Oleh: Irna Sari Dewi
Creative Design CemerlangMedia.Com
CemerlangMedia.Com, STORYTELLING — Masalah, lagi dan lagi masalah. Pengen sih, lari dari semuanya, tetapi tidak bisa. Mau tidak mau harus dihadapi karena tidak mungkin bisa selesai jika tidak diselesaikan. Apalagi kalau mau diqada kayak puasa gitu. Hehe, sampai kapan pun tetap aja kagak bisa.
Masalah setiap orang berbeda-beda. Mudah atau sulit sekali pun, semua punya porsi tersendiri di mata manusia apatah lagi dimata Sang Khalik. Namun adakalanya, baik itu diri sendiri atau siapa pun tentu pernah, bahkan sering menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi.
Coba kalau nda ngikut dia, pasti ini nggak bakal terjadi atau sebaliknya. Itulah manusia. Tabiatnya menyalahkan orang lain, tetapi nggak mau menyalahkan diri sendiri.
Saya pun pernah demikian. Sampai suatu hari saya mengikuti sebuah seminar. Pembicaranya H. Nasrullah. Pasti dong, sudah nggak asing lagi sama beliau. Awalnya, kondisi saya sangat tidak stabil sampai suatu ketika saya membuka sosial media. Muncullah sebuah iklan tentang Magnet Rezeki.
Saya buka linknya, kemudian saya buka-buka testimoni peserta dan juga penikmat bukunya. Kok, saya sangat tertarik, ya. Akhirnya saya putuskan untuk membeli buku tersebut.
Saking penasarannya, saya baca bukunya dalam waktu dua hari. Kelar tanpa terlewatkan satu lembar pun. Setiap sub pokok yang saya baca, saya praktikkan. Subhanallah, saya dapat merasakan dahsyatnya keajaiban dari setiap ilmu yang tertulis.
Saya mendoakan, semoga bukunya bisa dinikmati juga dipraktikkan oleh mereka yang belum membacanya. Juga kepada si penulis bukunya, semoga sehat selalu, berkah usia dan keluarganya.
Lanjut, sampai terbesit dalam benak, kelak saya akan mengikuti seminar dari penulis buku ini. Siapa sangka, tidak cukup setahun, saya pun dipertemukan oleh Allah dalam acara yang ada dalam list hidup saya.
Setelah saya ikuti setiap pemaparan isi bukunya, ya Allah, saya salah, saya mohon ampun, dan saya mau belajar (makna istighfar menurut Pak Nas). Semoga tiga garis utama pemaparan istighfar ini menjadi kekuatan bagi saya. Untuk menjadi insan yang selalu menyadari bahwa itu bukan salah orang lain, tetapi salah diri sendiri.
Menyalahkan orang lain hanya akan meningkatkan rasa sombong, bahkan merasa diri paling benar. Akan tetapi, sebaliknya jika kita lebih banyak intropeksi diri dan merasa bahwa kitalah yang salah, ini menjadi asbab untuk kita muhasabah diri.
Dengan dimikian, kita telah mencontohi sikap Nabi Adam. Ketika melakukan kesalahan, dia mohon ampun kepada Allah. Silakan dibaca pada QS Al Baqarah: 25—27.
Nabi Adam mengakui kesalahannya dan meminta kepada Allah agar diberi petunjuk sebagai pedoman untuk memperbaiki diri. Jika tidak, ia akan termasuk ke dalam golongan yang lalai.
Nah, sebaliknya, sikap sombong juga meniru perbuatan setan. Ketika ia diminta agar bersujud kepada Nabi Adam, tetapi enggan melakukannya karena merasa paling baik dan paling tinggi derajatnya. Bahkan karena kesombongan ini, maka ia ditetapkan sebagai makhluk penghuni neraka. Nauzubillah, ya.
Saya maupun Anda pasti berharap tidak termasuk dalam golongan tadi kan? Jadi, ketika ada masalah jangan selalu menyalahkan orang lain, ya. Teruslah bermuhasabah sebagai jalan untuk menjadi manusia yang Allah ridai. [CM/NA]