Oleh: Nilma Fitri, S. Si.
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Heboh, lagi-lagi Cina bergaduh. Kitab suci umat Islam akan dimodifikasi karena dinilai tidak sehat. Islam juga dipandang sebagai ancaman karena membawa ideologi ekstremis. Partai Komunis Cina (PKC) akan membuat terjemahan baru dari Al-Qur’an dan hadis sebagai bentuk penafsiran kitab suci agar tidak beseberangan dengan Konghucu dan ideologi Sosialisme Cina. Akankah umat Islam bungkam?
Seperti yang diberitakan kompas.com (21-9-2023), dari laporan Radio Free Asia (RFA) bahwa Cina akan melakukan upaya ‘sinifikasi’ yang telah direncanakan sejak 2018 oleh Institut Pusat Sosialisme China, yaitu bagian dari kelompok Kerja Front Persatuan Partai Komunis di China. Tujuan pemerintahan Xi Jinping ini ingin “meng-Cina-kan” Islam. Mereka melakukan pengontrolan ketat semua aktivitas muslim di Xinjiang, juga menahan jutaan muslim Uighur di kamp-kamp konsentrasi dan membakar buku-buku Islam. Usaha ini mereka nilai belum berjalan signifikan dan umat Islam masih membutuhkan banyak “rekayasa.”
Oleh karena itu, PKC melanjutkan langkahnya dengan membuat tafsir Al-Qur’an yang merujuk pada Kitab Han, yaitu kitab kumpulan teks Islam dengan konsep Konfusianisme sebagai penjelas teologi Islam. Oleh karenanya, Al-Qur’an yang akan dirilis ini berisi perpaduan Islam dengan nilai-nilai Konghucu, berbahasa Mandarin dan diberi penjelasan yang selaras dengan apa yang disebut semangat zaman. Upaya ini akan mereka lakukan dalam tenggat waktu lima tahun ke depan.
Di Balik Sinifikasi
Sinifikasi, sinisasi, sinofikasi, atau sinonisasi (sinicize) sendiri berasal dari kata sino-Tionghoa, berkaitan dengan Tiongkok adalah proses asimilasi atau akulturasi masyarakat non-Tionghoa ke dalam budaya Tiongkok, baik itu dari bahasa, budaya, dan norma-norma kemasyarakatan (wikipedia). Secara sederhananya merupakan proses memodifikasi atau mengubah sesuatu sesuai dengan budaya Cina.
Proses sinifikasi inilah yang dilancarkan oleh pemerintah Beijing kepada masyarakat beragama monoteis, yaitu Katolik, Protestan, dan Islam karena dianggap sebagai ancaman bagi kekuasaannya. Tujuan akhirnya untuk memperluas pengawasan mereka agar masyarakat beragama tetap berada di bawah payung kendali Pemerintahan.
Di tahun 2022, Cina telah melakukan sinifikasi terhadap Kristen dan membuat gempar para pengikutnya. Pasalnya, isi Alkitab telah diubah dan disesuaikan sekehendak hati mereka. Juru bicara kelompok pengawas penganiayaan Kristen, The Voice of Martyrs (VOM) Todd Nettleton mengatakan kepada ‘Faith Ware’ bahwa Alkitab telah dimodifikasi. Dalam kitab terjemahan versi PKC dalam Yohanes 8:7-11, Yesus dikatakan sebagai seorang pendosa. Menurut Nettleton, pemerintahan Xi Jinping berusaha menghilangkan pengakuan Yesus sebagai Tuhan karena dosa-dosanya yang mungkin dilakukan hanya oleh manusia, sebagai bentuk doktrin komunisme yang mereka usung (sesawi.net, 25-2-2022).
Target selanjutnya adalah Islam. Bahkan dengan maraknya masjid yang bagi Pemerintah Beijing seperti meniru arsitektur asing, pakaian umat Islam yang dinilai asing, serta penerapan label halal pada makanan dikatakan sebagai tindakan yang sudah sangat berlebihan oleh Pemerintah Beijing. Mereka tidak ingin umat Islam di Cina melakukan hal-hal yang berbeda dengan budaya Cina.
Oleh karenanya, pemerintah Beijing merasa wajib untuk menelaah kembali isi Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam agar masyarakat Islam di Cina dapat selaras dengan konfusianisme sebagai landasan ajaran Konghucu dan budaya asli Cina. Konghucu sendiri sebenarnya cenderung menghindari hal-hal yang berhubungan dengan jiwa, ketuhanan, metafisika, dan hal-hal lain yang mereka sebut bersifat ajaib (5 Ajaran Utama Konghucu, Binus University, 2021).
