Oleh: Neni Nurlaelasari
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Masalah pengangguran masih menjadi PR negeri ini. Tidak hanya pengangguran di kalangan masyarakat pada umumnya, tetapi kini pengangguran di kalangan gen Z terus meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat ada 10 juta gen Z yang masih menganggur. Sekitar 22,25% dari total 44,47 juta anak muda usia 15—24 tahun (usia produktif) belum bekerja (Detik.com, 26-05-2024).
Melonjaknya pengangguran di kalangan gen Z merupakan fenomena yang mencengangkan. Pasalnya, gen Z yang identik kreatif dan memahami kemajuan teknologi dianggap lebih mudah dalam melakukan pekerjaan. Mengingat pemakaian teknologi lebih banyak untuk memudahkan pekerjaan, seharusnya peluang kerja gen Z lebih lebar. Namun nyatanya, lonjakan pengangguran di kalangan gen Z tidak mampu dihindari. Melihat fakta ini, faktor apakah yang menyebabkan banyaknya pengangguran di kalangan gen Z?
Kapitalisme Gagal Ciptakan Peluang Kerja
Pengangguran di kalangan gen Z disebabkan oleh sulitnya kondisi ekonomi, sistem pendidikan yang tidak sesuai dengan dunia kerja, serta minimnya peran negara. Sulitnya kondisi perekonomian saat ini membuat banyak pabrik terpaksa gulung tikar atau mengadakan efisensi (PHK). Hal ini bukan hanya memperkecil peluang kerja pada gen Z, tetapi menambah pengangguran seiring terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK).
Sementara itu, sistem pendidikan yang ada nyatanya jauh berbeda dengan apa yang dibutuhkan dunia kerja. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziah mengatakan, banyak anak muda yang belum bekerja karena adanya ketidakcocokan antara pendidikan serta pelatihan dengan kebutuhan pasar kerja. Ini terjadi pada lulusan SMA/SMK yang menyumbang angka pengangguran tertinggi (CNBCIndonesia.com, 20-05-2024).
Mahalnya biaya pendidikan dan belum meratanya kualitas pendidikan mengakibatkan sedikit sekali gen Z yang memiliki pendidikan dan keahlian tinggi. Persoalan putus sekolah yang terjadi pada gen Z ini pun makin menambah panjang daftar angka pengangguran.
Di sisi lain, pendidikan dalam sistem kapitalisme pun gagal melahirkan generasi yang bermental kuat. Hal ini menyebabkan gen Z tidak cukup tahan menghadapi berbagai persoalan maupun tekanan dalam dunia kerja. Tidak sedikit dari kalangan gen Z lebih memilih menganggur daripada bekerja untuk menjaga kesehatan mental akibat tekanan pekerjaan. Kondisi ini berbeda dengan kalangan di luar gen Z yang tetap bertahan dalam pekerjaan, meski memiliki lingkungan kerja yang tidak nyaman.
Selain itu, minimnya peran negara dalam menciptakan lapangan kerja tentu berpengaruh terhadap tingginya angka pengangguran termasuk di kalangan gen Z. Ini terjadi akibat penerapan sistem kapitalisme yang menjadikan sumber daya alam dikuasai oleh swasta maupun asing. Oleh karenanya, negara tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat. Ditambah lagi dengan kebijakan yang membolehkan investor asing membawa pekerja dari negara asalnya, makin memperkecil peluang kerja yang ada.
Islam Solusi Tuntas Atasi Pengangguran
Berbeda dengan sistem kapitalisme yang gagal menciptakan lapangan kerja, Islam memiliki seperangkat aturan yang mampu mengatasi persoalan pengangguran, termasuk di kalangan gen Z. Dalam Islam, sumber daya alam haram dikuasai oleh swasta maupun asing. Dalam Islam, negara berkewajiban penuh untuk mengelola sumber daya alam yang dimiliki sehingga mampu menciptakan lapangan kerja bagi rakyatnya. Lapangan kerja tersebut tidak hanya bertumpu pada sektor formal, seperti industri, tetapi juga pertanian, perkebunan, perikanan, dan sektor lainnya akan dioptimalkan sehingga dapat menyerap tenaga kerja.
Sementara itu, sistem pendidikan Islam menjadikan individu tidak hanya beriman dan berkepribadian baik, tetapi juga dididik untuk bisa memenuhi kompetensi yang sesuai dengan pasar kerja yang ada. Alhasil, tidak akan terjadi ketidakcocokan antara pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja.
Dalam Islam, anak laki-laki usia balig diwajibkan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri sehingga sejak remaja sudah dijauhkan dari sifat malas. Tidak seperti sistem kapitalisme yang memanjakan individu gen Z. Ini terjadi karena selama menempuh pendidikan, mereka terbiasa dengan berbagai kemudahan dan fasilitas yang ada.
Negara juga berperan dalam memberikan pendidikan yang berkualitas dan gratis. Hal ini karena pendidikan dan keahlian berkaitan erat dengan kebutuhan pasar kerja sehingga negara harus memastikan tidak ada anak-anak yang putus sekolah.
Di sisi lain, dalam sistem Islam, pemanfaatan lahan harus dioptimalkan sehingga lahan kosong yang terbengkalai selama tiga tahun akan di tarik negara, kemudian diberikan kepada rakyat agar bisa produktif. Hal ini mampu menciptakan lapangan kerja untuk rakyat, sebagaimana hadis Rasulullah saw.,
“Barang siapa menghidupkan tanah yang mati, maka tanah itu (menjadi) miliknya.” (HR Bukhari).
Dengan pengaturan Islam yang paripurna, maka masalah pengangguran bisa diatasi secara baik. Untuk itu, sudah saatnya kita menerapkan sistem Islam secara menyeluruh (kafah) agar tidak terjadi pengangguran di kalangan gen Z, maupun masyarakat pada umumnya. Wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]