Oleh: Noor Halidah
(Siswi SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan)
CemerlangMedia.Com — Malam itu, Radda mengajak Noli untuk menonton pertandingan futsal di gelora. Radda dan Noli langsung mendukung penuh Madan, kakak Radda yang sedang bertanding. Radda dan Noli berteriak penuh semangat untuk memberikan dukungan sepenuh hati, seolah-olah tidak ada yang lebih penting selain memenangkan pertandingan itu.
Setelah beberapa waktu, tiba saatnya pergantian tim karena Madan sudah selesai bermain. Radda dan Noli mundur, keduanya tidak lagi berdiri di depan.
Tanpa sadar, Noli memutar badan ke belakang untuk meregangkan tubuhnya. Namun, matanya tertuju kepada sosok lelaki berpakaian biasa yang entah mengapa, tampak menenangkan di matanya.
Noli segera memanggil Radda dan berkata, “Radda, coba lihat!”
Radda hanya menjawab singkat, “Biasa saja bagiku.”
Mungkin bagi Radda, dia tampak biasa saja, tetapi Noli merasakan sesuatu yang berbeda. Sejak saat itu, sosok tersebut selalu hadir di pelupuk matanya.
Waktu terus berlalu. Tanpa sengaja, Noli berpapasan dengan sosok laki-laki tempo hari. Akhirnya Noli mengetahui di mana tinggalnya.
Suatu sore, saat Noli berjalan-jalan bersama Husna menikmati keindahan Samuda yang dipenuhi gedung walet, ia kembali melihat lelaki itu berjalan tidak jauh darinya. Jantung Noli berdetak lebih cepat dari biasanya. “Husna, apakah kamu kenal lelaki itu?”
“Iya, aku kenal. Namanya Fahmuzh. Dia seorang ustaz dan guru agama di pondok pesantren,” jawab Husna.
Noli sangat terkejut. Ternyata, lelaki yang selama ini ia kagumi adalah seorang ustaz muda. Namun, hal itu tidak mampu mengurangi kekagumannya. Noli justru merasa makin terpesona oleh sosok Fahmuzh yang tampak berwibawa dan tenang.
Selama lebih dari setahun, Noli terus mengagumi Fahmuzh dalam diam. Setiap kali melihatnya, hatinya berdebar-debar dan ia sering bertanya-tanya, apakah Fahmuzh menyadari keberadaannya?
Suatu hari, Noli akhirnya mengetahui nama Instagram Fahmuzh dari Zahra. Ia sangat senang ketika di-follow back oleh laki-laki yang ia kagumi.
Namun, Zahra mengingatkan Noli agar menjaga diri dalam berinteraksi dengan Fahmuzh, meskipun di media sosial.
Selama ini, Noli hanya berani bercerita kepada Zahra tentang perasaannya. Namun, ia tidak bisa menahan diri hingga suatu hari ia bercerita kepada Kak Lia.
“Ka Lia, dia habis dari rumah Kakak, ya?” tanya Noli dengan gugup.
“Iya, Noli. Kenapa? Kok senyum-senyum sendiri seperti lagi jatuh cinta?” Kak Lia balik bertanya.
Noli pun jujur tentang perasaannya yang mengagumi Fahmuzh.
Kak Lia terkejut dan berkata, “Hah, kamu kagum sama Fahmuzh? Itu adik sepupu Kakak, Noli!”
Noli panik dan malu setelah menyadari bahwa lelaki yang selama ini ia kagumi ternyata adik sepupu Kak Lia. Ia merasa canggung setiap kali bertemu Kak Lia. Noli khawatir rahasianya terbongkar lebih jauh.
**
Suatu sore, Noli berkunjung ke rumah Kak Lia. Sesampainya di sana, ia disambut dengan senyuman penuh arti. “Ada apa, Kak? Kok senyum-senyum melihat Noli?”
Kak Lia menjawab sambil tertawa, “Besok malam, habis Magrib, Kakak mau ngajak kamu ketemu Fahmuzh, biar kalian kenal, siapa tahu berjodoh.”
Noli merasa gugup, perasaannya campur aduk karena ia tak pernah membayangkan akan bertemu dengan lelaki yang ia kagumi. Sepanjang malam, Noli tidak bisa tidur memikirkan pertemuan tersebut.
Ia berkali-kali membayangkan berbagai skenario tentang apa yang akan terjadi. Mulai dari pertemuan yang canggung hingga percakapan yang mengalir lancar.
Keesokan harinya, malam pun tiba. Noli sangat gugup sampai-sampai ia muntah.
Notifikasi dari ponselnya berbunyi. Ternyata pesan dari Kak Lia, “Noli, Kakak sudah sampai di kafenya, kamu di mana?”
Noli makin gugup dan berangkat sendiri ke kafe karena jaraknya dekat. Sesampainya di sana, ia terus merasa tremor dan gugup tanpa henti.
Noli hanya bisa menunduk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia tak berani melihat ke arah Fahmuzh, lelaki yang ia kagumi. Mereka berdua sama-sama menunduk, tidak berani saling memandang.
Sepanjang waktu di kafe, mereka hanya berbicara beberapa kata saja. Kebanyakan tentang hal-hal umum. Meskipun begitu, kehadiran Fahmuzh begitu kuat di hati Noli dan membuatnya makin terkesan.
Karena waktu sudah larut malam, Fahmuzh menawarkan untuk mengantarkan Noli pulang. Di sepanjang perjalanan, ketiganya terlibat perbincangan seru. Berbicara dan saling bertanya, meskipun perasaan gugup masih menguasai Noli. Fahmuzh terlihat sopan dan tenang. Begitu penilaian Noli.
Setelah sampai di rumah, Noli merebahkan diri di ranjang, memandang langit-langit kamar sambil tersenyum bahagia. Ia tidak pernah menyangka bisa mengenal dan berbicara dengan lelaki yang ia kagumi.
Noli merasa bersyukur karena pernah memiliki kesempatan untuk mengenalnya. Fahmuzh adalah lelaki yang telah mengubahnya menjadi lebih baik. [CM/NA]