Oleh. Raida Zafira Arini
CemerlangMedia.Com — Terkadang, dalam hidup kita harus memilih dan membuat rencana tentang apa saja yang kita harus lakukan ke depan. Agar yang kita lakukan juga dapat mencapai rida-Nya. Jika kita sudah memilih dengan baik dan merencanakan dengan teliti serta detail tentang apa yang terbaik bagi kita, itu hanya bagi kita. Bagaimana bagi Allah? Kita tidak tahu, apakah pilihan dan rencana kita itu sudah yang terbaik? Mungkin saja apa yang kita pilih dan rencanakan tidak semuanya terbaik. Jika takdir Allah sudah berkata lain, maka itulah the best planner yang Allah berikan pada kita.
Seiring berjalannya waktu, keimanan kita kepada Allah akan melengkapi indahnya rencana yang sudah Allah buat untuk kita. Ibnu Jauzi rahimahullah berkata,
“Rencana Allah padamu lebih baik dari rencanamu. Terkadang Allah menghalangi rencanamu untuk menguji kesabaranmu. Maka perlihatkanlah kepada-Nya kesabaran yang indah. Tak lama kamu akan melihat sesuatu yang menggembirakanmu.” (Shoidul Khotir I/205)
Kita sebagai umat Islam harus bisa menjadikan takdir Allah ini salah satu cara untuk menguatkan iman kita untuk selalu taat kepada-Nya dan semata-mata meraih rida-Nya. Dengan kesabaran dan keimanan yang kuat pula kita menjalankan permainan di dunia sebagai pemain yang selalu taat pada peraturan yang sudah ditetapkan oleh Allah. Pada akhirnya kita juga lolos dengan predikat The Winner dengan hadiah surga seperti yang Allah janjikan.
Allah Swt. berfirman,
لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ
“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.” (QS Az-Zumar: 53)
Dari ayat di atas kita mengetahui, apa-apa yang sudah Allah berikan dan takdirkan kepada kita. Maka itulah rahmat yang terbaik. Oleh karena itu kita harus selalu percaya kepada rencana Allah. Jika apa yang sudah kamu rencanakan gagal, maka coba lagi dan berdoalah kepada Allah, sehingga ia memberikan takdir terbaik yang tidak akan kamu sangka-sangka.
Contohnya, ketika kita melaksanakan ujian dengan bersungguh-sungguh tetapi gagal pada akhirnya. Hal itu menunjukkan bahwa dengan lulusnya ujian tersebut bukanlah jalan terbaik bagi kita. Allah selalu memberikan jalan yang terbaik bagi kita, kita tidak pernah tahu Allah memberikan jalan yang terbaik versi apa dan tipe apa.
Konteks sabar yang saya maksud di sini adalah sabar dalam menerima dan menjalankan apa yang sudah menjadi jalan kita untuk kita jalani. Entah itu ujian hidup maupun nikmat hidup. Sayangnya, dengan tidak diterapkannya sistem Islam seperti saat ini, kita tidak boleh menerima kondisi kerusakan yang ada begitu saja. Karena tegaknya syariat Islam di dunia ialah janji Allah dan rasul-Nya.
Sebagai umat Islam dengan berjuta-juta pemeluknya kita harus bersatu untuk kembali menegakkan sistem Islam. Sistem yang dirindukan semua orang, yang sejahtera dan makmur, tiada korupsi, kekejaman apalagi pembunuhan —yang semuanya itu memang bagian dari qada dan qadar dari Allah—.
Ada banyak pendapat jika kita membicarakan tentang qada dan qadar Allah. Ada yang berpendapat bahwa qada dan qadar Allah tidak dapat diubah, ada juga yang berpendapat bahwa salah satu dari keduanya dapat diubah selama bukan takdir mubram (ketetapan yang sudah ada sejak kita dilahirkan).
Maka di sini kita memiliki pilihan. Maukah kita berusaha atau berikhtiar? Karena sungguh muslim yang meyakini adanya hari akhir adalah muslim yang bertanggung jawab seperti yang terdapat pada firman Allah,
كُلُّ نَفْسٍ بِۢمَا كَسَبَتْ رَهِيْنَةٌ
“Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.” (QS Al-Mudatsir: 38)
Maka dari itu kita harus terus berusaha, berdoa, dan pasrah kepada Allah untuk segala hal yang sudah kita rencanakan, dan jangan lelah berdoa dan berharap agar apa yang kita rencanakan Allah kabulkan, begitu pula harapan akan janji-Nya, bahwa sistem Islam akan tegak di muka bumi ini. Yuk, kita ikhtiar untuk bersama memperjuangkannya!
Wallahu a’lam bishshawab [CM/NA]