Oleh: Radianur
(Siswa SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan)
CemerlangMedia.Com — “Kenapa gak lanjut kuliah? Kamu kan pintar, kalau gak kuliah mau jadi apa? Mau langsung kerja? Emang bakal ada yang mau menerima kamu yang lulusan SMA?” Komentar mereka yang hidupnya gak pernah kekurangan. Mereka gak mengerti bahwa kondisi ekonomi orang berbeda-beda.
Saat ini saya akan menceritakan kesan saya selama bersekolah di SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan. Sekolah ini adalah sekolah terbaik bagi saya dan salah satu sekolah terbaik dibandingkan yang lain. Di sinilah saya belajar menuntut ilmu yang tentunya tidak akan saya lupakan.
Di sekolah ini saya bertemu dengan bermacam-macam karakter teman sehingga membuat saya banyak bersosialisasi. Banyak hal yang saya dapatkan ketika bersekolah di sini dan tidak mungkin terlupakan.
Saya mohon maaf jika selama ini saya sering menyulitkan kalian. Terima kasih telah menghabiskan waktu bersama dan membuat kenangan yang berkesan selama di sekolah.
Masa putih abu-abu katanya masa yang paling indah, tetapi semua itu tergantung dari siapa yang menjalani. Banyak orang mengatakan bahwa masa putih abu-abu adalah masa seorang remaja yang sedang penasaran akan dunia luar. Ada juga yang mengatakan masa untuk mencari jati diri sampai menemukan jati diri. Masa yang akan mengalami lika-liku remaja, persahabatan, percintaan, dan perpisahan. Masa yang disebut juga sebagai pintu menuju dewasa.
Pengalamanku saat masih menggunakan seragam putih abu-abu sangat berkesan, mulai dari suka sampai duka. Ada beberapa hal yang aku ingat selama 3 tahun bersekolah di SMA. Berangkat pagi untuk mengerjakan pekerjaan rumah, menyalin jawaban teman, menghindari upacara dengan alasan sakit, mencari tempat duduk paling belakang saat ulangan, ke kantin dengan alasan izin ke kamar mandi. Bahkan, senang mendengarkan kabar ketika guru sedang tidak bisa mengajar.
Memasuki kelas 12, aku harus menentukan tujuan setelahnya. Yang aku pilih adalah dapat kuliah di negeri. Untuk mencapainya, aku harus rajin belajar dan tentunya berdoa. Dengan rutinitas berangkat pagi ke sekolah sampai sore, lalu lanjut dengan bimbingan belajar sampai malam hari. Lelah rasanya ketika aku mengingat lagi momen itu. Ditambah lagi harus mengadapi banyak ujian sekolah dan praktik.
Saat bersamaan juga harus menentukan tujuan kuliah di mana dan memilih jurusan. Banyak dari kakak kelas yang sudah kuliah mensosialisasikan tempat kuliah terbaik mereka. Akan tetapi, dari semua itu masih aku pertimbangkan agar menemukan sekolah yang cocok.
Berawal dari sebuah gedung sekolah yang mempertemukan kita, dengan membawa harapan masing-masing, dan ternyata 3 tahun itu telah kita lewati bersama, semua terasa singkat. Hari ini, semua kebersamaan kita masih sangat melekat di hati ini, apakah semuanya akan hilang setelah perpisahan ini tiba?
Kuperhatikan kembali setiap sudut sekolah, gerbang yang dahulu selalu menyapa selamat datang, lonceng yang berdentang untuk pulang, dinding yang menjadi saksi coretan tangan kita, jam kosong yang selalu dinantikan, bermusuhan yang sesaat, di ruang kelas yang selalu ramai, bahkan cerita cinta di sekolah. Itu semua akan sangat membekas di dalam hati, apakah cerita itu dapat kutemui kembali karena cerita 3 tahun itu akan usai hari ini.
Terima kasih kepada guru-guru kami, sabar dan niat ikhlasmu membimbing dan membentuk karakter kami, banyak hal yang tidak dapat disampaikan. Ini bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan awal dari penentuan pilihan melanjutkan pendidikan atau mencari pekerjaan. [CM/NA]
