Pungli di Bekasi Butuh Solusi

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Sementara manusia akan mengalami kematian dan menghadapi hari penghisaban. Di saat semua perbuatan di dunia menjadi penentu timbangan amal dan pahala, keimanan mereka justru telah terkoyak dengan kehidupan sekuler yang mewarnai perbuatannya di dunia.

CemerlangMedia.Com — Viral! Beredar video seorang warga Bekasi berinisial T (27) mengalami pungli di Samsat Bekasi Kota saat mengurus pembayaran pajak dan balik nama kendaraan bermotornya. Biaya yang diminta oleh oknum pungli jauh lebih besar, yakni Rp550 ribu dibandingkan biaya normalnya hanya Rp225 ribu (13-09-2024).

Sontak saja, media ramai menayangkan berita tersebut dan mengundang banyak komentar masyarakat Bekasi. Meskipun begitu, sebenarnya pungli ini tidak hanya satu kasus itu saja, tetapi masih banyak lagi kasus lain yang tidak tercium awak media.

Pelakunya pun adalah oknum dari berbagai perangkat pemerintah daerah. Sudah tentu, kelakuan mereka ini telah mencoreng wibawa pelayanan publik di Bekasi karena sejatinya, pelayanan publik memberikan banyak kemudahan bagi masyarakat, tetapi dengan adanya pungli ini, masyarakat harus mengeluarkan dana lebih besar.

Walaupun aktivitas pungli ini adalah pilihan bagi siapa saja yang bersedia memakai jasa mereka untuk mendapatkan kemudahan dalam mengurus kewajibannya, tetapi tetap tidak pantas dilakukan. Malahan keberadaannya kini seolah membudaya dan terpelihara sehingga sulit sekali dihilangkan.

Banyak sudah upaya negara menghentikan pungli ini. Menetapkan banyak aturan serta sanksi bagi mereka yang melanggar serta inspeksi mendadak (sidak) dari lembaga pengawasan, tetapi tidak cukup mampu mendisiplinkan mereka.

Pungli masih saja bebas dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Bahkan, pelakunya tidak hanya perorangan, tetapi juga melibatkan kelompok hingga penanggung jawab instansi setempat. Tentu saja bak lingkaran setan, pungli ini akan makin liar berkeliaran.

Belum lagi aturan dan pelayanan publik yang membuat masyarakat kurang nyaman, lama, dan berbelit. Pada akhirnya, jalan singkat demi kemudahan dipilih masyarakat menggunakan jasa pungli ini. Lantas, siapakah yang harus disalahkan?

Ibarat kata, kasus pungli seperti menjadi masalah sistemik yang sulit dilepas, mulai dari masalah kesadaran individu pelaku, pun bagi pengguna jasanya yang rela melanggar norma agama. Semua itu mereka lakukan untuk memperkaya diri ataupun mengambil manfaat demi kepentingan pribadinya, apalagi sanksi yang telah ditetapkan sepertinya tidak mampu membuat jera.

Tidak ada lagi batas halal dan haram dalam kehidupan. Pemisahan agama dari kehidupan seakan telah berhasil merengkuh dan merasuki pemikiran serta perbuatan. Iman telah terkikis. Mereka tidak takut lagi akan datangnya hari pertanggungjawaban bilamana tetap melakukan pungli.

Keimanan seperti sudah terhempas akibat sistem yang mengatur kehidupan saat ini. Bagaimana tidak, asas sekularisme yang mengeliminasi aturan agama dari kehidupan, secara sadar atau tidak, telah menjadi asas negara dan merasuki masyarakat.

Oleh sebab itu, sudah semestinya kita bebenah. Asas sekularisme harus dibuang jauh-jauh. Peneraparan aturan Islam adalah sebuah keharusan karena tidak ada aturan yang memberikan kebaikan yang adil kepada manusia keseluruhannya, selain aturan slam. Sebab, apa pun bentuk pungli, dilarang oleh Islam.

Rasulullah saw. bersabda,

إِنَّ صَاحِبُ الْمَكْسِ فِيٌ انَّارِ

“Sesungguhnya pelaku pungutan liar ada dalam neraka.” (HR Ahmad).

Selain itu, Islam akan menjamin kesejahteraan bagi aparatur negara juga masyarakat. Sebab, Islam satu-satunya aturan yang datang dari Pencipta dan wajib dijalankan sebagai bentuk ibadah.

Tidak ada lagi jalan samping yang terbuka, aparatur negara dan rakyat sama-sama merasakan ketenteraman dan kesejahteraan. Pintu pungli pun akan tertutup karena sanksi Islam tegas diterapkan.

Jadi, masihkah layak sistem sekularisme ini dipertahankan? Sementara manusia akan mengalami kematian dan menghadapi hari penghisaban. Di saat semua perbuatannya di dunia adalah penentu timbangan amal dan pahalanya, sedangkan keimanan mereka telah terkoyak dengan kehidupan sekuler yang mewarnai perbuatannya di dunia. Akankah ia dapat mencapai surga? Wallahu a’lam bisshawab.

Nilma Fitri, S.Si.
Bekasi, Jawa Barat [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : [email protected]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *