Oleh: Widya Ummu El
(Aktivis Muslimah)
Pelajar akan dibekali dengan pemahaman akidah Islam yang kukuh, mulai dari keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Oleh karenanya, mereka tidak mudah teracuni oleh pemikiran asing yang merusak akidah dan moral.
CemerlangMedia.Com — Moderasi beragama makin gencar digalakkan dan target utamanya adalah para pelajar. Pada beberapa kesempatan, Ibu Negara Iriana Joko Widodo didampingi Wury Ma’ruf Amin dan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE-KIM) mengunjungi sekolah-sekolah di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur untuk menyelenggarakan ‘Sosialisasi Moderat Sejak Dini’ dengan tema ‘Cinta Tuhan dengan Mencintai Indonesia’.
Kegiatan ini adalah yang ketiga kalinya digelar, setelah sebelumnya diadakan di daerah Bali dan Yogyakarta. Istri Menteri Agama Yaqut Cholil, Eny Retno Yaqut mengatakan bahwa kegiatan ini sengaja menargetkan para pelajar dengan tujuan menanamkan nilai-nilai moderat sejak dini agar para pelajar bisa menjadi pribadi yang berpikiran terbuka, cinta damai, dan toleran. Ia mengungkapkan, akan terus melakukan sosialisasi seperti ini di kota-kota lainnya (Detik.com, 11-9-2024).
Ada Apa dengan Moderasi?
Moderasi beragama bukanlah agenda yang baru. Faktanya, kegiatan ini telah menjadi program prioritas pemerintah sejak 2018 di bawah Menteri Agama saat itu, K.H. Lukman Hakim Syaifuddin yang dikenal sebagai Bapak Moderasi Beragama.
Tujuan utamanya adalah untuk menjaga sikap toleransi dalam bermasyarakat karena Indonesia adalah negeri majemuk yang terdiri dari beberapa agama dan banyak tradisi. Selain itu, tujuan lain sosialisasi agenda moderasi beragama pada pelajar adalah agar mereka tidak mudah terpengaruh oleh pemikiran agama yang radikal.
Sementara jika ditelaah, paham moderasi ini merupakan agenda dari Barat. Barat paham betul bahwa untuk melemahkan kaum muslim hanya dapat ditempuh melalui ide atau pemikiran, maka moderasi beragama ini menjadi salah satunya. Sebagai contoh, pluralisme, yaitu meyakini bahwa semua agama benar dan sama-sama mengajarkan kebaikan. Akibatnya, siapa pun tidak boleh menganggap agama lain salah dengan dalih toleransi beragama.
Bahkan, ada beberapa kaum muslim yang seolah “dipaksa” ikut serta dalam aktivitas perayaan agama selain Islam dengan dalih saling mengormati antar umat beragama. Ini adalah toleransi yang kebablasan karena tanpa sadar, umat Islam mengakui adanya Tuhan selain Allah Swt.. Pemikiran seperti ini dapat membawa kaum muslim kepada kesyirikan. Naudzubillah.
Bisa dibayangkan jika agenda moderasi beragama ini terus digencarkan di kalangan pelajar. Tentunya ini akan mengikis akidah pelajar muslim. Perlu diketahui bahwa permasalahan pelajar saat ini adalah dekadensi moral yang makin merosot, misalnya pergaulan bebas, bullying, seks bebas, aborsi, narkoba, dan kriminalitas lainnya yang sama sekali tidak dapat diselesaikan dengan moderasi beragama.
Hal tersebut justru memperburuk pemikiran remaja saat ini karena memiliki pandangan yang terlalu terbuka. Akibatnya, para remaja akan sangat mudah teracuni oleh pemikiran-pemikiran asing yang merusak moral.
Moderasi beragama ini digaungkan di sekolah-sekolah dengan alasan guna menangkal pemikiran radikal di kalangan pelajar. Alhasil, agenda ini membuat pelajar takut untuk belajar Islam secara kafah dan membatasi Islam hanya sebagai ibadah ritual saja, tanpa mengurus masalah kehidupan dan bermasyarakat.
Musuh-musuh Islam menyadari bahwa jika para pelajar muslim ini bangkit pemikirannya, maka akan makin sulit bagi mereka untuk menguasai dunia. Oleh karena itu, mereka menitikberatkan pemahaman moderat ini dengan asas sekularisme, pluralisme, toleransi, kesetaraan gender, melindungi HAM, dan meyakini bahwa agama berada di jalan tengah. Dengan kata lain, cukup memakai agama seperlunya saja, tanpa perlu menjalankannya secara keseluruhan.
Bagaimana Pelajar Harus Bersikap?
Sebagai seorang muslim, kita harus sadar bahwa ketika mengakui agama kita adalah Islam dan Tuhan kita hanyalah Allah, maka sudah menjadi konsekuensi keimanan untuk taat pada semua perintah dan larangan Allah. Islam bukanlah agama prasmanan, mengambil aturan yang enak saja, tanpa mengambil yang lainnya.
Berislam haruslah secara menyeluruh. Sebagaimana firman Allah Swt.,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kepada Islam secara menyeluruh. Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu.” (QS Al-Baqarah [2]: 208).
Jadi, umat Islam diwajibkan untuk mengambil aturan dan pemikiran yang berasal dari Islam saja, yaitu Al-Qur’an dan Sunah, bukan aturan yang berasal dari pikiran manusia yang terbatas.
Begitu terencana agenda Barat dalam menjauhkan remaja muslim dari ajaran agamanya sendiri. Melalui moderasi beragama ini, para remaja muslim menjadi asing dengan ajaran Islam dan menganggap penerapan syariat Islam sebagai tindakan yang radikal.
Mengenai toleransi, tanpa moderasi beragama pun Islam sudah mengajarkan sikap toleransi sejak zaman Nabi Muhammad saw.. Pemeluk agama lain yang tunduk pada peraturan negara akan diberikan hak-hak yang sama, setara, dan adil. Mereka akan hidup berdampingan dengan kaum muslimin, tanpa ada perbedaan, yang membedakan hanyalah akidahnya saja. Cukuplah dengan membiarkan umat agama lain merayakan perayaan agamanya sendiri, tanpa harus ikut merayakannya.
Di sisi lain, pelajar akan dibekali dengan pemahaman akidah Islam yang kukuh, mulai dari keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Oleh karenanya, mereka tidak mudah teracuni oleh pemikiran asing yang merusak akidah dan moral. Selain itu, negara wajib mengontrol dan menjaga kualitas remaja melalui sistem pendidikan Islam sehingga terwujud peradaban yang mulia dan generasi yang cemerlang.
Demikianlah Islam sebagai agama yang sempurna. Seluruh problematika hidup umat sudah ada solusinya. Tidak perlu ada moderasi beragama karena tanpa moderasi beragama pun, Islam tetap sempurna dengan syariat-Nya. Wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]