Oleh: Asma Sulistiawati, S.Pd.
Praktisi Pendidikan
Islam memiliki pendekatan yang terstruktur dan sistematis dalam memperlakukan guru karena mereka adalah kontributor penting bagi sistem pendidikan. Ini termasuk menawarkan gaji yang besar dan memastikan jaminan keamanan saat mereka menjalankan tugasnya.
CemerlangMedia.Com — Hari Guru yang diperingati setiap tahun pada 25 November menjadi momen perenungan bagi semua individu yang terlibat dalam dunia pendidikan. Topik yang sering dibahas berkisar pada dinamika antara guru dan siswa, khususnya bagaimana kompleksitas hubungan ini memengaruhi hasil belajar siswa. Dalam konteks ini, kualitas pendidikan tidak hanya terbatas pada prestasi akademik, tetapi juga mencakup pengalaman belajar yang berlangsung di dalam kelas dan pengaruhnya terhadap pembentukan karakter dan kemampuan siswa.
Perayaan Hari Guru Nasional 2024 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berpusat pada tema “Guru Berdaya, Indonesia Juara”. Tema ini dipilih untuk memberikan dukungan dan ungkapan terima kasih kepada semua pendidik di Indonesia. Salah satu kendala signifikan yang dihadapi oleh guru adalah keterbatasan sumber daya di samping beban kerja yang makin meningkat. Idealnya, dalam kerangka pendidikan yang efektif, guru harus berkonsentrasi pada penyampaian pengalaman belajar yang berkualitas dan strategi pengajaran yang inovatif (Kemendikbud.go.id, 27-11-2024).
Minimnya Kesejahteraan Guru
Meskipun demikian, banyak pendidik merasa terbebani oleh fasilitas pendidikan yang tidak memadai dan waktu yang terbatas untuk mendalami materi atau memberikan perhatian individual kepada setiap siswa. Tuntutan dan kewajiban administratif untuk terlibat dalam berbagai program pelatihan sering kali menjadi hambatan tambahan. Akibatnya, skenario ini mengancam kualitas pendidikan yang mereka berikan secara keseluruhan.
Selain itu, dinamika emosional dalam hubungan guru-siswa menghadirkan aspek penting lainnya. Guru yang dihormati sebagai figur otoritas harus memupuk hubungan baik dengan siswa untuk menumbuhkan kepercayaan dan lingkungan belajar yang kondusif.
Namun, muncul tantangan dalam menyeimbangkan otoritas dengan keintiman emosional. Gagalnya membangun hubungan yang sehat dapat menyebabkan berkurangnya motivasi siswa untuk terlibat dalam pembelajaran. Sebaliknya, muncul tren yang mengkhawatirkan, yakni beberapa pendidik terlibat dalam perilaku yang merusak integritas profesional mereka.
Kasus-kasus perundungan, kekerasan fisik dan s3ksual, dan bahkan kasus-kasus pelanggaran hukum menodai peran pendidik. Jelas, guru-guru ini juga merupakan korban dari sistem yang cacat. Keadaan seperti itu tidak diragukan lagi —menghambat kapasitas mereka untuk mendidik generasi mendatang secara efektif. Memperingati Hari Guru sama pentingnya dengan mempertimbangkan solusi yang layak untuk tantangan yang ada.
Guru memegang peranan penting dalam sistem pendidikan dan berbagai masalah yang menimpa para pendidik. Masalah tersebut berkisar dari gaji yang tidak memadai hingga dianggap hanya sebagai buruh di samping tren yang mengkhawatirkan, yaitu mengkriminalisasi guru hingga menyoroti tidak adanya langkah-langkah perlindungan bagi mereka. Guru tetap menjadi korban dari kerangka kapitalisme yang rusak.
Realita profesi mereka jauh kurang glamor daripada retorika yang beredar di dunia pendidikan. Kompensasi mereka tetap minim, kesejahteraan mereka tidak terjamin secara menyeluruh, dan situasi guru honorer belum mengalami peningkatan yang berarti. Keadaan sulit ini makin diperparah oleh ancaman kriminalisasi dari orang tua siswa.
Meskipun guru memegang peranan penting, pengakuan terhadap profesi ini sering kali tidak sejalan dengan kesejahteraan finansial mereka. Banyak guru, khususnya mereka yang berada di daerah terpencil atau mereka yang memegang jabatan kehormatan, menghadapi kesulitan ekonomi yang tidak mencerminkan nilai kontribusi mereka. Alih-alih diberdayakan dan berkembang, guru justru makin menghadapi banyak tantangan karena kondisi yang ada.
Kualitas Guru dalam Islam
Islam menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan para pengembannya, termasuk guru dengan memberikan jaminan perlindungan dan peningkatan kualitas ilmu pengetahuan mereka. Selain itu, Islam memiliki pendekatan yang terstruktur dan sistematis dalam memperlakukan guru karena mereka adalah kontributor penting bagi sistem pendidikan. Ini termasuk menawarkan gaji yang besar dan memastikan jaminan keamanan saat mereka menjalankan tugasnya.
Islam memandang ilmu pengetahuan dan pendidikan sebagai hal yang sangat penting. Pendidikan memegang peranan strategis yang tidak dapat diukur hanya dari segi keuntungan materi. Oleh karena itu, negara akan menyelenggarakan pendidikan dengan memanfaatkan semua sumber dayanya, berusaha memenuhi semua kebutuhan pendidikan tanpa memedulikan biaya yang dikeluarkan.
Guru dipercaya dengan amanah yang sangat besar. Mereka menerangi kegelapan hidup dengan ilmu pengetahuan. Nabi Muhammad saw. mencontohkan peran seorang guru, sebagaimana firman Allah Taala,
“Dan sebagaimana Kami telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu, Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul dari tengah-tengahmu, yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu, menyucikanmu, mengajarkan kepadamu kitab dan hikmah, dan mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 151).
Dalam Islam, guru bukan hanya sekadar pengajar, melainkan pendidik generasi muslim. Karakter peradaban Islam terletak pada kontribusi guru. Oleh karena itu, guru harus memiliki ketakwaan, berakhlak mulia, memiliki dasar ilmu yang kokoh, disiplin, profesional, dan mampu mendidik.
Negara akan menilai calon guru untuk memastikan mereka layak menjadi guru. Semua pemangku kepentingan dalam pendidikan, baik sekolah, keluarga, maupun negara, harus bekerja sama secara efektif. Setiap pihak harus menjalankan perannya secara optimal, bersinergi untuk menghasilkan capaian pendidikan yang sejalan dengan cita-cita Islam.
Negara mendukung guru tidak hanya dalam hal materi, tetapi juga dalam hal penerapan sistem sosial, penyebaran informasi, akses media massa, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, tidak boleh ada lagi orang tua yang mengabaikan pendidikan anak-anaknya, menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah atau guru dan kemudian menyalahkan guru ketika masalah muncul.
Pendekatan ini akan menumbuhkan citra guru sebagai pendidik generasi muslim. Hasilnya, umat Islam akan muncul sebagai pemimpin dalam ilmu pengetahuan dan berakhlak mulia. Wallahu a’lam [CM/NA]