KH. Hafidz Abdurrahman, MA.
CemerlangMedia.Com — Shafiyyah binti Abdul Muthalib ra. merupakan bibi dari Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam dari jalur ayah dan juga ibu. Ayahnya bernama Abdul Muthalib, saudara dari ayah Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam, Abdullah bin Abdul Muthalib. Sedangkan ibunya bernama Hallah binti Wahab yang merupakan saudara dari Aminah binti Wahab, ibunda Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam.
Shafiyyah binti Abdul Muthalib ra. menikah dengan Harits bin al-Harb, saudara Abu Sufyan kemudian meninggal. Setelah Harits wafat, beliau dinikahi oleh Awwam bin Khuwailid, saudara ibunda Khadijah binti Khuwailid ra. istri Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam dan melahirkan seorang putra bernama Zubair bin al-Awwam pada 594 M di kota Makkah. Shafiyyah ra. masuk Islam bersama dengan Zubair bin Awwal, dan termasuk as-Sabiquna al-Awwalun (golongan yang pertama masuk Islam).
Shafiyyah binti Abdul Muthalib adalah seorang ibu single parent, sebagai ibu sekaligus ayah yang berhasil mencetak putranya, Zubair bin al-Awwam hingga menjadi kesatria yang tangguh. Dari didikannya pula Zubair dikenal sebagai julukan Hawariyyun an-Nabi.
Shafiyyah ra. dikenal sebagai murobiah atau pendidik yang sabar, sekaligus seorang mujahidah tangguh yang ikut bersama Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam pada Perang Uhud dan Perang Khandaq. Ketika melihat kekalahan kaum muslimin pada Perang Uhud, beliau ikut mengambil tombak dan melesatkan ke arah musuh.
Shafiyyah ra adalah wanita yang tegar. Bahkan ketegarannya mendapatkan pujian dari Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam ketika Shafiyyah ra. menyaksikan saudaranya, Hamzah ra. dibunuh oleh budak yang bernama Washi.
Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Andai bukan karena kesedihan Shafiyyah, dan akan menjadi sunah sepeninggalku, maka aku akan biarkan jenazah Hamzah hingga dimakan serigala dan santapan burung-burung.”
Ketika Perang Khandaq, Shafiyyah ra. dan kaum wanita sedang berada di dalam sebuah benteng. Saat itu seorang Yahudi berusaha untuk naik ke atas benteng, dengan gagahnya Shafiyyah ra. mengayunkan pedang dan membabat kepala Yahudi tersebut hingga putus dan melemparkan kepala tersebut kepada kumpulan Yahudi hingga membuat kumpulan mereka kocar-kacir.
Shafiyyah ra. memberikan pendidikan yang keras kepada putranya. Mendidik Zubair mengarungi kehidupan yang keras, memikul berbagai beban kehidupan yang sulit. Shafiyyah ra. melatih Zubair untuk menunggang kuda dan berperang, membiarkan Zubair jatuh bangun dari kuda, bahkan tidak jarang pula dipukul bila melakukan kesalahan.
Meskipun didikan Shafiyyah binti Abdul Muthalib ra. keras dan disiplin, akan tetapi beliau merupakan wanita yang lemah lembut dan penuh kasing sayang. Karena saking cinta dan sayangnya, maka beliau memastikan Zubair dididik dengan pendidikan yang benar. Shafiyyah ra. berkata, “Jika ada yang mengatakan bahwa aku membenci Zubair, maka jelas dia telah berbohong. Aku memukulnya supaya dia menjadi orang yang matang, bisa mengalahkan musuh, dan membawa rampasan perang.”
Sikap tegas dan disiplin dari Shafiyyah ra. membuat Zubair menjadi kuat dan tangguh. Zubair menjadi sosok kesatria penunggang kuda yang hebat, seorang pahlawan agung, yang mendedikasikan hidupnya untuk membela Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam.
Shafiyyah binti Abdul Muthalib wafat pada masa Khalifah Umar bin Khattab, beliau dimakamkan di pemakaman Baqi’, atau dikenal dengan Baqi’ al-Gharqad, di mana terdapat 10 ribu sahabat Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam yang dimakamkan di sana. [Vovi]
[CM/NA]