Header_Cemerlang_Media

Gen Z, Generasi Apatis dalam Sistem Demokratis

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Neti Ernawati
(Ibu Rumah Tangga)

Politik dalam Islam adalah suatu kebutuhan. Umat Islam termasuk Gen Z wajib berpolitik sesuai dengan tuntunan Islam. Dalam sistem Islam, negara dan khalifah bertanggung jawab untuk mengadakan dan memberikan pendidikan politik.

CemerlangMedia.Com — Banyak pihak mempertanyakan keberlangsungan demokrasi di Indonesia yang dinilai mengalami kemunduran. Kancah perpolitikan cenderung didominasi generasi tua atau wajah-wajah lama. Mereka terkesan hanya tukar posisi, struktur, partai, atau pandangan politik.

Beberapa memang ada dari generasi muda, tetapi itu pun banyak yang muncul karena dukungan generasi tua sebagai salah satu usaha melanggengkan dinasti politik. Generasi muda pun dinilai minim ketertarikan dan partisipasi pada politik, padahal sebagaimana kehidupan, dunia politik akan bergulir sesuai pergantian generasi. Jelas, dibutuhkan generasi baru untuk menggantikan generasi lama dalam menopang keberlangsungan bangsa.

Ketua APSIPOL Iding Rosyidin berharap agar kaum muda, khususnya mahasiswa bisa menjadi agen perubahan demokrasi dalam mengatasi fenomena kemunduran demokrasi. Dikatakannya, salah satu solusi kemunduran demokrasi itu, yakni adanya reformasi ditubuh partai politik dengan adanya perubahan pola rekrutmen, kaderisasi, dan distribusi kader. Para mahasiswa yang duduk di bangku kuliah diharapkan sudah mendapatkan bekal pengetahuan politik mumpuni agar bisa memperbaiki iklim demokrasi Indonesia ke depan (bangkapos tribunnews.com, 18-09-24).

Partisipasi Gen Z dalam Politik

Generasi Z atau Gen Z adalah generasi muda yang lahir pada rentang 1997 hingga 2012. Menakar dari usianya, keterlibatan Gen Z dalam dunia perpolitikan demokrasi adalah suatu keniscayaan. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), sebanyak 46.800.161 dari total 204.807.222 daftar pemilih tetap (DPT) pemilu merupakan generasi Z atau sekitar 22,85 persen dari keseluruhan pemilih.

Berdasarkan angka tersebut, dapat dipastikan bahwa Gen Z adalah jumlah yang besar dan sangat berpotensi dalam menentukan hasil pemilu juga masa depan politik Indonesia. Sayangnya, Gen Z tanpa minat dan pengetahuan politik serta bekal pengabdian kepada negara tidak akan mampu memunculkan partisipasi untuk memperkuat demokrasi, kecuali partisipasi yang dimobilisasi.

Gen Z: Generasi Kritis yang Cenderung Praktis

Gen Z adalah generasi yang lahir dan dibesarkan dalam dunia yang dinaungi teknologi digital, terutama teknologi informasi atau disebut generasi melek teknologi. Generasi ini dikenal dengan generasi yang kritis, tetapi praktis. Dengan kemampuan akses tidak terbatas ke berbagai sumber berita, isu-isu politik, sosial, dan ekonomi, Gen Z dengan sikap kritisnya memiliki kemampuan untuk menjadi generasi yang berpengetahuan.

Meski begitu, tidak sedikit pula Gen Z yang terjebak informasi hoaks akibat pemahaman yang cenderung instan dan praktis, padahal diperlukan kemampuan menyaring dan memverifikasi informasi agar dapat memilah antara informasi yang benar dan informasi yang hanya merupakan propaganda atau manipulasi politik. Tak ayal, banyak dari Gen Z yang akhirnya berpartisipasi dalam politik karena mobilisasi semata atau ikut-ikutan dengan sumber pengetahuan yang dangkal. Hal ini disebabkan karena Gen Z memiliki kecenderungan fokus pada informasi yang memperkuat pandangan mereka, bukan yang menantang atau memperluas wawasan.

Di sisi lain, Gen Z memiliki peluang untuk mengubah politik. Gen Z mampu menyuarakan pandangan politik, bahkan melakukan komunikasi dan diskusi politik melalui media online, seperti Instagram, Twitter, YouTube, dan TikTok. Alhasil, politik menjadi lebih terbuka dan dapat dipantau oleh siapa saja.

Gen Z yang Apatis atau Demokrasi yang Tidak Realistis?

Meski sering dianggap sebagai generasi yang apatis terhadap politik karena kurang menunjukkan ketertarikan pada kegiatan politik. Akan tetapi, Gen Z aktif turut berpartisipasi pada isu-isu sosial yang memberi dampak pada kehidupan mereka, seperti isu sosial, lingkungan, dan keadilan.

Realitas bahwa politik demokrasi yang bertahun-tahun dijalani, tetapi tidak kunjung memberikan perbaikan kehidupan telah menyebabkan Gen Z malas berpartisipasi pada politik formal, seperti partai politik. Mereka berkontribusi terhadap perubahan hanya dengan menyukai atau membagikan sebuah postingan melalui media sosial, tanpa benar-benar melakukan tindakan lebih lanjut.

Gen Z pun tidak memahami kesalahan demokrasi secara konseptual. Ketika Gen Z meninggalkan demokrasi karena kerusakan yang mulai mereka indra, sejatinya itu bukanlah kemunduran demokrasi. Namun, menjadi bukti bahwa demokrasi adalah sebuah sistem yang rusak dan wajar ditinggalkan oleh generasi muda.

Generasi muda perlu mendapatkan bimbingan agar dapat memahami politik yang benar. Politik yang benar-benar mampu memberikan perbaikan kehidupan dan kesejahteraan, yaitu politik Islam yang terbukti pernah mencapai masa kejayaan di masa silam.

Islam Mempersiapkan Generasi Politik

Politik dalam Islam adalah suatu kebutuhan. Umat Islam termasuk Gen Z wajib berpolitik sesuai dengan tuntunan Islam. Dalam sistem Islam, negara dan khalifah bertanggung jawab untuk mengadakan dan memberikan pendidikan politik.

Generasi muda sebagai generasi penerus harus bergabung dengan partai politik sahih untuk memperbaiki kehidupan politik, masyarakat, dan negara. Dalam partai politik, generasi muda akan dibimbing untuk memahami politik yang benar, memahami politik Islam, dan perubahan politik menuju sistem Islam, bukan mempertahankan demokrasi yang terbukti bermasalah. Untuk itu, generasi muda harus mengetahui beberapa kriteria parpol sahih menurut Islam.

Beberapa kriteria partai sahih tersebut, antara lain memiliki ideologi sahih atau ideologi Islam yang sekaligus menjadi pengikat para anggotanya, memiliki konseptual politik yang dipilih untuk menjalankan perubahan, memiliki metode perubahan yang relevan dan teruji dengan problem sistem, para anggota partai harus memiliki kesadaran yang benar dan bukan sekadar karena ketokohan atau jabatan.

Selain itu, generasi muda juga harus dijauhkan dari pengaruh partai-partai sekuler. Harus dibuat narasi agar para pemuda menghentikan kepercayaan kepada partai-partai sekuler. Dengan begitu, generasi muda akan mampu mewujudkan perubahan iklim politik dan meninggalkan model politik demokrasi yang jelas telah gagal sejak lama. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tulisan Terbaru

Badan Wakaf Al Qur'an