Makna “Saleh” dalam Definisi Moderasi Beragama

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Hessy Elviyah, S.S.
Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com

Umat Islam haruslah menyadari bahwa moderasi beragama hanyalah kedok musuh Islam untuk meracuni pemikiran umat agar makin jauh dari agamanya. Untuk itu, diperlukan dakwah yang masif kepada umat agar senantiasa dapat melawan musuh agama.

CemerlangMedia.Com — Moderasi beragama sepertinya menjadi proyek besar Barat. Program ini dimunculkan di Indonesia di sela-sela isu hilangnya tenggang rasa dan intoleransi antar umat beragama. Program ini dirasa penting, sebab multi agama di Indonesia memungkinkan terjadi gesekan antar umat. Oleh karenanya, moderasi beragama dinilai menjadi jalan tengah agar pemeluk suatu agama tidak terlalu fanatik terhadap agamanya yang dapat menyebabkan merasa unggul terhadap agama lain sehingga menimbulkan kesenjangan dalam bermasyarakat.

Terkait dengan moderasi beragama, Kementerian Agama (Kemenag) mengungkapkan adanya kenaikan indeks kerukunan umat beragama di Indonesia dari angka 76,22% pada 2023 menjadi 76,47% di 2024. Selain indeks kerukunan beragama, indeks kesalehan sosial juga meningkat dari yang semula 82,59% menjadi 83,83 %. Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menjelaskan, kenaikan ini sangat signifikan.

Data ini diperoleh dari survei yang dilakukan oleh Badan Litbang dan Diklat Kemenag di beberapa daerah dengan penduduk yang memeluk berbagai macam agama, seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Oleh karena itu, melalui program moderasi beragama, Yaqut meminta untuk mempererat kerukunan (Kemenag.go.id, 9-10-2024).

Apabila dicermati, naiknya indeks kerukunan umat beragama (IKUB) dan indeks kesalehan sosial (IKS) menggunakan indikator toleransi, kesetaraan, serta kerja sama. Indikator tersebut sejalan dengan prinsip moderasi beragama yang sedang berjalan saat ini.

Sementara itu, indeks kesalehan sosial diukur melalui lima dimensi, yakni kepedulian sosial, relasi antar manusia, menjaga etika, melestarikan lingkungan, serta relasi dengan negara dan pemerintah. Semua indikatornya mengarah pada moderasi karena yang diukur adalah parameter-parameter moderasi. Karakter sebagai muslim moderat inilah yang ditampakkan oleh IKUB dan IKS.

Lebih jauh, terminologi saleh yang sudah dipahami di tengah umat Islam, yakni niat karena Allah dan sesuai dengan ketentuan syariat (hukum Allah Swt.) telah didekonstruksi dalam pengukuran indeks kesalehan sosial (IKS). Kata saleh diberikan pemaknaan baru dengan menyematkan tambahan kata “sosial”.

Saleh Versi Manusia

Sejatinya, moderasi beragama adalah proyek Barat dalam deideologi Islam. Ide ini merupakan hasil rekomendasi Rand Corporation yang dipasarkan ke negeri-negeri Islam. Targetnya adalah untuk mencegah kebangkitan Islam atau tegaknya Khil4f4h.

Oleh karena itu, tidak heran jika moderasi beragama selalu dijejeli kepada umat, bahkan memasukkan paham moderasi beragama ini ke semua instansi dalam segala jenjang pendidikan secara terstruktur. Alhasil, generasi muda memahami moderasi agama sebagai salah satu pemikiran yang wajar, sebab mereka telah akrab dengan istilah tersebut dan selalu dikonotasikan sebagai pemahaman yang benar.

Di sisi lain, moderasi beragama cenderung mempropagandakan istilah-istilah agama Islam dengan mereduksi makna yang sebenarnya. Tujuannya untuk mengaburkan pemaknaan agar istilah-istilah tersebut dipahami salah oleh umat Islam. Misalnya ummatan wasathon yang dipropagandakan sebagai ajaran Islam untuk ber-moderasi beragama. Pun istilah “kesalehan” yang disebut-sebut menjadi elemen penting dalam penguatan moderasi beragama.

