Oleh: Rini Sulistiawati
CemerlangMedia.Com — Malam itu, rintik hujan jatuh dengan lembut, seolah mengirimkan pesan dari langit. Di sudut sebuah rumah sederhana, Laila duduk bersandar pada tembok kamar, menatap sajadah yang terlipat rapi di sudut ruangan. Hatinya terasa berat, seperti ada gunung yang menekan. Suaminya, Akbar, sedang berada di kamar lain, sibuk dengan dunia yang telah merebut banyak hal darinya—dunia judi online.
Laila mengingat awal pernikahannya dengan Akbar. Mereka bersatu dalam ikatan yang diikrarkan di hadapan Allah dengan niat untuk bersama-sama mencari rida-Nya. Akbar, pria yang dikenal lembut dan bertanggung jawab, dahulunya selalu mengingatkan Laila untuk tidak melewatkan salat berjemaah. Mereka sering berdiskusi tentang mimpi-mimpi, bagaimana membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.
Namun, cobaan hidup datang tanpa peringatan. Pandemi melanda, Akbar kehilangan pekerjaannya, sedangkan kebutuhan rumah tangga makin mendesak. Akbar yang tadinya sabar dan optimis mulai goyah. Dalam kegelisahannya, ia bertemu seorang teman lama yang memperkenalkannya pada judi online.
“Mas, ingatlah sabda Rasulullah, ‘Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram, maka neraka lebih pantas baginya.’ Jangan sampai kita mencari rezeki yang Allah murkai.” Laila pernah memperingatkan.
Namun, godaan itu lebih kuat dari suara hatinya. Akbar meyakinkan diri bahwa ini hanyalah jalan sementara untuk keluar dari kesulitan.
Awalnya Akbar merasa yakin bahwa berjudi bisa menjadi solusi cepat. Temannya berkata, “Cuma modal kecil, bisa jadi besar. Cepat dan mudah!” Akbar tergoda. Dengan sisa uang di rekening, ia mulai bermain.
Ketika menang untuk pertama kalinya, ia merasa seolah mendapat rezeki tak terduga. “Lai, ini untuk kebutuhan kita,” katanya dengan senyuman yang dahulu membuat Laila tenang. Laila yang tidak tahu asal uang itu hanya bersyukur pada Allah.
Namun, keberuntungan tidak bertahan lama. Kekalahan datang bertubi-tubi dan Akbar mulai mengorbankan apa saja. Tabungan mereka habis, bahkan ia meminjam dari teman dan aplikasi pinjaman online.
Laila mulai merasakan perubahan. Suaminya yang dahulu rajin salat berjemaah, kini lebih sering mengurung diri di kamar, matanya terpaku pada layar ponsel. Malam-malam yang dahulu diisi dengan doa bersama, kini berganti menjadi kesunyian.
Di saat Akbar makin larut, Laila berusaha mencari kekuatan. Ia mengadu kepada Allah dalam sujud malamnya, air matanya jatuh tak tertahan.
“Ya Allah, Engkau yang membolak-balikkan hati manusia. Teguhkanlah hati suamiku untuk kembali kepada jalan-Mu. Jangan biarkan keluargaku hancur karena dosa ini.”
Setiap selesai salat, ia mendoakan suaminya. Namun, cobaan makin berat ketika ia menemukan bahwa perhiasannya hilang dari tempat penyimpanan.
“Mas, cincin warisan ibu nggak ada. Apa Mas yang ambil?” tanya Laila dengan suara gemetar.
“Aku gadaikan. Aku janji akan menebusnya lagi,” jawab Akbar dengan nada datar.
Laila tak sanggup menahan tangisnya. “Mas, sadar nggak, apa yang Mas lakukan ini haram? Judi itu dosa besar! Kita nggak mungkin mencari berkah dengan cara seperti ini.”
Namun, Akbar justru membentaknya. “Kamu nggak ngerti! Aku melakukan ini buat kita. Kalau aku menang, semua masalah selesai.”
Kata-kata itu terasa seperti belati yang menusuk hati Laila. Suaminya yang dahulu menjadi imam dalam setiap salat, kini terjerumus begitu dalam.
Hari-hari berlalu dan keadaan makin sulit. Hingga suatu hari, debt collector datang ke rumah mereka. Laila yang sedang menyiapkan makan malam terkejut mendengar suara ketukan keras di pintu.
“Mana suamimu? Suruh dia keluar! Kalau nggak bisa bayar, kami akan ambil barang-barang di sini,” kata seorang pria dengan nada kasar.
Laila berusaha menenangkan mereka, tetapi permohonannya sia-sia. Televisi, motor, bahkan kipas angin di ruang tamu dibawa pergi. Di sudut kamar, Akbar hanya duduk diam, wajahnya penuh penyesalan.
Laila masuk ke kamar dan memandang suaminya dengan mata penuh air mata. “Mas, lihat apa yang sudah Mas lakukan. Ini bukan cuma soal uang, tetapi soal dosa. Mas nggak cuma menghancurkan keluarga kita, tetapi juga hubungan kita dengan Allah.”
Akbar hanya terdiam, lalu menangis. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa dosa-dosanya telah mencapai puncaknya.
Setelah kejadian itu, Laila memutuskan untuk mengambil langkah besar. Dengan bantuan keluarga, ia membawa Akbar ke seorang ustaz untuk meminta bimbingan. Ustaz itu mengingatkan Akbar tentang sabda Rasulullah:
“Barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik.”
Kata-kata itu mengguncang hati Akbar. Ia mulai menyadari bahwa apa yang dilakukannya selama ini bukanlah jalan keluar, melainkan jalan menuju kehancuran.
Proses tobatnya tidak mudah. Akbar harus melepaskan kebiasaan berjudi, menghadapi rasa malu, dan berusaha melunasi utang. Ia mulai bekerja serabutan, meski hasilnya tidak seberapa. Laila, di sisi lain, berjualan makanan kecil untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
Mereka juga mulai menghidupkan kembali rutinitas ibadah yang dahulu terabaikan. Salat berjemaah menjadi penguat hati mereka, sementara doa-doa menjadi pengingat bahwa hanya Allah yang mampu memberikan rezeki dan solusi.
Laila dan Akbar tahu bahwa jalan mereka masih panjang. Utang yang menumpuk membutuhkan waktu untuk dilunasi, dan luka di hati Laila belum sepenuhnya sembuh. Namun, mereka percaya bahwa dengan kembali kepada Allah, mereka akan menemukan ketenangan.
Judi online yang pernah menjadi “selingkuhan” dalam rumah tangga mereka, kini menjadi pelajaran berharga. Akbar menyadari bahwa mencari rezeki harus dilakukan dengan cara yang halal, meski sulit dan memakan waktu. Sementara itu, Laila belajar bahwa doa dan kesabaran adalah senjata terkuat seorang istri.
Sore itu, di bawah langit yang mulai cerah, Laila menatap Akbar yang sedang bermain dengan Damar di halaman rumah. Ia tersenyum, hatinya terasa lebih ringan. “Ya Allah, terima kasih telah menunjukkan jalan. Semoga keluarga kecil kami selalu berada dalam lindungan-Mu.”
Selingkuhan itu bernama judi online, tetapi cinta dan iman telah mengalahkannya. Allah, Sang Maha Pemurah memberikan mereka kesempatan kedua untuk merajut kembali mimpi yang pernah hancur. [CM/NA]