Header_Cemerlang_Media

Rania, Jangan Buat Allah Marah!

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Rina Herlina
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)

CemerlangMedia.Com — Rania, siswi kelas Vl sekolah dasar itu begitu bersemangat berlatih pianika. Hampir setiap hari sepulang sekolah dia belajar tak kenal lelah.

Setelah Ashar, Rania lanjut latihan ke sekolah dengan diantar bundanya. Bukan tanpa sebab, Rania sampai bekerja keras seperti itu. Dia sangat senang karena dipilih oleh gurunya menjadi salah satu anggota drumband yang akan mengikuti lomba di tingkat kecamatan dalam rangka memeriahkan acara peringatan HUT RI.

Setiap sore, Rania dan teman-temannya berlatih dengan semangat. Mereka ingin mempertahankan gelar juaranya karena sekolah mereka selalu masuk tiga besar.

Keyakinan itu selalu ditanamkan oleh para guru kepada murid-muridnya. Mereka digembleng sedemikian rupa agar bisa menang dan mengharumkan nama sekolah.

Mereka sedikit lupa bahwa manusia hanya bisa berencana. Hasil akhir tetap Allah Swt. yang menentukan.

Melihat semangat dan antusias Rania, sang bunda hanya bisa menyemangati dan tak henti-hentinya mengingatkan agar jangan melalaikan kewajiban, terutama salat.

“Sesibuk apa pun kamu, jangan sampai lalai terhadap kewajiban,” pesan Bunda.

“Iya, Bunda. Bunda tenang saja, ya, Rania pasti ingat selalu pesan Bunda,” balas Rania.

Nyaris setiap sore, sang bunda mengantar jemput Rania ke sekolah untuk latihan. Sejauh ini, tidak ada kendala.

Pihak guru tetap optimis masuk tiga besar. Latihan terus diintensifkan, ekstrakurikuler tahfiz pun ditiadakan sementara agar latihan lebih maksimal.

Bunda Rania kurang setuju sebenarnya, demi perlombaan, ekstra kurikuler tahfiz harus ditiadakan meski hanya sementara. Akan tetapi apa boleh buat, itu keputusan pihak sekolah, Bunda Rania tidak mampu berbuat apa-apa.

Satu hari menjelang acara. Rania bilang tidak usah dijemput sepulang sekolah karena pukul dua harus langsung latihan.

Sekitar 15.30, sebelum Ashar, Bunda Rania sudah tiba di sekolah, tetapi Rania belum pulang. Bahkan, sampai azan Ashar berkumandang, belum ada tanda-tanda Rania akan pulang.

Rania beralasan, guru akan membagikan baju seragam untuk lomba besok. Jadi, bundanya diminta menunggu. Iqamat pun terdengar, tetapi Rania belum juga pulang.

Akhirnya, Bunda Rania gelisah dan sedikit menyayangkan sikap guru yang melalaikan waktu salat. Bunda Rania memilih pulang ke rumah untuk mengerjakan salat Ashar, setelah itu kembali lagi menjemput Rania.

Namun, pembagian baju itu ternyata belum juga usai. Akhirnya, bunda memanggilnya dengan tatapan yang sedikit jengkel karena ternyata Rania belum juga salat Ashar.

“Rania, ayo pulang! Kamu harus salat, sudah jam berapa ini?” hardik Bunda.

“Iya, Bunda, sebentar lagi. Kalau gak, Bunda pulang saja dulu. Rania tunggu Bunda di rumah teman, Rania salat di sana,” balas Rania.

Bunda Rania pulang dengan rasa kecewa terhadap pihak guru yang melalaikan salat sehingga anak-anak pun ikut lalai. Padahal mereka adalah sosok yang harus memberikan contoh baik dan teladan bagi murid-muridnya.

Saat di perjalanan pulang, Bunda berucap kepada Rania,
“Semoga perlombaan yang diikuti tidak menang, semoga diberikan kekalahan telak,” ucapan Bunda Rania dengan nada kecewa.

Dua hari setelah lomba, Bunda mendapat kabar jika sekolah Rania tidak mendapat juara, bahkan masuk 10 besar pun tidak. Bunda hanya mengulas senyum, seraya bergumam, “Itulah akibat telah melalaikan kewajiban, Allah gak rida.”

Bunda mengabarkan hal tersebut kepada Rania. Sontak Rania sedih dan menyalahkan Bunda karena berdoa yang buruk untuk sekolahnya.

“Rania, Bunda sudah bilang, jangan pernah melalaikan kewajiban salat. Apalagi hanya karena lomba drumband yang kurang berfaedah. Allah tidak suka dengan orang yang lalai, maka mudah bagi Allah membalikkan semuanya.”

Rania akhirnya menangis dan meminta ampun kepada Allah, juga meminta maaf kepada Bunda. Rania sadar bahwa manusia hidup untuk mencari keridaan Allah. Rania telah melalaikan salat sehingga Allah langsung menegurnya.

Rania memeluk Bunda dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Rania akan lebih selektif lagi dalam mengikuti kegiatan di sekolah. Rania tidak mau Allah marah.

Bunda memeluk Rania dan mencium ubun-ubunnya. Seraya berkata, “Rania sayang, kita diciptakan oleh Allah untuk beribadah dan taat kepada-Nya, maka jangan sekali-kali membuat Allah murka. Segalanya mudah bagi Allah dan Allah tidak suka kepada hambanya yang lalai dalam mengerjakan kewajiban.”

“Meskipun sekolah Rania tidak juara, tetapi Rania selalu juara di hati Bunda,” ungkap Bunda tulus.

Rania pun tersenyum dan kembali memeluk Bunda dengan erat. Rania bersyukur karena memiliki Bunda yang selalu menyayanginya dan selalu mengingatkannya tentang kewajibannya sebagai seorang muslimah. Meski terkadang Rania merasa Bunda terlalu keras dalam mendisiplinkannya, tetapi Rania tahu bahwa semua itu demi kebaikannya. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tulisan Terbaru

Badan Wakaf Al Qur'an