Sejatinya, istilah ini menjadi tidak utuh. Sebab dalam moderasi beragama, bentuk kesalehan hanya sebatas tolong-menolong, saling menghargai, tenggang rasa dan berempati. Sementara bentuk kesalehan dalam arti Islam yang sebenarnya adalah mentaati peraturan Allah Swt. secara menyeluruh, tidak hanya dalam bentuk toleransi.

Dengan demikian menjadi jelas bahwa saleh versi moderasi beragama hanyalah saleh versi manusia. Jika ini diterapkan, tidak akan terbentuk pribadi saleh yang akan meredam konflik-konflik horizontal, seperti yang sering digaungkan oleh aktivis moderasi beragama. Justru, adanya istilah-istilah yang diambil dari Islam sering kali menimbulkan masalah baru di kalangan umat Islam. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa antara umat seagama saja, penerapan moderasi beragama ini menimbulkan konflik, apalagi antar umat beda agama.

Konflik ini disebabkan karena moderasi beragama adalah produk sekularisme yang menjauhkan diri dari agama. Jika negara benar berfokus kepada terbentuknya kesalehan sosial, hendaknya tidak mengeliminasi peran agama dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, dengan ajaran agama yang benar, manusia akan mengerti tentang dirinya, kaitannya dengan sebelum dan sesudah kehidupan di dunia ini.

Dengan demikian, manusia tidak akan sembarangan bertindak, sebab mengimani adanya yaumil akhir. Alhasil, akan terbentuk kesalehan sosial yang hakiki, bukan kesalehan dari konsep kesalahan pemahaman tentang hidup.

Kesalehan dengan Taat Kepada Allah

Tidak dapat dimungkiri, konsep moderasi beragama adalah mendesakralisasi agama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sebab nilai-nilai agama yang diterapkan harus sesuai dengan nilai negara. Oleh karenanya, agama dianggap kelas nomor dua setelah negara.

Hal ini sangat bertentangan dengan penciptaan manusia. Sebab, manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah secara total, pun wajib mengimani bahwa aturan Allah Swt. adalah yang paling tinggi dibandingkan aturan apa pun.

اَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ ࣖ

“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?” (QS Al-Maidah: 50).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa selain hukum Allah Swt., maka hukum tersebut cacat atau hukum jahiliah. Oleh karenanya, manusia harus patuh hanya kepada hukum-hukum Allah Swt., bukan pada hukum selainnya.

Adapun ajaran Islam tentang toleransi sangat berbeda dengan ketentuan global. Islam merujuk pada toleransi yang sesuai dengan Al-Qur’an dan as-Sunah, di antaranya surah Al-Kafirun ayat 6, “Untukmu agamamu, untukku agamaku.” (TQS Al-Kafirun: 6).

Demikian pula, Islam juga sudah memiliki definisi saleh, yaitu orang yang beribadah semata-mata karena Allah dan sesuai dengan akidah Islam serta aturannya berasal dari syariat Allah Swt.. Oleh karena itu, kesalehan menurut Islam adalah dengan menaati perintah Allah secara total. Alhasil, kesalehan dan toleransi hanya akan tercipta ketika sistem Islam menaungi bumi ini.

Dengan demikian, umat Islam haruslah menyadari bahwa moderasi beragama hanyalah kedok musuh Islam untuk meracuni pemikiran umat agar makin jauh dari agamanya. Untuk itu, diperlukan dakwah yang masif kepada umat agar senantiasa dapat melawan musuh agama.

Oleh karena itu, bergabung dengan kelompok dakwah yang bergerak untuk menegakkan syariat Islam adalah salah satu cara untuk melepaskan diri dari cengkeraman musuh agama Allah yang saat ini sedang menguasai kaum muslim. Insyaallah. Wallahu a’lam. [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : [email protected]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *