CemerlangMedia.Com — Pembangunan Bekasi menampakkan kemegahannya. Jalan bebas hambatan tumbuh bertebaran, sarana dan prasarana jalur kereta pun telah banyak menempati ruang wilayah Bekasi. Tak kalah menarik, pemerintah daerah turut menghias Bekasi dengan pembangunan taman, lapangan, hingga museum yang akan menambah estetika wilayah Bekasi sebagai tempat yang indah dan nyaman.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi membangun setidaknya sepanjang 1.8 km Taman Median dalam upaya mempercantik dan memperindah Jalan Inspeksi Kalimalang yang menjadi salah satu ikon di wilayah Bekasi. Pemkab juga akan melanjutkan pembangunan lapangan squash berskala internasional dan menelan dana hingga Rp15,6 milyar yang sempat tertahan di 2023 dengan anggaran Rp8,7 miliar.
Tidak hanya itu, demi menambah estetikanya, Pemkab Bekasi juga akan menata ruang Wilayah Cikarang dengan sarana dan prasarana yang memadai dan menjadikannya kawasan perkotaan produktif berbasis sektor industri yang ramah lingkungan demi mendukung investasi nasional sekaligus pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dan di tahun ini juga, dua museum telah direncanakan akan dibangun di Islamic Center Kota Bekasi dan Kranggan Kecamatan Jatisampurna sebagai upaya mengenalkan sejarah dan kebudayaan Bekasi sehingga menjadi potensi pariwisata baru di Wilayah Bekasi (28-1-2024).
Di balik gencarnya pembangunan ruang demi menambah estetika Wilayah Bekasi, menimbulkan dialektika lain sebagai gambaran pertentangan dua hal yang mengusik pandangan masyarakat. Salah satunya adalah sengketa lahan tiga sekolah dasar negeri (SDN) di Bantargebang yang sempat disegel ahli waris sehingga mengganggu proses belajar mengajar murid dan guru di sekolah tersebut.
Ada juga permasalahan kebersihan dan kesadaran higiene di tengah masyarakat yang semestinya menjadi perhatian khusus pemerintah daerah setempat. Pasalnya, kondisi ini turut memakan korban, seperti yang terjadi di Kali Jeruk Kampung Telaga Harapan, Desa Kalijaya, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi. Seorang warga berinisial S (27) ditemukan tewas setelah tenggelam saat sedang buang air besar (BAB) di kali tersebut.
Sebuah potret estetika sistem kapitalisme, menampilkan keindahan di luar, tetapi terasa menyakitkan di dalam dada masyarakat pinggiran. Sejatinya, pendidikan dan higiene sebagai kebutuhan dasar masyarakat adalah skala prioritas yang wajib diutamakan. Akan tetapi, kondisi ini akan terus menjadi sebuah PR besar bagi pemerintah karena pembangunan saat ini hanya melulu berbicara investasi dan ekonomi, bukan kesejahteraan dan pendidikan masyarakat.
Berbeda dalam sistem Islam. Negara wajib hadir sebagai pengurus dan pelindung rakyat, mengedepankan kebutuhan dasar bagi masyarakat, dan bukan memprioritaskan kalangan kapitalis dan oligarki yang selalu mencari ekonomi demi kepentingan pribadi.
Dalam hadis riwayat Bukhari, “Imam (khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.”
Sudah sepatutnya masyarakat lebih kritis memahami bahwa persoalan negeri, hanya dapat diatasi dengan solusi Islam yang datang dari Yang Maha Mengetahui. Wallaahu a’lam bisshawwab.[]
Nilma Fitri, S. Si.
Cikarang, Bekasi [CM/NA]