Ikhlas Menjalani Fitrah

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Fatimah Abdul
(Pemerhati Sosial dan Generasi)

CemerlangMedia.Com — Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan manusia dengan dibekali tiga potensi atau naluri. Semua orang, baik laki-laki dan perempuan memiliki ketiga potensi/naluri ini. Naluri manusia bisa disebut juga dengan fitrah atau gharizah. Untuk menjadi insan yang baik, tentu kita harus mengenal fitrah atau naluri/gharizah supaya tidak tersesat dalam menjalani kehidupan di dunia. Ketiganya ini adalah gharizah taddayun (naluri beragama), gharizah nau’ (naluri melestarikan jenis), dan gharizah baqa’ (naluri mempertahankan diri).

Setiap orang pasti memiliki ketiga potensi ini karena dalam penciptaannya (dalam diri manusia) sudah terinstal naluri-naluri tersebut. Meskipun manusia terkadang menolak bahwa di dunia ini ada Allah Swr. sebagai Sang Khaliq, tetapi hal itu tidak akan menghilangkan eksistensi atas naluri tadayyun yang ada dalam dirinya.

Begitu pun dengan gharizah baqa’ yang meliputi berbagai macam rasa (marah, takut, benci, cinta kepada manusia, harta ataupun kekuasaan, pengakuan dari orang lain dan lain sebagainya) yang membentuk karakter dalam diri manusia. Selain itu, gharizah ini menuntut manusia untuk belajar dan bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, seperti makan dan minum. Apabila kebutuhan ini tidak dipenuhi, maka manusia tidak akan mampu bertahan hidup.

Terakhir adalah gharizah nau’ yaitu naluri untuk melestarikan jenis atau bisa disebut dengan naluri biologis (seksual). Pemenuhan atas gharizah nau’ dalam Islam tidak bisa dilakukan kecuali hanya dengan ikatan pernikahan. Lantas bagaimana jika gharizah ini muncul secara tiba-tiba dan menuntut suatu pemenuhan?

Sebenarnya hasrat seksual akan muncul bila mendapatkan rangsangan secara visual dan sentuhan. Untuk itu, bila seseorang belum menikah, maka ia dilarang untuk melihat segala sesuatu yang mampu membangkitkan syahwat ataupun bersentuhan dengan orang yang bukan mahram. Hasrat atau naluri ini tidak akan menimbulkan kematian bila tidak terpenuhi. Berbeda dengan gharizah baqa’ (kebutuhan akan makan dan minum) yang akan menimbulkan kematian bila tidak terpenuhi. Jadi, untuk menghindari desakan gharizah nau’, manusia harus menyibukkan diri dengan aktivitas lain, seperti olahraga ataupun bekerja supaya tidak fokus pada hasrat biologisnya.

Selain itu (berdasarkan gender), manusia dituntut juga untuk menjalani fitrahnya sesuai gender yang dia miliki. Misalnya sebagai seorang laki-laki, fitrahnya mengharuskan dirinya untuk berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan gender sebagai laki-laki. Sebagai kepala keluarga, ia harus bekerja memenuhi hidup istri dan anak-anaknya, membantu melakukan pekerjaan rumah istri (terlebih jenis pekerjaan berat yang istri tidak mampu melakukan), membimbing anak-anaknya dan juga istrinya dalam hal ilmu agama dan masih banyak tugas yang lainnya.

Pun demikian dengan fitrah seorang wanita sebagai istri. Ia harus mengurus rumah tangga dengan baik, mengandung, melahirkan, menyusui, mendidik anak-anaknya dengan ilmu agama, membersamai mereka dan selalu menjaga, melayani suami dengan ikhlas dan penuh cinta kasih, selalu patuh, bersikap lembut, menjaga harta suami, dan tidak bersikap kasar. Itulah fitrah seorang perempuan yang berkarir surga.

Ikhlas menjalani fitrahnya sebagai wanita muslimah adalah bentuk ketaatan dan ketundukan kepada Allah Swt. yang telah menciptakannya. Meraih rida Sang Khaliq untuk kebahagiaan akhirat yang kekal. Keikhlasan menjalani fitrahnya sebagai istri tercermin dari kisah Mutiah, wanita pertama penghuni surga yang hidup di zaman Rasulullah saw.. Begitu patuh ia kepada Allah Swt. dan suaminya, hingga beliau menolak kedatangan Fatimah Az-Zahra putri Rasulullah Muhammad saw. yang datang membawa putranya. Ia tidak mau ada laki-laki yang masuk ke dalam rumah tanpa izin suaminya sehingga membuat putri Rasulullah pulang dengan penuh rasa takjub yang luar biasa oleh sikap Mutiah yang begitu menghormati suaminya.

Namun, saat ini, tugas-tugas seorang istri yang baik sesuai dengan fitrah seorang wanita dipandang sebagai sesuatu yang berat dan kampungan. Perempuan dianggap baik bila menjadi wanita karir dan menghasilkan uang. Mandiri dan tidak tergantung kepada laki-laki. Bebas pergi ke mana pun tanpa didampingi mahramnya dan memiliki circle sosialita. Hal-hal semacam inilah yang dianggap sebagai sesuatu yang baik dan menjadi idaman kaum hawa.

Tatanan hidup yang diterapkan dalam kehidupan saat ini memang sangat berpengaruh buruk. Akibat pemahaman sekuler, manusia tidak memikirkan lagi pertimbangan halal dan haram atau baik dan buruk dalam melakukan aktivitasnya. Selama aktivitas itu penuh dengan manfaat, maka hal itu dipandang baik olehnya. Tidak ada aspek ruhiyah, yang ada justru hanya materi dan materi. Uang adalah segalanya, uang yang banyak adalah tujuan hidup yang diinginkan. Kebahagiaan diukur dengan banyaknya harta dan kepuasan dunia. Bersenang-senang adalah pencapaian yang utama, bukan akhirat. Inilah yang justru membuat manusia merugi karena lebih memilih kesenangan hidup di dunia daripada kebahagiaan hidup di akhirat yang kekal selama-lamanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

اِنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ ۗ وَاِ نْ تُؤْمِنُوْا وَتَتَّقُوْا يُؤْتِكُمْ اُجُوْرَكُمْ وَلَا يَسْـئَــلْكُمْ اَمْوَا لَكُمْ

“Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau. Jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu, dan Dia tidak akan meminta hartamu.” (QS Muhammad 47: 36).

Pilihan ada di tangan setiap hamba. Apakah ia rela untuk patuh dan tunduk kepada Allah ataukah sebaliknya. Memang tidaklah mudah untuk menjalani fitrah sebagai seorang wanita muslimah, tetapi dengan pemahaman akan potensi yang ada pada diri setiap manusia serta kesadaran yang kuat akan keterikatan kepada Allah Swt. akan menjadikan seseorang ikhlas untuk menjalaninya. Wallahu a’lam bishawab. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *