seharusnya, yakni tertutup dan bersahaja. Tidak dapat dimungkiri bahwa Islam mewajibkan muslimah untuk menutup auratnya dengan kerudung dan jilbab justru untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan wanita itu sendiri. Kesahajaan seorang wanita muslimah bukanlah dengan menjauhi barang-barang mahal maupun kenikmatan harta dan keindahan hidup. Akan tetapi, kesahajaan seorang muslimah adalah dengan tidak ber-tabarruj atau bersolek yang dapat menarik perhatian lawan jenis bukan mahram untuk mengganggu kemuliaan dirinya.

Dalam hal ini, bahkan untuk sekadar mainan anak-anak, negara harus dapat mengatur dan melindungi misleading perception/persepsi salah dari sebuah mainan yang dapat mengganggu tumbuh kembang psikologis dan kekokohan akidah anak.

Barbie memang bukan sekadar mainan biasa, dia adalah artefak atau produk sejarah perkembangan sistem kapitalisme, sekaligus icon budaya Amerika sebagai negara adidaya perujuk sistem kapitalisme. Oleh karena itu, ikut-ikutan terhadap penampilan dan gaya hidup Barbie dapat merusak kepribadian muslimah, yaitu pola pikir dan pola sikap seorang muslimah yang telah diberikan tuntunan terperinci dalam sistem Islam.

Dari Ibn Umar beliau berkata, “Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
‘Barang siapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka.” (HR Abu Dawud, hasan)

Masihkah kita terobsesi ingin meniru Barbie?
Wallaahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tulisan Terbaru

Badan Wakaf Al Qur'an