Oleh: Diana Soepadi A.Md.
Freelance Writer
Ukhuah islamiah harus tampil menghancurkan sekat tersebut hingga kemudian umat Islam dapat bernaung dalam sebuah institusi pemerintahan yang berasas tauhid, membentang dari Maroko hingga Merauke. Kekuatan tentara negara Islam inilah yang akan menggentarkan musuh-musuh Allah Swt. dan mampu menghentikan kematian bayi-bayi Gaza.
CemerlangMedia.Com — Kondisi Gaza, terutama anak-anak makin mengenaskan. Kabar pilu tentang syahidnya seorang bayi perempuan karena kedinginan di Gaza makin membuat sesak dada. Bagaimana kondisi yang sangat memprihatinkan dari para pengungsi Gaza di tenda-tenda darurat, tidak terhalangnya angin yang masuk dan robohnya tenda karena diterpa banjir, menunjukan kondisi saudara di Gaza sedang menghadapi maut detik demi detik.
Syahidnya bayi berusia tiga minggu itu adalah bayi ketiga yang meninggal karena kedinginan di tenda-tenda Gaza dalam beberapa hari di akhir Desember lalu. Agresi Isra3l ke Gaza yang selama 14 bulan ini telah menewaskan lebih dari 45.000 warga Palestina, lebih dari setengahnya adalah perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Sungguh, kehancuran total negeri Palestina membuat sekitar 90 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi berkali-kali (republika.co.id, 26-12-2024).
Ratusan ribu orang yang mengungsi di tenda-tenda di sepanjang pantai saat musim dingin mulai tiba, membuat kondisi anak-anak, terutama bayi harus berjuang melawan dingin yang ekstrem hingga mengalami hipotermia dan syahid. Selain syahid karena kedinginan, jumlah kematian akibat kelaparan juga begitu banyak. Semua imbas dari blokade yang ketat oleh Isra3l terhadap pengiriman makanan dan bantuan lainnya sehingga menimbulkan banyak penderitaan. Kelompok-kelompok bantuan telah berjuang untuk mengirimkan makanan dan perbekalan, mereka menyampaikan adanya kekurangan selimut, pakaian hangat, dan kayu bakar untuk pengungsi Gaza.
Ilusi Harapan pada Dunia Internasional
Di tengah kondisi Gaza yang memilukan, kaum muslim masih berharap dan meminta bantuan pada dunia internasional. Meski Isra3l pernah meningkatkan jumlah pengiriman bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza Utara di bawah tekanan Presiden Joe Biden. Namun, PBB dan kelompok bantuan mengatakan, Isra3l kembali memblokir hampir semua bantuan. Hanya sembilan truk PBB yang mampu membawa makanan dan air selama dua setengah bulan terakhir (republika.co.id, 26-12-2024).
Di titik ini, berharap dunia internasional menghentikan perang brutal Isra3l terhadap Palestina hanyalah ilusi. Faktanya, sekaliber PBB pun tidak mampu bertidak lebih tegas dengan mengirim tentara perdamaiannya untuk menghentikan perang, sementara resolusi terus dilanggar dan diabaikan oleh Isra3l.
Demikian pula dengan pemimpin negeri-negeri muslim, mereka kerap menjadikan isu Palestina hanya untuk pencitraan dan justru mengambil solusi 2 negara arahan Barat. Solusi untuk memberikan sebagian besar wilayah Palestina sebagai negara resmi bagi penjajah rasanya tidak masuk akal. Andai saat penjajahan Belanda di Indonesia dahulu ada opsi dari dunia interasional untuk memecah Indonesia menjadi 2 bagian negara yang merdeka di bawah pemerintahan Belanda (sang penjajah) dan Indonesia (pemilik asli negeri ini), apakah hal tersebut merupakan solusi yang waras dan pantas diambil? Tentu tidak. Solusi tersebut lebih pantas disebut pencaplokan wilayah yang dilegalkan dunia.
Tidak ada keadilan dalam sistem Kapitalisme yang diusung negara Barat. Sejatinya, sistem inilah yang telah memberikan jalan pada penjajah Zi*nis untuk membantai anak-anak Gaza. Bagaimana Inggris telah membidani lahirnya negara Zi*nis pada 1948 sehingga terus menimbulkan bencana kesengsaraan bagi rakyat Gaza seluruhnya. Jadi, menaruh harapan pada dunia Barat adalah kesalahan besar. Ibarat meminta pertolongan pada singa yang telah memakan anak kita sendiri.
Butuh Kesatuan Umat
Menghentian kematian bayi Gaza tidak cukup hanya dengan bergantung pada pembukaan blokade bantuan yang dikirim ke Gaza. Sebagai umat terbaik, kaum muslim harus punya agenda sendiri untuk menghentikan kejahatan Zi*nis. Gerakan penyatuan pemikiran dan perasaan untuk bangkit melawan rezim mereka dan bergerak ke Palestina untuk membebaskan Palestina harus dimassifkan. Gerakan ini diarahkan pada para pemuda di timur Tengah khususnya dan dunia umumnya.
Pemurnian harapan hanya pada Allah Swt. dan Rasul-Nya harus mulai dikuatkan kembali pada benak pemuda sebagai bagian agen perubahan. Tidak lagi menggantungkan harapan pada musuh-musuh Islam, tetapi bangkit bersatu dalam tauhid membela suadaranya yang terzalimi dan terjajah. Nabi bersabda,
“Setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Ia tidak berbuat zzalim kepadanya juga tidak membiarkannya tersakiti/terzalimi.” (HR Muslim).
Umat Islam haruslah mempunyai keimanan yang utuh bahwa merekalah satu-satunya umat terbaik yang dilahirkan dari seluruh peradaban manusia oleh Allah Swt.. Padanya dibebankan amanah kepemimpinan terhadap dunia sebagai pemegang kendali keadilan berdasar syariat Rabb-nya, menyampaikan dan mengajak seluruh umat kepada ketaatan dan kebaikan, menolak dan menghindarkan manusia dari kemaksiatan dan keburukan.
Aktivitas menyatukan pemikiran dan kekuatan umat berlandas keimanan yang terwujud dalam visi dan misi yang sama akan membuat pergerakan yang hebat untuk menuntut pembelaan terhadap saudaranya di Gaza. Selanjutnya, para pemuda tidak hanya mencukupkan diri pada bantuan kemanusiaan, tetapi menggalang kekuatan umat untuk bisa menggerakkan penguasa mendobrak kekuatan internasional. Bersatu antar negeri muslim dan mengirimkan kekuatan bersenjata di bawah komando keimanan.
Kesatuan negeri muslim dalam komando keimanan tidaklah mampu terwujud jika umat masih tersekat dalam negara bangsa. Ukhuah islamiah harus tampil menghancurkan sekat tersebut hingga kemudian umat Islam dapat bernaung dalam sebuah institusi pemerintahan yang berasas tauhid, membentang dari Maroko hingga Merauke. Kekuatan tentara negara Islam inilah yang akan menggentarkan musuh-musuh Allah Swt. dan mampu menghentikan kematian bayi-bayi Gaza.
Wallahualam bissawab [CM/NA]