Penulis: Habiburrahman Ahmad El Zahirul Haq
CemerlangMedia.Com ā āSetiap orang pasti memiliki sebuah impian. Tanpa impian, kita hanya seperti orang putus asa yang bersiap melompat ke jurang. Dari banyak impian, impian kebaikan adalah pilihan yang tepat. Namun, impian bisa menjadi kenyataan jika mau diwujudkan. Ikhtiar dan tawakal, Allah Swt. akan membantu kita mewujudkan impian kebaikan.ā
Tumpukan ulangan kelulusan telah berhasil diselesaikan, Zahir adalah remaja yang telah mengetahui jati dirinya dan akan melewati liburan panjang selepas wisuda MTs. Selepas hari-hari penuh dengan kertas ujian, Zahir merenung mencari kegiatan bermanfaat yang akan ia lakukan di liburan panjang mendatang. Zahir ingin mencari kegiatan yang tidak hanya berdampak positif bagi dirinya, tetapi juga untuk orang lain dan memiliki dampak jangka panjang. Lama sekali Zahir berpikir dalam kesendiriannya.
Liburan pun tiba. Zahir memulai pagi hari pertamanya dengan jalan-jalan menuju alun-alun kota. Sesampainya di sana, ia melepas sepatu olahraganya dan berjalan kaki di atas jalur berbatu putih. Sembari berjalan, ia juga menarik napas berulang kali. Ia merasakan segarnya udara di pagi hari yang jarang ada di zaman pemanasan global ini.
Alun-alun kota telah ia kelilingi. Zahir beristirahat di tanah lapang sambil meluruskan kedua kakinya. Ia menikmati bekal dari rumah yang berisi ubi rebus dan jus tomat. Di sekelilingnya, banyak orang yang masih olahraga ringan dengan jalan santai. Saat matahari sudah mulai meninggi, Zahir memakai sepatu olahraganya dan berjalan kembali ke rumah.
Selama perjalanan pulang, Zahir sedih melihat apa yang dilihatnya. Aurat wanita terbuka begitu saja, laki-laki dan perempuan bukan mahram bergandengan, anak-anak muda asyik berkumpul bermain game kesukaan masing-masing. Ingin mengingatkan, tetapi takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Ia hanya bisa terus berjalan dan menghindari sekuat tenaga semua yang dilihatnya tadi.
Sesampai di rumah, Zahir bersegera mandi dan menuju meja makan untuk sarapan. Ibu dan ayah telah menunggu Zahir di kursi masing-masing. Zahir senantiasa senang ketika waktu sarapan bersama keluarga. Baginya, ini adalah waktu berbincang yang sangat menyenangkan.
āZahir, apa saja yang telah kau lakukan pagi ini?ā tanya ayah memulai pembicaraan.
āSetelah zikir pagi, aku olahraga ringan di alun-alun kota. Saat istirahat, bekal dari Ibu aku santap,ā jawab Zahir.
āAlhamdulillah, jadi bekal dari Ibu tidak mubazir,ā sambung ibu.
āAyah, bolehkah aku bertanya sesuatu?ā tanya Zahir berharap.
āTentu saja, apa yang ingin kau tanyakan?ā kata ayah.
āBegini, Ayah, saat perjalanan pulang tadi, Zahir melihat kejadian-kejadian menyedihkan di masyarakat, yang pasti, Ayah lebih tahu banyak tentang itu. Dengan Zahir yang masih seperti ini, apa yang bisa Zahir lakukan?ā tanya Zahir antusias.
āSubhanallah, pemikiranmu sudah dewasa, Zahir. Kau peduli dengan keadaan masyarakat saat ini. Kau telah menjadi remaja seperti impian Ayah dan Ibu,ā kata ayah dan ibu bersamaan.
āTerima kasih, Ayah dan Ibu, ini semua juga karena bantuan Ayah dan Ibu yang sabar membimbingku hingga sekarang ini,āujar Zahir.
āTapi, apa benar aku sudah seperti impian Ayah dan Ibu?ā tanya Zahir penasaran.
āIya, Zahir. Dahulu, saat Ayah menunggumu lahir di luar ruangan bersalin, Ayah duduk tertidur di kursi tunggu. Saking lelahnya bekerja, Ayah sampai bermimpi dalam tidur. Dalam mimpi tersebut, Ayah melihat cuaca sangat kering. Tidak ada satu pun rumput hijau yang tumbuh di tanah. Hanya ada kerikil dan bebatuan besar di atas tanah kering gersang. Di antara tanah yang kering gersang itu, muncul mata air yang mengalir deras ke permukaan. Dari mata air itu, terbentuk sebuah awan mendung berwarna hitam pekat. Tidak lama kemudian, turun hujan lebat yang menyirami tanah sehingga tumbuhlah pohon-pohon yang menghijaukan kembali cuaca buruk itu. Saat Ayah memperhatikan awan mendung itu lagi, Ayah terbangun dan mendengar tangisan kencang pertanda kelahiranmu,ā kata Ayah mengenang kejadian itu.
