Duka Lara

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Maula Aprilia
(Siswi SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan)

CemerlangMedia.Com — Lara Ladeyka, seorang gadis berparas cantik, hidung mancung, mata cokelat, kulit putih, alis tebal, bulu mata lentik. Lara adalah makhluk ciptaan-Nya yang nyaris sempurna.

Dia dikenal sebagai sosok yang pintar, ceria, sopan, dan ramah ke semua orang. Itulah mengapa, Lara mudah bergaul dan mempunyai banyak teman.

Lara tinggal bersama ibu, ayah, kakak laki-laki, dan juga neneknya di sebuah perumahan di pinggiran kota. Di balik keceriaannya itu, ternyata Lara adalah anak yang tidak diinginkan oleh keluarganya.

Lara merupakan siswi pindahan. Ia sudah menginjak kelas XII. Masa-masa sekolah terasa begitu singkat baginya.

Bel masuk sudah berbunyi. Pagi itu, siswa/siswi SMA Nagaspati berlari berhamburan menuju kelas masing-masing sembari menunggu guru untuk mengajar.

Lara yang baru sampai segera berlari dan tergesa-gesa menuju ruang guru untuk menanyakan di mana kelas yang akan dia tempati nanti. Salah seorang guru memanggil siswa yang tidak sengaja melintas di area kantor dan memintanya agar mengarahkan Lara menuju kelas baru. Lara segera mengikuti langkah kaki siswa itu sembari melihat pemandangan di samping yang tampak hijau.

Arkatama, siswa yang diberikan amanah untuk mengantarkan Lara menuju kelas baru. Arka yang berparas tampan, gagah, dan juga famous. Dia merupakan salah satu siswa yang berprestasi dan juga ketua OSIS yang diincar para perempuan di sekolah karena ketampanannya.

Hey, kamu siswi baru ya, di sini? Soalnya aku baru liat,” tanya Arka menghadap Lara dengan sebelah alis yang terangkat.

Lara yang terkagum dengan keindahan sekolah barunya tidak menjawab pertanyaan seseorang di sampingnya.

“Kamu tunarungu atau gimana, sih?” tanyanya lagi sambil mengeraskan suara di samping telinga Lara.

Lara pun terlonjak kaget ketika mendengar orang di sampingnya berteriak.

Eh, iya, Kak. Aku siswi pindahan,” jawab Lara sambil tersenyum tipis.

Oh!” jawab Arka dengan ketus.

Di sepanjang perjalanan menuju kelas, ada banyak pasang mata yang terlihat memperhatikan mereka berdua di koridor.

Eh, woy, liat tuh! Kak Arka lagi jalan sama siapa?” celetuk salah satu siswi di sana.

“Sakit hati gue liatnya.”

“Anak baru kayaknya, tuh.”

“Tapi, dilihat-lihat, mereka cocok juga sih, ganteng dan cantik.”

“Iya, sih, bener juga.”

Sesampainya di kelas, Arka mempersilahkan Lara untuk masuk dan menyuruhnya duduk di kursi belakang yang tampak kosong. Guru pun masuk dan segera mempersilakan Lara maju ke depan kelas untuk memperkenalkan dirinya di hadapan semua siswa/siswi.

“Silakan, Nak, mulai perkenalkan dirinya!” kata ibu guru seraya tersenyum.

“Baik, Bu,” jawab Lara pelan.

Hallo, teman-teman semuanya! Perkenalkan, saya siswi baru di sekolah ini, nama saya Lara Ladeyka. Saya pindahan dari SMA Tunas Bangsa. Saya biasa dipanggil Lara, bisa juga dipanggil Deyka. Semoga kita bisa berteman dengan baik, ya.”

Kemudian Lara kembali duduk ke kursinya dan segera mempersiapkan peralatan untuk belajar. Tiba-tiba seseorang menyentuh tangannya. Lara pun segera menoleh ke sebelahnya.

Hai, Lara! Kenalin, aku Mecca, sekarang aku jadi teman sebangku kamu.” Kata Mecca sambil menjulurkan tangannya.

Eh, iya. Semoga kamu betah, ya, temenan sama aku.” Jawab Lara sambil menyambut uluran tangan dari Mecca.

Hari demi hari, bulan demi bulan telah berlalu, persahabatan yang terjalin di antara Lara dan Mecca juga makin erat setiap harinya. Mereka sekarang menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Sudah seperti perangko saja.

Keesokan harinya ada pemberitahuan untuk seluruh siswa/siswi kelas XII. Pekan depan, mereka akan melaksanakan ujian nasional untuk menentukan kelanjutan perjalanan mereka menyongsong masa depan.

Hari yang tidak dibayangkan bagi seluruh siswa/siswi itu telah tiba. Mereka akan melaksanakan ujian nasional. Para murid berhamburan menuju ruangan ujiannya masing-masing. Ketika sedang berjalan di koridor, Lara mendengar ada suara yang memanggil namanya.

