Kasih Sayang dan Kebersamaan di Kota Yogyakarta

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Qothrun Nadda
(Siswi Kelas 6 SD Muhammadiyah Payaman, Magelang)

CemerlangMedia.Com — Tanggal merah muncul berturut-turut di sebuah kalender yang ditempel di dinding. Sepulang sekolah, anak-anak pun berteriak, “Horreeee…! Besok libur.”

Orang di rumah pun kaget mendengar suara teriakan tersebut. Siapa lagi kalau bukan aku dan adikku yang berteriak. Kami sangat senang karena ada hari libur.

Hai, teman-teman! Kenalin… Aku Nadda yang memiliki tiga adik. Dua adik perempuan, yaitu Lu’lu’ dan Ghinaa, satu adik laki-laki, yaitu Imad. Aku duduk di bangku kelas enam.

Biasanya, saat hari libur, aku dan adikku melakukan kegiatan masing-masing. Adik laki-laki bermain di luar rumah dan dua adik perempuanku bermain guru-guruan di dalam rumah. Sementara aku membaca ataupun memasak. Kami sangat senang di hari libur sekolah, apalagi kalau diajak pergi ke luar oleh ibu dan bapak. Aku sangat bersyukur dengan keluargaku yang bisa menciptakan kebahagiaan dan kasih sayang.

Saat sore hari, seperti biasa, kami selalu berkumpul di ruang keluarga dengan percakapan yang berbeda-beda setiap harinya.

“Bu… Ibu…!” Adikku berteriak memanggil ibuku untuk bercerita bersama keluarga. Lalu tidak lama adikku memberi pertanyaan kepada ibu. “Mengapa kasih sayang itu penting dalam sebuah hubungan keluarga ataupun teman?” tanya adik laki-lakiku.

“Kalau tidak ada kasih sayang, maka hubungan tersebut tidak akan berjalan baik atau akan runtuh. Apakah kalian pernah mendengar pepatah ini? ‘Tak kenal, maka tak sayang’, ada hadisnya juga, lo,” ucap ibu.

Rasulullah Shalallahhu ‘alaihi wassallam bersabda, “Barang siapa yang tidak menyayangi, niscaya ia tidak akan disayangi.” (HR Al-Bukhari).

“Oh, begitu, ya,” ucap adik laki-lakiku. Obrolan itu terus dilanjut dengan makan malam bersama keluarga tercinta.

Malam itu, bapak dan ibu mengajak kami untuk pergi besok pagi. Aku dan adikku langsung berteriak, “Horeee…, tak sabar.”

Akan tetapi, kita belum tahu mau pergi ke mana, ucapku dalam hati. Karena sudah malam, pukul sembilan, aku pun tidur.

Pagi tiba. Setelah salat Subuh, bapak dan ibu sedang menentukan lokasi yang akan kami kunjungi. Aku dengar, kami akan pergi ke kota yang istimewa, yaitu Yogyakarta. “Masyaallah,” ucapku dalam hati.

Tidak lama, ibu pun memberitahuku dan adik-adikku kalau hari ini kita akan pergi ke Jogja. “Anak-anak, hari ini kita akan pergi ke Jogja, di sana kita akan naik kereta. Akan tetapi, ada syaratnya, kalian harus akur, ya. Apakah anak-anak mau?” ucap ibu.

“Mauu, Bu, kenapa kita naik kereta api?” tanyaku ke ibu.

“Untuk menambah pengalaman anak-anak dan mengisi hari libur ini dengan kegembiraan dan kasih sayang terhadap keluarga,” ucap ibu.

“O, iya, Ibu punya pertanyaan, lo, mengapa rel kereta api tidak berdempetan antara rel satu dengan yang lain?” tanya ibu.

“Apa, ya?” Bingung! Apa, ya?” ucap adik-adikku balik bertanya.

“Karena… pada rel kereta akan terjadi pemuaian dan penyusutan, yaitu saat pagi atau siang hari. Pada saat matahari terik sekali, rel kereta api akan sedikit demi sedikit mengembang dari biasanya. Itu namanya memuai. Pada saat malam hari, rel kereta mengalami penyusutan karena rel kereta api menyusut seperti keadaan biasanya,” jelas ibu.

“O… seperti itu, Bu?” Kami masih terkagum-kagum dengan jawaban ibu. Kami ngobrol banyak bersama ibu yang sedang bersih-bersih ruang keluarga.

Dan ternyata, untuk sarapan, bapak membuatkan nasi goreng spesial yang sangat kami sukai. Lalu aku bersama keluargaku sarapan bersama di meja makan disinari matahari yang hangat, seperti kasih sayang di sebuah keluarga yang amat bahagia.

Tidak lama kemudian, aku sudah selesai sarapan, lalu mandi. Adik-adikku pun ikut mengantre untuk mandi. Setelah selesai mandi, aku bersiap-siap untuk berangkat, seperti menyiapkan tas yang kubawa dan mengenakan sepatu sembari menunggu adikku. Ibuku pun memanggilku agar membantunya menyiapkan barang-barang yang akan dibawa pergi hari ini.

Bus adalah transportasi yang kunaiki bersama keluarga untuk pergi ke kota yang istimewa, Yogyakarta. Saat perjalanan, aku senang sekali karena bisa pergi bersama keluarga kesayangan dengan gembira dan merasakan kebersamaan.

Setelah sampai di tempat pemberhentian bus, terminal Jombor, kami pindah ke bus kota. Bus yang mengantarkan kami ke tempat tujuan di Jogja, yakni Trans Jogja. Busnya kecil, tersebar di area Yogyakarta.

Kita tak bisa menghentikan bus ini di sembarang tempat karena bus ini hanya berhenti di tempat-tempat tertentu, yaitu di halte Trans Jogja. Aku dan adik-adikku merasa senang.

Teman-teman, kalau kita jalan-jalan ke Yogyakarta, tempat manakah yang banyak dikunjungi atau terkenal? Ya, betul sekali. Malioboro selalu ramai pengunjung, baik dari dalam negeri atau domestik sampai mancanegara.

Gudeg adalah makanan yang sangat terkenal di Yogyakarta. Tampilannya yang menarik, lezat, dan rasa yang gurih dan manis membuat banyak orang menyukai masakan tersebut.

Tempat pertama yang aku kunjungi di Yogyakarta adalah Malioboro. Di sana kami jalan-jalan, melihat berbagai macam oleh-oleh khas Jogja dan kuliner di Jogja. Setelah beberapa lama jalan-jalan, akhirnya kami makan siang karena adik-adikku sudah merasa lapar. Aku bersama keluarga tidak memakan gudeg, tetapi kami memilih makanan lokal yang lain. Sembari menunggu makanan dan minuman datang, kami salat Zuhur terlebih dahulu karena ini sebuah kewajiban semua umat muslim.

Setelah makan siang dan salat Zuhur, kami berjalan menuju stasiun kereta seperti yang ibu dan bapak rencanakan kemarin. Tidak disangka, stasiun ramai sekali pengunjungnya, baik dari dalam kota maupun luar kota. Aku, ibu, dan ketiga adikku menunggu di tempat tunggu, sedangkan bapak membeli tiket untuk naik kereta menuju Kutoarja.

Tidak lama, bapak terlihat berjalan ke arah kami sambil membawa sesuatu di tangannya. “Alhamdulillah, akhirnya dapat tiket. Masyaallah, hari ini sungguh diselimuti kebahagiaan bersama keluarga tercinta,” gumamku dalam hati.

Sebelum naik kereta, aku membeli beberapa roti di sebuah kedai yang ada di stasiun. “Aromanya sangat lezat ya, Mbak,” ucap De Imad.

“Iyaa,” ucapku. Rasanya makin tak sabar untuk mencicipinya. Karena kami sangat khawatir keretanya keburu datang, aku pun lari bersama adikku.

Alhamdulillah, kami tidak terlambat. “Keretanya belum datang?” tanyaku kepada bapak dan ibu. “Sebentar lagi,” keduanya menjawab hampir bersamaan. “Alhamdulillah, ya, Mbak, Alhamdulillah,” ucap De Imad.

Tidak lama kemudian, datang juga keretanya. Aku duduk bersama adikku, lalu mencicipi roti yang kubeli tadi sambil menikmati pemandangan hijau ciptaan Allah Ta’ala. Kurasa hari ini penuh dengan nikmat Allah dan kebersamaan serta kasih sayang keluarga. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *