Penulis: Dinar Rizki Alfianisa
Dengan seperangkat alat dan kemampuannya, negara akan melarang dan memberantas bibit-bibit perilaku buruk agar umat jauh dari pelanggaran hukum yang dapat menimbulkan kerusakan untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Dengan diterapkannya syariat Islam, maka akan terjagalah agama, akal, nyawa, harta, dan kehormatan setiap individu sehingga kukuhnya ketahanan keluarga akan terwujud.
CemerlangMedia.Com — Belakangan, platform media sosial Facebook dihebohkan dengan adanya grup yang berisi cerita tentang pengalaman anggotanya melakukan penyimpangan s3ksual dengan keluarganya sendiri (inses). Tidak tanggung-tanggung, anggota grup tersebut telah mencapai 32 ribu orang. Jumlah yang fantastis untuk grup semacam itu.
Keberadaan grup tersebut tentu mendapat kecaman dari banyak pihak karena perbuatan itu melanggar norma di masyarakat dan juga agama. Selain itu, masyarakat juga digemparkan oleh berita pengiriman jenazah bayi dengan ojek online. Ternyata, bayi tersebut merupakan hasil dari hubungan kakak adik.
Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni melalui keterangan tertulisnya meminta polisi dan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menelusuri dan menindaklanjuti para pengelola maupun anggota grup kotor tersebut. Hal tersebut dinilai salah karena merupakan perbuatan yang sangat menj*j*kkan dan harus segera dihentikan.
Menurutnya, keberadaan grup tersebut membuat perilaku menyimpang makin marak terjadi. Ia juga meminta para pelaku inses ini tidak diberi ruang di media sosial (medsos) maupun dalam kehidupan sehari-hari serta menutup semua celah interaksi mereka (metrotvnews.com, 15-05-2025).
Komisi Nasional (Komnas) Anti Kekerasan terhadap Perempuan juga mendesak kepolisian untuk menindaklanjuti kasus grup yang telah meresahkan masyarakat itu. Menurutnya, situasi ini sangat mengancam keamanan anak-anak, khususnya anak perempuan yang merupakan kelompok paling rentan terhadap kekerasan s3ksual. Komnas juga mengimbau pemerintah untuk turut menciptakan ruang yang aman bagi perempuan dan anak-anak, khususnya di lingkungan keluarga (beritasatu.com, 17-05-2025).
Rapuhnya Keluarga dalam Kapitalisme
Sungguh miris dan mengerikan fenomena inses yang merebak di tengah masyarakat. Tidak disangka, hal ini terjadi di negeri yang mayoritas muslim dan diklaim sebagai negara relijius.
Gambaran keji ini adalah buah dari sistem kapitalisme yang diterapkan negeri ini. Asas sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan menjadikan individu abai terhadap aturan agama. Agama hanya dijadikan sebagai rutinitas ritual tanpa memberi efek yang baik bagi kehidupan.
Sistem ini menjadikan masyarakat hidup bebas tanpa aturan. Hidup hanya demi kepuasan jasmani dan materi semata. Tidak jarang, demi memuaskan hasrat dan keinginannya, manusia berperilaku laksana binatang, bahkan bisa lebih hina darinya. Ya, binatang saja tidak melakukan hubungan s3ksual dengan anaknya sendiri. Dampak dari perilaku tersebut adalah hilangnya kemuliaan sebagai manusia.
Keluarga telah berhasil dirusak lewat anggotanya sendiri. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat paling aman, malah menjadi tempat yang menakutkan. Orang tua siap memangsa anak, anak siap memangsa saudara sendiri.
Hawa nafsu dan akal yang lemah menjadi raja dan menguasai diri manusia karena agama tidak lagi dijadikan sebagai pedoman hidup yang mampu mengendalikan setiap perilaku. Tidak ada lagi gambaran keluarga muslim yang kukuh ketika agama dicampakkan dari kehidupan.
Di sisi lain, sistem kapitalisme telah berhasil menjadikan masyarakat bersikap apatis. Setiap individu lebih memikirkan dirinya sendiri. Budaya amar makruf nahi mungkar (saling menasihati dalam kebaikan dan mencegah keburukan) mulai hilang dari masyarakat.
Negara juga memiliki peran terhadap rusaknya keluarga, yakni lewat kebijakan-kebijakan yang dibuat. Terkait hal ini, negara tidak serius dalam memberantas konten-konten pornografi yang bisa memicu munculnya penyimpangan s3ksual. Masyarakat dengan mudah melihat film-film yang mempertontonkan adegan tidak pantas tanpa sensor, baik di televisi maupun media sosial. Alih-alih sebagai bentuk seni, nyatanya menjadi tontonan yang merusak moral masyarakat.
Kukuhnya Ketahanan Keluarga dalam Islam
Islam adalah satu-satunya agama sekaligus sistem kehidupan, tidak hanya memiliki aturan tentang bagaimana beribadah ritual (hubungan individu dengan Allah Sang Pencipta). Akan tetapi, juga memiliki aturan lengkap yang mengatur hubungan individu dengan dirinya sendiri dan individu lain. Islam mengatur bagaimana individu, masyarakat, dan negara harus bersikap.
Dalam Islam, individu akan dibentuk menjadi pribadi yang bertakwa lewat sistem pendidikan Islam. Ketakwaan yang dimiliki akan menjadi kontrol setiap individu dalam berperilaku. Ia menyadari bahwa semua perbuatannya terikat dengan perintah dan larangan Allah.
Masyarakat dalam sistem Islam akan memiliki kepedulian untuk saling menjaga dan menasihati dalam kebaikan dan mencegah keburukan. Tidak ada sikap apatis karena Islam memerintahkan setiap individu untuk saling menyayangi sesamanya.
Di sisi lain, Islam mewajibkan negara bertanggung jawab untuk mengurusi rakyat dalam segala aspek, terutama menjaga keluarga melalui sistem sosial Islam. Negara menyiapkan berbagai langkah untuk pencegahan dengan menutup semua celah terjadinya kemaksiatan. Tidak boleh ada situs-situs porno yang bisa diakses oleh masyarakat.
Negara juga menerapkan sistem sanksi yang tegas dan memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan. Dengan seperangkat alat dan kemampuannya, negara akan melarang dan memberantas bibit-bibit perilaku buruk agar umat jauh dari pelanggaran hukum yang dapat menimbulkan kerusakan untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Dengan diterapkannya syariat Islam, maka akan terjagalah agama, akal, nyawa, harta, dan kehormatan setiap individu sehingga kukuhnya ketahanan keluarga akan terwujud. Wallahu a’lam [CM/Na]