āApa kamu tahu, Zahir? Malam setelah kelahiranmu, Ibu bermimpi yang sama persis dengan mimpi Ayahmu,ā sambung ibu.
āAlhamdulillah, Zahir bisa mencapai impian Ayah dan Ibu. Tapi, bagaimana dengan pertanyaanku tadi Ayah?ā tanya Zahir.
āBaiklah, Ayah akan coba menjawabnya.ā
āDengan mencapainya kamu di usia baligh, maka kamu telah terbebani hukum syariat. Yang tidak boleh kamu lupakan adalah kewajiban menuntut ilmu. Bersyukur kamu masih di usia muda, dapat kamu gunakan kelebihan itu untuk menuntut ilmu seluas-luasnuya dan sedalam-dalamnya. Pahami dan amalkan ilmumu itu. Pahamkanlah juga orang lain, mulai dari teman-teman terdekatmu sehingga pelan-pelan kehidupan yang baik akan menghampiri kita semua.ā jelas ayah.
āSampaikanlah juga kepada teman-temanmu tadi untuk ikut memahamkan teman mereka yang lain. Dengan begitu, makin ramai orang yang paham untuk segera meninggalkan kehidupan menyedihkan ini menuju kehidupan sesuai syariat,ā tambah ibu.
āBaiklah, Ayah dan Ibu. Pesan ini akan selalu aku ingat dan laksanakan. Pasti banyak rintangan yang akan menghalangi Zahir tentunya, seperti teman yang lambat paham sampai yang menolak ajakan ini. Semoga Allah membantu Zahir untuk dapat mengubah kehidupan buruk ini,ā doa Zahir.
āAamiin, Ya Rabbal āaalamiin,ā jawab ayah dan ibu.
āAlhamdulillah, sarapan kita sudah habis. Sekarang Ibu akan membereskan meja makannya,ā ujar Ibu.
āAku saja yang membereskannya, Ibu. Setelah itu, aku juga akan membuat kopi hitam dan kopi susu untuk Ayah dan Ibu,ā kata Zahir.
āBaiklah, Ibu akan menjemur pakaian di luar, selagi cuaca masih panas,ā kata ibu.
āAyah akan membersihkan kebun belakang rumah kita. Sudah mulai banyak tumbuh rumput liar,ā ujar ayah.
āZahir, kalau pekerjaanmu selesai, jangan lupa salat duha dan tilawahnya, ya! Ayah siap mendengarkan nanti,ā kata ayah mengingatkan.
āBaik, Ayah,ā jawab Zahir.
Hari demi hari berganti. Zahir melakukan apa pun yang dapat ia lakukan untuk perubahan ini. Walaupun kecil, ini adalah pembuktian ketaatannya kepada Allah Swt. kelak. Ia sering membuat opini ajakan ketaatan di media sosial yang telah diprint lalu dibagikan kepada teman-teman dan masjid-masjid terdekat.
Banyak orang mulai tercerahkan oleh Zahir. Mereka menyadari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan. Kini, masjid bukan lagi seperti rumah kosong yang sepi. Ramai jemaah yang mengikuti kajian-kajian masjid sebagai penambah ilmu dan pengokoh iman. Cahaya kebenaran sudah mulai kembali bersinar.
Zahir tahu, berusaha sendiri bukanlah jalan efektif. Sebuah kelompok penyeru perubahan berhasil ia bangun. Dengan bantuan teman seperjuangan, wilayah jangkauan perubahan makin meluas. Setiap pekan, mereka berkumpul guna muhasabah dan mengatur strategi penyampaian perubahan. Senang rasanya ketika berbagi pengalaman suka dan dukanya aktivitas tersebut.
Kehidupan mulai berubah. Jalan-jalan tidak lagi diisi dengan gandengan tangan dengan yang bukan mahram. Tidak ada lagi. Sekarang, jalan-jalan dipenuhi dengan zikir penyejuk hati. Para gamers mengganti hobi mereka dengan olahraga sesuai sunah, seperti memanah, berkuda, berenang, dll..
Ketika liburan telah usai, Zahir sampaikan juga kepada warga sekolah, seperti kepala sekolah, guru-guru, teman-teman, dll.. Liburan bukan penghalang jalan Zahir, selama ruh belum tercabut, akan ia teruskan hingga Islam menjadi landasan utama setiap aspek kehidupan ini.Ā [CM/Na]
2 komentar pada “Impian dalam Awan”
Alhamdulillah….
Terus semangat Berkarya Nak….
Barakallahu Fiik
Alhamdulillah….
Barakallahu fiikum jami’an…