Woy, Lara!” Teriak Mecca sambil berlari menghampiri.

“Apa, sih, teriak-teriak.” Jawab Lara sambil menutup mulut Mecca yang mengisyaratkan untuk diam.

“Kamu udah belajar belum untuk persiapan ujian nanti?” tanya Mecca dengan antusias.

“Ya, iyalah. Aku udah belajar dari sebelum ujian ini diberitakan. Gak kaya kamu, belajarnya cuma pas mau masuk ruangan.” Jawab Lara sambil tertawa terbahak-bahak.

Sotoy bangettttt!” Kata Mecca sambil menjulurkan lidah.

Mereka pun tiba di dalam ruangan untuk segera melangsungkan ujian. Mereka begitu teliti agar mendapatkan nilai yang diharapkan sehingga menjadi lulusan terbaik dan bisa membanggakan. Bukan hanya membanggakan orang tua, tetapi bagi semua orang.

Hari demi hari sudah mereka lewati dan ujian pun sudah usai. Sekarang yang ditunggu-tunggu para siswa/siswi adalah hasil dari belajar mereka selama tiga tahun ini.

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, yakni hari melihat hasil usahanya selama ini. Hari itu bersamaan juga dengan saatnya para siswa mengetahui dirinya lulus atau tidak dari SMA yang sedang mereka pijak ini. Tangis, haru, resah, dan gelisah memenuhi pikiran mereka.

Ketika para guru sudah selesai mengumumkan kelulusan, para siswa-siswi pun berhamburan ke sana ke mari. Ada yang sedang berpelukan, ada yang sedang menangis bahagia, ada juga yang terlihat sedang tidak terjadi apa-apa.

“Lara, kita sudah menjadi bagian masyarakat setelah ini. Apakah kita akan tetap bersahabat lagi atau tidak pernah bertemu kembali?” Tanya Mecca sambil mengusap air mata di pipinya

“Jangan bilang gitu, kita akan tetap menjadi sahabat walaupun tidak pernah bertemu lagi setelah kelulusan ini.” Jawab Lara sambil memeluk sahabatnya.

Di dalam benaknya, Lara berdoa kepada Allah Swt., “Ya Allah, pertemukanlah kami, baik di dunia maupun di surga-Mu nanti dan pertemukanlah kami di titik terbaik menurutmu.”

Beberapa bulan setelah kelulusan, Lara sudah mempersiapkan diri dengan matang dan mempunyai cita-cita untuk melanjutkan sekolahnya di perguruan tinggi. Lara ragu akan reaksi ayahnya jika dia mengatakan akan melanjutkan ke bangku kuliah.

Lara tahu, ayahnya tidak akan pernah mendukung dirinya di segala hal, yang ayahnya tahu, Lara hanya seorang anak tidak tahu diri. Lara selalu menyempatkan diri untuk berdoa meminta kepada Allah supaya hati ayahnya bisa diluluhkan dan jalannya bisa dipermudah.

Ketika mereka sedang melangsungkan makan malam bersama di meja makan, Lara mengalihkan perhatian di tengah keheningan itu.

Lara menyeletuk,”Yah, apakah boleh aku melanjutkan ke perguruan tinggi dan menggapai cita-citaku?”

“Apa-apaan kamu, dasar anak tidak tahu diri!” bentak ayahnya dengan suara keras yang memecahkan keheningan malam.

“Sudah untung aku biayai sekolah kamu dari TK sampai SMA, masih saja kamu meminta lebih. Asal kamu tau, ya, anak perempuan itu, ujung-ujungnya pasti di dapur. Jadi, kuliah itu gak penting, yang ada buang-buang uang saja!” Jawab ayahnya emosi dan segera pergi meninggalkan meja makan.

Semua orang yang tengah makan hanya bisa diam. Tidak ada satu pun yang bisa membantah dan meredakan situasi itu karena mereka tahu, ayahnya seorang yang temperamental dan kasar terhadap siapa pun lawan bicaranya.

Lara hanya tertunduk menangis di meja makan ketika mendengar ucapan ayahnya. Lara merasa putus asa akan masa depannya yang tidak jelas arahnya ke mana.

Lara berpikir, tidak ada keberuntungan yang menyertai dirinya, yang ada hanyalah kegagalan. Akhirnya, Lara dengan ikhlas mengubur cita-citanya dalam-dalam dan memutuskan bekerja saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

Lara juga yakin, ada jalan yang lebih indah lagi menuju kesuksesan yang menunggu dirinya. Akan tetapi, di balik semua ini, Lara kembali berpikir bahwasanya sebaik-baiknya rencana manusia, Allah lebih tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya. [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : [email protected]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *