Oleh: Ummu Hanik Ridwan
CemerlangMedia.Com — Generasi bangsa haruslah berkualitas, bisa diandalkan, dan menjadi tameng negara di masa mendatang. Kualitas tidak hanya pada segi ilmu pengetahuan, tetapi juga harus beriman dan bertakwa. Sebab, sepintar apa pun orang dengan ilmunya, kalau tidak beriman, maka tidak akan mendatangkan kemanfaatan dan keberkahan.
Namun, bagaimana jika kenyataan yang ada sebaliknya? Generasi bangsa yang diharapkan berkualitas dan bisa diandalkan ternyata lemah dan tidak berkualitas. Alih-alih mendatangkan kebanggaan, yang diperbuatnya justru mendatangkan sikap pesimis, miris, dan sangat memalukan.
Seorang pelajar SMP berusia 15 tahun di Kabupaten Lampung Utara diperk*sa oleh 10 pria. Korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan di sebuah gubug di wilayah Lampung Utara pada Sabtu (27-2-2024). Korban tidak dikasih makan dan hanya dicekoki minuman keras. Mirisnya lagi, 3 dari pelaku pemerk*sa masih berada di bawah umur (regional.kompas.com, 15-3-2024).
Sementara itu, dalam semalam terjadi perang sarung antar remaja di 3 lokasi yang berbeda di wilayah Pangkal Pinang. Lokasi perang sarung pertama terjadi di Jalan Gandaria 2 Kelurahan Kacang Pedang, kedua di Kelurahan Bukit Besar, dan yang ketiga di jembatan Jerambah Gantung (bangka.tribunnews.com, 17-3-2024).
Beberapa kejadian memalukan yang dilakukan para generasi muda seperti hal di atas memerlukan tindakan tegas para pemangku kebijakan agar masalah yang ada pada generasi muda segera teratasi. Apabila masalah itu ada pada pola pikir dan pola perilaku, maka harus segera diambil tindakan nyata terkait hal itu.
Rusaknya Generasi Bangsa
Pemuda adalah generasi penerus bangsa dan peradaban. Sebagai aset bangsa, pemuda wajib dijaga, dilindungi, dan dibina sehingga memiliki pola pikir dan pola perilaku yang benar. Sayangnya, generasi saat ini telah mengalami kerusakan yang begitu parah sehingga banyak remaja menjadi pelaku beragam kejahatan.
Rusaknya generasi tidak bisa dilepaskan dari peran pendidikan. Sebagaimana yang dirasakan saat ini, kurikulum pendidikan berasas pada sekularisme, yaitu akidah yang memisahkan agama dari kehidupan. Sementara fitrah manusia terikat dengan aturan Sang Pencipta. Ketika aturan tersebut dipisahkan dari kehidupan, maka akan menghasilkan kekacauan yang luar biasa.
Pendidikan saat ini telah terbukti gagal mencetak generasi yang berkualitas. Generasi hanya dididik pandai dan cerdas dalam ilmu alat, tetapi minim dalam keimanan dan akhlak. Akibatnya, lahirlah generasi yang bermoral bejat. Meski masih duduk di bangku sekolah, tidak sedikit yang sudah menjadi pelaku kriminal, seperti pemerk*sa atau pelaku tawuran. Semua itu terjadi karena dalam hati mereka sudah tidak ada rasa takut terhadap dosa dan tidak paham dengan perbuatan yang dilarang oleh Allah.
Lingkungan sekuler sangat memengaruhi kualitas pembentukan kepribadian generasi. Perilaku individualis dan liberal masyarakat menjadi pemicu generasi untuk berbuat kemaksiatan, sebab tidak ada lagi nasihat antar sesama serta adanya pembiaran atas nama kebebasan berperilaku. Selain itu, tayangan/konten kekerasan dan seksual menjadi bahan konsumsi sehari-hari, maka wajar jika generasi sekarang menjadi pemuda perusak dan gemar melakukan kerusakan.
Sangat berbeda ketika masyarakat diatur dengan sistem Islam yang diterapkan secara praktis oleh negara Islam. Islam mengajarkan pemeluknya untuk tidak memisahkan aturan Allah dari kehidupan. Justru sebaliknya, Islam mewajibkan agar semua hal dikaitkan dengan aturan Allah. Dengan begitu, sangat dibutuhkan keberadaan Daulah Islam sebagai institusi yang menerapkan hukum Allah.
Generasi dalam Pandangan Islam
Islam memandang generasi sebagai aset peradaban. Oleh karena itu, Islam memerintahkan negara berperan untuk menjaga, mendidik, dan membentuk generasi berkualitas. Strategi efektif yang digunakan adalah melalui pendidikan. Melalui pendidikan, manusia bisa mendapatkan ilmu dan dengan ilmu mereka terbebas dari kebodohan dan kekufuran.
Negara menerapkan sistem pendidikan Islam yang berasaskan akidah Islam. Salah satu indikator kurikulum pendidikan Islam adalah bertujuan mencetak generasi yang memiliki kepribadian Islam. Hal ini akan menuntun generasi memiliki pola pikir dan pola sikap sesuai syariat Islam. Standar mereka bukan lagi kepuasan, tetapi rida Allah.
Mereka ikhlas dan sabar dalam mengamalkan apa yang diperintahkan Allah serta menjauhi apa yang dilarang Allah. Mereka akan berupaya terus-menerus untuk berlomba-lomba dalam amal saleh. Di saat yang sama, mereka bersemangat meninggalkan kemaksiatan.
Islam menentukan metode pengajaran yang diterapkan dalam masyarakat berupa talqiyan fikriyan. Metode ini menjadikan semua ilmu diarahkan untuk membangun pemahaman tentang kehidupan sekaligus menjadi landasan sikap dan perilaku. Semua ilmu diajarkan dan diarahkan dalam rangka mencerdaskan akal dan meningkatkan taraf berpikir anak didik. Dengan ilmu yang dimiliki, mereka mampu menyelesaikan masalah kehidupan.
Selain pendidikan, media akan melarang semua tayangan yang merusak seperti konten porno, kekerasan, dan sejenisnya. Hal yang bisa dikonsumsi masyarakat sehari-hari adalah seputar edukasi syariat Islam, berita sehari-hari, perkembangan sains dan teknologi.
Kewibawaan negara di mata dunia sangat diakui. Begitu juga kehebatan pasukannya dalam berjihad. Dengan begitu, generasi akan diliputi kebaikan-kebaikan karena mereka berada dalam suasana keimanan dan ketaatan. Demikianlah, Daulah Islam membentuk generasi berkepribadian Islam yang mulia dan berkualitas. [CM/NA]