Islam menetapkan sejumlah mekanisme agar kebutuhan rakyat dapat terpenuhi. Islam mensyariatkan agar laki-laki memberikan nafkah kepada diri dan keluarganya, serta mewajibkan kerabat dekat untuk membantu saudaranya. Jika dua hal tersebut belum terpenuhi, negara wajib turun tangan dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya.
CemerlangMedia.Com — Program Makan Bergizi Gratis yang diadakan pemerintah pusat belum terbagi secara merata di Kabupaten Subang. Hingga saat ini, baru delapan sekolah di wilayah kota yang telah melaksanakan program tersebut (08-01-2025).
Tujuan diadakanya program MBG mungkin untuk mencukupi gizi anak-anak di Indonesia. Akan tetapi, program MBG bukanlah solusi yang tepat untuk keadaan saat ini. Sebab, bukan hanya anak-anak yang membutuhkan gizi penuh, melainkan seluruh masyarakat yang ada di negara ini tanpa terkecuali. Sayangnya, pemerintah hanya menjadikan MBG sebagai program kebijakan dalam dunia pendidikan saja.
Awal program MBG ini dimulai sudah terjadi berbagai masalah. Ini adalah akibat dari kapitalisme yang selalu memanfaatkan sesuatu hanya demi materi. Pemerintah hanya ingin mengikuti program yang sama dengan negara lain, padahal dari pengelolaan dana saja sudah tidak benar dan modalnya tidak memadai. Lantas, apakah pemerintah bisa terus-menerus memberikan makan gratis secara merata ke seluruh wilayah di Indonesia? Sementara anak-anak tidak hanya membutuhkan gizi untuk sehari saja.
Program ini juga melibatkan banyak penggunaan barang dan jasa dari sektor pertanian dan perkebunan, bahkan menghabiskan budget sebanyak Rp4,51 triliun. Selain untuk memenuhi gizi anak, program MBG juga bisa membuka lapangan kerja untuk para masyarakat. Namun sayangnya, itu bukan juga solusi yang tepat untuk saat ini.
Selain masalah kualitas makanan, cara penyajian, hingga pemerataan pembagian, program ini diduga bisa memunculkan para koruptor. Atas dasar inilah program MBG yang pemerintah adakan hari ini sejatinya adalah solusi parsial ala kapitalisme. Pemerintah cenderung lepas tangan dalam mengurus rakyat dan memindahkan tanggung jawabnya kepada pihak swasta. Pada akhirnya, cita-cita untuk menghasilkan SDM berkualitas dalam sistem ini ibarat menggantang asap.
Rasulullah saw. bersabda, “Siapa dari kalian yang bangun pagi dalam keadaan hatinya aman/damai, sehat badannya dan memiliki makan hariannya, maka seolah-olah telah dikumpulkan untuk dirinya dunia dengan seluruh sisinya.” (HR Tirmidzi).
Hadis tersebut menjelaskan bahwa salah satu hal penting yang dibutuhkan manusia adalah makanan harian yang mampu mencukupi kebutuhannya. Oleh karena itu, Islam menetapkan sejumlah mekanisme agar kebutuhan rakyat dapat terpenuhi.
Islam mensyariatkan agar laki-laki memberikan nafkah kepada diri dan keluarganya, serta mewajibkan kerabat dekat untuk membantu saudaranya. Jika dua hal tersebut belum terpenuhi, negara wajib turun tangan dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Bukan hanya itu, negara harus menyediakan layanan keamanan, pendidikan, dan kesehatan untuk semua warganya. Penguasa harus memenuhi kewajiban mereka dan tidak boleh mengabaikan atau memindahkan wewenangnya kepada pihak yang lain.
Negara akan memaksimalkan pemasukan dari pos-pos pendapatan negara yang terdiri atas pemasukan tetap, yakni fai’, ghanimah, anfal, kharaj, dan jizyah, pemasukan dari harta milik umum dengan berbagai macam bentuknya, serta pemasukan dari harta milik negara, yakni usyur, khumus, dan rikaz. Sumber-sumber pendapatan tersebut akan dimaksimalkan agar pemenuhan kebutuhan rakyat terlaksana secara merata, bukan untuk masyarakat tertentu saja sebagaimana program MBG.
Penerapan sistem ekonomi Islam akan mewujudkan negara mandiri. Negara tidak akan bergantung kepada pihak lain atau swasta, baik dalam maupun luar negeri terkait pemenuhan kebutuhan rakyat.
Islam menjadikan penguasa sebagai pengurus (raain) sekaligus pelindung (junnah) rakyatnya. Pemimpin adalah mereka yang diberi amanah dan Allah akan meminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Hanya dengan penerapan syariat Islamlah segala bentuk hak masyarakat kercukupi, mulai dari sandang pangan, dan juga papan. Wallahualam bissawab
Rizcha Anggy
Santri Al Husna [CM/NA]