#KaburAjaDulu, Sinyal Kecewa Warganet

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Atiqoh Shamila

Islam mewajibkan negara membangun kesejahteraan rakyat dan mewajibkan negara memenuhi kebutuhan asasi setiap warga negara per indvidu. Ada banyak mekanisme yang harus dilakukan negara, termasuk diwajibkan menyediakan lapangan kerja bagi setiap laki-laki balig, baik di sektor pertanian, perdagangan, industri dan jasa dengan pengelolaan SDA yang Allah limpahkan kepada kaum muslim.

CemerlangMedia.Com — Akhir-akhir ini warganet beramai-ramai menyerukan #KaburAjaDulu di sejumlah media sosial, termasuk X. Bahkan, sempat menjadi topik tren unggahan di Indonesia dalam media sosial X.

Tren #KaburAjaDulu yang viral di X mencerminkan kekecewaan masyarakat terhadap kondisi Indonesia, terutama terkait pendidikan, lapangan kerja, dan kualitas hidup. Banyak warganet mengungkapkan niat untuk pindah ke negara lain, seperti Jerman, Jepang, Amerika, dan Australia demi kehidupan yang lebih baik (CNN Indonesia, 7-02-2025)

Cuitan tagar ini diiringi dengan keluh kesah mereka tentang tidak sehatnya kondisi Indonesia, seperti tingginya biaya pendidikan berkualitas, sulitnya memperoleh pekerjaan, rendahnya upah pekerja, buruknya layanan kesehatan, kasus korupsi yang patah tumbuh hilang berganti, kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat, dan lain-lain. Pengaruh digitalisasi, terutama medsos yang menyajikan gambaran kehidupan yang lebih terjamin di negara lain juga sangat mewarnai ramainya #KaburAjaDulu.

Mahalnya biaya pendidikan yang berkualitas di dalam negeri sangat kontra dengan banyaknya tawaran beasiswa ke luar negeri di negara maju. Kondisi ini memperbesar peluang untuk “kabur”. Sulitnya mencari kerja di negeri sendiri berbanding terbalik dengan banyaknya tawaran kerja di luar negeri, baik pekerja terampil maupun kasar dengan gaji yang lebih menjanjikan di negara maju.

Viralnya tagar ini menjadi indikator banyaknya generasi muda yang ingin “hijrah” ke luar negeri untuk mendapatkan kesejahteraan yang lebih terjamin. Bahkan, sebagian warga negara sudah bermukim di sana dan berpikir ulang jika disuruh balik ke Indonesia.

Bukankah hal ini menjadi gambaran kekecewaan mereka terhadap pemerintah? Mereka memandang pemerintah tidak mampu menyediakan pendidikan gratis dan berkualitas, kehidupan yang sejahtera, upah pekerja yang lebih dari sekadar layak, sementara di luar sana kualitas hidup lebih terjamin.

Fenomena Brain Drain

Brain drain adalah fenomena ketika orang terdidik dan berbakat memilih untuk bekerja di luar negeri. Di negara berkembang, brain drain kerap terjadi. Banyak orang dengan profesi dokter, ilmuwan, bahkan teknokrat memilih mengukir karya di luar negeri karena karya/pekerjaan mereka lebih dihargai di negeri orang. Hal ini terjadi karena di luar negeri bisa memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik daripada di negerinya sendiri.

Brain drain menjadi isu krusial dalam konteks globalisasi/liberalisasi ekonomi yang makin menguat, makin memperlebar kesenjangan antara negara maju dan berkembang sehingga menciptakan ketidakadilan dalam akses terhadap sumber daya dan kesempatan. Jamak diketahui, sumber daya alam di negara berkembang dikuasai korporasi yang notabene dari negara maju sehingga rakyat pun tidak kecipratan manisnya kesejahteraan.

Anggaran pendidikan yang minim telah mengeliminasi rakyat yang berpendapatan rendah untuk mengenyam pendidikan tinggi. Diperparah lagi dengan korupsi yang menggurita sehingga dana pendidikan yang minim kian menyusut. Ditambah lagi dengan adanya pemangkasan anggaran pendidikan sehingga berpengaruh besar pada kualitas layanan.

Tingkat pengangguran yang tinggi di negara berkembang seperti Indonesia menjadi salah satu faktor pemicu untuk “kabur” ke luar negeri. Mereka yang bekerja di dalam negeri pun jauh dari kata sejahtera karena upah yang minim dan harga kebutuhan pokok menjulang tinggi. Kondisi ini menggambarkan kegagalan kebijakan politik ekonomi dalam negeri.

Akar masalah dari permasalahan ini adalah sistem kehidupan yang sekuler kapitalisme. Sistem kehidupan yang menjauhkan agama dan kehidupan, materi menjadi satu-satunya yang harus diraih tanpa peduli lagi pada halal haram.

Sistem kapitalisme ini meniscayakan sumber daya alam hanya dikuasai oleh segelintir orang sebagai konsekuensi paham kebebasan kepemilikan. Akibatnya, jurang pemisah antara si kaya dan si miskin kian lebar. Perputaran kekayaan hanya berkelindan di sekitar orang kaya.

Kesenjangan ekonomi tidak saja terjadi di dalam negeri, tetapi juga di tingkat dunia, antara negara berkembang dan negara maju. Kekayaan negara berkembang dibawa ke negara maju dengan dalih investasi sehingga rakyat negara berkembang makin miskin. Pada akhirnya, rakyat negara berkembang mengadu peruntungan di negara maju dan maraklah ajakan KaburAjaDulu atau fenomena brain drain.

Hanya Islam Solusinya

Islam menetapkan bahwa penguasa adalah raain (pengurus). Ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Ingatlah setiap kalian adalah raain (pemimpin/pengurus) dan setiap kalian bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Imam yang memimpin manusia adalah pemimpin dan dia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (HR Bukhari).

Islam mewajibkan negara membangun kesejahteraan rakyat dan mewajibkan negara memenuhi kebutuhan asasi setiap warga negara per indvidu. Ada banyak mekanisme yang harus dilakukan negara, termasuk diwajibkan menyediakan lapangan kerja bagi setiap laki-laki balig, baik di sektor pertanian, perdagangan, industri dan jasa dengan pengelolaan SDA yang Allah limpahkan kepada kaum muslim.

Dalam kitab As-Siyasatu al-Iqtishadiyatu al-Mutsla (Politik Ekonomi Islam) halaman 167, Syekh Abdurrahman al-Maliki rahimahullah mengatakan bahwa negara harus menjamin pemenuhan semua kebutuhan primer (asasi) setiap individu rakyat satu per satu secara menyeluruh. Negara juga menjamin tiap-tiap individu memenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya menurut kadar kemampuannya.

Hasil pengelolaan SDA yang dilakukan oleh negara Islam dikembalikan kepada rakyat, baik dalam bentuk produk, seperti BBM, LPG, maupun dalam bentuk fasilitas umum. Terbukanya kesempatan kerja yang luas bagi laki-laki dan terpenuhinya semua kebutuhan pokok dengan harga yang sangat terjangkau akan mencegah “kabur”nya generasi muda ke negara lain karena kesejahteraan rakyat telah terwujud.

Selain itu, strategi pendidikan dalam negara Islam mampu menyiapkan SDM yang beriman dan siap membangun negara. Negara juga peduli dan menjamin kehidupan mereka sebagai warga negara. Hal ini tidak lain karena akidah Islam menjadi fondasi dalam kurikulum pendidikan sehingga munculnya generasi yang berkualitas, cerdas, dan taat menjadi keniscayaan. Pendidikan gratis yang berkualitas pun tidak mustahil diwujudkan karena negara mempunyai mekanisme sumber pemasukan dari berbagai pos yang telah diatur syariat.

Dengan demikian, tegaknya negara yang menerapkan seluruh syariat Islam akan menjamin kesejahteraan bagi rakyatnya dan menjadi rahmat bagi seluruh alam, serta mewujudkan dunia yang adil dan sejahtera. Tidak akan ditemui ajakan untuk KaburAjaDulu ke negara lain karena hidup di bawah naungan sistem Islam telah terjamin kesejahteraannya. Wallahu a’lam bisshawab [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : [email protected]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *