Penulis: Abu Zaid R
Salah satu penyakit hati manusia yang paling umum menjangkiti dan fatal akibatnya adalah thulul amal alias panjang angan-angan. Penyakit inilah yang berhasil menggerogoti banyak manusia, menjadikan manusia tidak produktif, menyia-nyiakan nikmat Allah, baik berupa nikmat umur, harta, ilmu, dan lain-lain.
CemerlangMedia.Com — Faktor keempat sebab sebab gugur dari jalan dakwah adalah thulul amal. Salah satu penyakit hati manusia yang paling umum menjangkiti dan fatal akibatnya adalah thulul amal alias panjang angan-angan. Penyakit inilah yang berhasil menggerogoti banyak manusia, menjadikan manusia tidak produktif, menyia-nyiakan nikmat Allah, baik berupa nikmat umur, harta, ilmu, dan lain-lain.
Panjang angan-angan disebut juga thulul amal atau thulul amad adalah terlalu banyak mengangankan perkara dunia dan cinta dunia. Definisi thulul amal dijelaskan para ulama:
وقال المناويّ: الأمل: توقّع حصول الشّيء، وأكثر ما يستعمل فيما يستبعد حصوله
أمّا طول الأمل: فهو الاستمرار في الحرص على الدّنيا ومداومة الانكباب عليها مع كثرة الإعراض عن الآخرة
Al-Munawi mengatakan, al-amal artinya mengangankan terjadinya sesuatu. Namun, istilah ini lebih sering digunakan untuk sesuatu yang kemungkinannya kecil untuk diraih.
Adapun thulul amal artinya, terus-menerus bersemangat mencari dunia, mencurahkan segala hal untuk dunia, di sisi lain banyak berpaling dari urusan akhirat. (Nudhratun Na’im fi Makarimil Akhlaq, 10/4857).
Jika pengemban dakwah memiliki penyakit ini, tentu akan fatal akibatnya. Menjadi tidak produktif dan menyia-nyiakan amanah. Gegara sibuk dan fokus bekerja atau bisnis dan mengurus keluarga kemudian kita menyia-nyiakan dengan mengandaikan besok atau lusa akan berdakwah lebih baik. Banyak di antara kita yang berandai-andai akan optimal berdakwah pada masa depan jika begini dan begitu, misalnya saya akan optimal berdakwah jika sudah menikah. Sementara dia sendiri tidak tahu apakah besok masih hidup. Tidak ada jaminan sama sekali dia masih punya umur hingga menikah.
Ada yang mengatakan, saya akan optimal berdakwah jika anak-anak sudah besar. Sementara dia tahu juga bahwa belum tentu ketika anak-anak sudah besar, dia masih hidup. Belum tentu juga anak-anaknya diberi umur sampai besar. Belum tentu juga jika anak-anak sudah besar, dia masih mampu berdakwah atau belum tentu juga saat anak-anaknya besar, dia masih menjadi pengemban dakwah.
Ada lagi yang berkata, saya akan optimal dakwah jika sudah pensiun. Sementara tidak ada jaminan dia masih punya umur hingga pensiun atau belum tentu kalau sudah pensiun, dia masih sehat. Belum tentu ketika pensiun, dia masih aktif sebagai pengemban dakwah.
Ada lagi yang mengatakan akan optimal berdakwah jika sudah kaya, jika sudah pindah domisili, jika sudah punya jabatan, dan lain-lain, yang semua itu hanya khayalan saja. Sebab, semua belum tentu terjadi.
Oleh karena itu, kita harus menjauhi thulul amal ini. Kita kerjakan sebaik mungkin amanah atau tugas dakwah yang ada hari ini. Sebab, boleh jadi hari ini adalah kesempatan terakhir kita berdakwah dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Sebab, belum tentu esok kita masih hidup atau kalaupun masih hidup, belum tentu masih sehat. Kalaupun masih hidup dan sehat, belum tentu besok masih sempat dan mampu berdakwah.
Kita mesti menjadikan hari ini kesempatan terbaik untuk berdakwah. Oleh karenanya, kita akan optimalkan kesempatan ini untuk berdakwah dengan segenap kemampuan. Emas satu gram hari ini lebih baik dari sekilo emas, tetapi besok.
Betapa buruk dan bahayanya thulul amal sehingga Nabi Muhammad saw. memperingatkan kita dalam hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda,
لا يَزالُ قَلْبُ الكَبِيرِ شابًّا في اثْنَتَيْنِ: في حُبِّ الدُّنْيا وطُولِ الأمَلِ
“Hati orang yang sudah tua akan senantiasa seperti anak muda dalam menyikapi dua hal: cinta dunia dan panjang angan-angan.” (HR al-Bukhari no. 6420).
Para ulama terdahulu juga mencela sifat panjang angan-angan. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ اتِّبَاعُ الْهَوَى، وَطُولُ الْأَمَلِ. فَأَمَّا اتِّبَاعُ الْهَوَى فَيَصُدُّ عَنِ الْحَقِّ، وَأَمَّا طُولُ الْأَمَلِ فَيُنْسِي الْآخِرَةَ
“Perkara yang paling aku takutkan adalah mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Adapun mengikuti hawa nafsu, ia akan memalingkan dari kebenaran. Adapun panjang angan-angan, ia akan membuat lupa akan akhirat.” (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya’, 1/76).
Begitulah jika kita terjebak dalam sifat tercela ini, maka akan sangat mudah kita gugur dari jalan dakwah. Sebab, kita tidak akan pernah bisa berdakwah dengan serius. Semoga Allah menolong kita dengan sabar dan istikamah. Wallahu a’lam.
Ngaji, yuk! [CM/Na]