Oleh. Rina Herlina
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com dan Pegiat Literasi)
CemerlangMedia.Com — Dahsyatnya efek bullying yakni mampu menghilangkan akal sehat bahkan bisa membuat seseorang menjadi pelaku pembunuhan. Seperti yang terjadi di Nagari Lingkuang Aua Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Sumbar. Seorang remaja M (20) yang sebelumnya terbiasa menjadi korban bullying kini resmi ditetapkan menjadi tersangka pembunuhan (padang.pikiran-rakyat.com, 17-7-2023).
Fenomena bullying sungguh meresahkan. Tidak hanya terjadi di kalangan anak-anak sekolah saja, tetapi sudah merambah ke hampir semua lini. Mirisnya, kelompok anak-anak dan remaja adalah kelompok usia yang rentan mengalami bullying. Oleh sebab itu, orang tua wajib mengawasi dan memberikan perhatian lebih terhadap buah hatinya. Bullying atau sering disebut juga perundungan adalah suatu tindakan agresif yang dilakukan secara fisik maupun verbal dan dapat menyebabkan kondisi korbannya merasa tidak nyaman bahkan yang lebih parah bisa membuat korbannya terluka. Lantas, apa sebenarnya penyebab dari maraknya perilaku buruk tersebut?
Asal Usul Bullying
Secara etimologi, bullying artinya penggertak, maksudnya adalah seseorang yang suka sekali mengganggu orang yang dianggap lemah dalam pandangannya. Menurut UNICEF, bullying terbagi menjadi tiga karakteristik perilaku, yaitu disengaja, terjadi secara berulang-ulang, atau untuk mendapatkan kekuasaan. Bahkan tidak hanya itu saja, tindakan perundungan tersebut juga bisa dilakukan secara langsung maupun daring. Tindakan bullying sendiri dapat dibagi kedalam enam kategori yaitu terjadi kontak fisik langsung, kontak verbal langsung, perilaku non-verbal langsung, perilaku non-verbal tidak langsung, cyber bullying, dan terakhir pelecehan seksual.
Faktor Pemicu Perilaku Bullying
Beberapa faktor penyebab seseorang bisa menjadi pelaku perundungan diantaranya kemungkinan besar dirinya pernah menyaksikan dan merasakan kekerasan, memiliki orang tua yang mempunyai sifat permisif, kurang baiknya hubungan dengan orang tua, memiliki saudara kandung yang abusif, tidak memiliki kepercayaan diri, haus akan kekuasaan, tidak dibekali pendidikan empati, minimnya perhatian lingkungan terhadap fenomena bullying, dan lain sebagainya. Namun, sesungguhnya faktor terbesar yang menjadi pemicu seseorang bisa menjadi pelaku bullying adalah sistem yang saat ini dianut oleh sebagian besar masyarakat yaitu paham sekularisme. Paham yang memisahkan agama dari kehidupan.
Ini menjadikan tolak ukur setiap orang dalam menjalani hidup bukanlah hukum syarak melainkan hal-hal yang bersifat duniawi. Sistem ini hanya berorientasi pada materi dan menjadikan manfaat sebagai asasnya. Aturan yang ada pada sistem ini adalah aturan yang dibuat oleh manusia, maka hukum yang dihasilkan pun cenderung lemah bahkan tidak menimbulkan efek jera bagi para pelaku perundungan. Aturan yang ada tidak mampu menyelesaikan problematika kehidupan umat. Hakikatnya manusia yang bersifat lemah dan sudah tentu tidak akan pernah mampu menciptakan aturan, sekalipun aturan tersebut bertujuan sebagai solusi permasalahan manusia.
Dampak Buruk Bullying terhadap Korban
Oleh sebab itu, masyarakat juga harus tahu akan dampak buruk yang dialami oleh korban perundungan. Ini penting agar masyarakat bisa segera mengetahui tindakan apa yang mesti diambil untuk mengatasinya. Berikut ini beberapa dampak yang akan dialami korban diantaranya mengalami gangguan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, merasa sedih dan kesepian, berubahnya pola tidur dan juga makan, terganggunya kesehatan, berkurangnya ketertarikan pada hobi dan aktivitas yang disukai, dan terakhir terjadi penurunan pada performa akademis secara signifikan. Sungguh dahsyat sekali efeknya bagi masa depan korban selanjutnya.
Cara Tepat Menangani Kasus Bullying
Kemudian salah satu cara tepat untuk menangani bullying yaitu dengan menggunakan intervensi pemulihan sosial atau rehabilitasi. Proses ini merupakan intervensi yang menggambarkan dengan jelas kepada para pelaku perundungan bahwa tindakannya tidak akan pernah bisa di benarkan. Perundungan selain berefek negatif terhadap korban, ternyata juga berdampak buruk bagi siapapun yang menyaksikan kejadian itu misalnya saja menimbulkan rasa trauma, merasa menjadi pribadi yang sangat buruk, tertekan jiwanya, stres, ketakutan, dihantui perasaan bersalah, cemas berlebih, dan sering berusaha lari dari masalah. Sangat mengerikan bukan? Efek negatif bullying selain menimpa korban khususnya, ternyata secara tidak langsung juga berdampak buruk bagi orang-orang di sekitar yang menyaksikan.
Bullying dalam Pandangan Islam
Di dalam Islam sendiri, bullying adalah perilaku yang tercela dan sangat dilarang, apa pun bentuknya. Kasus ini sebenarnya erat kaitannya dengan tata cara berperilaku di masyarakat. Dan juga perbuatan tersebut sungguh tidak mencerminkan sifat seseorang yang beriman kepada Allah Swt.. Ini tercermin di dalam surah Al-Hujurat ayat 11 yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
Islam Solusi Hakiki
Demikianlah Islam memandang perbuatan bullying, maka jika seorang muslim tidak segera bertobat jelas mereka termasuk orang yang zalim. Pada dasarnya, setiap insan memiliki sifat positif dan negatif, oleh sebab itulah manusia tidak ada yang luput dari kesalahan. Namun, manusia yang bijak adalah seseorang yang mampu membedakan dan menyikapi kedua sisi tersebut dengan baik dan tidak memandang apalagi merendahkan orang lain hanya dari satu sisi atau satu sudut pandangnya saja.
Maka seharusnya ini menjadi satu momentum kebangkitan umat bahwasanya masyarakat harus menyadari tidak ada sistem yang dapat menyelesaikan seluruh problem manusia kecuali sistem Islam. Ini karena solusi di dalam Islam berbentuk preventif dan kuratif sehingga akan sangat efektif menyelesaikan setiap persoalan yang muncul dalam kehidupan. Wallahu a’lam