Di sinilah Cina berusaha mengaduk dua ideologi yang berlawanan, komunisme dan Islam. Ajaran ateisme sebagai akidah ideologi sosialisme yang tidak mempercayai Tuhan, berusaha dipadukan dengan Islam yang meyakini Tuhan Maha Esa dan wajib adanya untuk menghasilkan Al-Qur’an komunis. Tentu saja hal yang mustahil, seperti mencampurkan air dengan minyak yang selamanya tidak mungkin bisa bersatu. Miris!
Berbagai upaya terus mereka lakukan agar ideologi komunis makin berkembang dan mempunyai pengaruh kuat bagi masyarakat Cina. Umat Islam yang berada di Cina seperti etnis Uighur dan Hui kerap dizalimi dan dianiaya, kemudian berlanjut dengan pemodifikasian Al-Qur’an. Inilah langkah yang digencarkan pemerintahan Cina agar Islam kompatibel dengan ideologi sosialisme komunis. Sebagaimana yang diungkapkan Wang Zhen Profesor di Institut Pusat Sosialisme China bahwa untuk mengsinifikasi Islam di Xinjiang harus ada pencerminan aturan historis, integrasi kekuatan politik, pengamanan masyarakat, dan pembangunan budaya (detik.com, 23-9-2023).
Dampak Kapitalisme dan Komunisme
Fenomena ini semestinya cukup sebagai tamparan hebat pada wajah umat Islam di luar Cina. Saudara kita di Cina sedang berada pada kondisi tidak baik-baik saja, akidah mereka sangat terancam. Kitab suci yang sejatinya sebagai pegangan hidup umat bak telur di ujung tanduk. Sebagai kaum minoritas di Cina, doktrin komunis tidak dapat mereka tepis, sangatlah mungkin akan makin mengikis akidah yang terus menipis. Apalah arti perjuangan muslim di Cina, sebagai kaum minoritas, mereka makin mudah untuk ditindas.
Kegentingan tak akan mungkin dapat diatasi bila banyak umat Islam hanya mampu berdiam di saat komunis mencengkeram dengan kuku tajam. Perundungan berganti dengan kezaliman, penganiayaan berlanjut dengan penghilangan nyawa. Simbol-simbol Islam pun dianggap sebagai hal membahayakan yang wajib dimusnahkan. Begitulah silih berganti tragedi menghampiri umat Islam kini.
Adalah efek entitas geopolitik masing-masing wilayah negara di mana umat Islam berada. Rasa nasionalisme yang lahir dari sistem kapaitalisme demokrasi menanamkan rasa kurang empati dan sikap acuh tak acuh terhadap penderitaan sesama muslim di negeri lain. Asalkan bukan di negeriku dan tidak terjadi padaku dan keluargaku, adalah perasaan yang seakan tumbuh dalam pemikiran umat. Lahir dari kapitalisme sekuler, memutus rasa persaudaraan Islam yang semestinya bak satu tubuh, sakitnya luka di tangan akan turut dirasakan oleh kepala, kaki, sampai ke hati.
Amarah dan kutukan yang terlampiaskan dari individu dan sebagian kecil kelompok yang merasa tersentil oleh penderitaan muslim Cina tidak akan banyak berarti apalagi untuk meredam dan menghentikan kekejian. Kecaman hingga tindakan tegas yang dilakukan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dunia tidak juga berhasil menjaga Al-Qur’an yang terus dinistakan. Sebab, di balik itu, dua ideologi besar, yakni kapitalisme dan komunisme, bersatu padu sedang menggoreskan tinta sejarahnya mendiskreditkan Islam dan umatnya.
Ikhtiar yang Sia-Sia
Sudah saatnya umat harus bergerak. Tangan besi pemerintahan Xi Jinping telah mengancam pertahanan akidah muslim Cina. Kita tidak mungkin mengandalkan PBB karena sejatinya telah banyak penindasan umat Islam berlalu tanpa mampu memberikan solusi jitu. Umat Islam Palestina hingga berpuluh-puluh tahun lamanya berperang tanpa penyelesaian. Jika pun PBB memberikan banyak kecaman kepada Israel, nyatanya tidak pernah ada sanksi hukuman yang diberikan, tidak pernah.
Begitu juga nasib rakyat Rohingya, hingga kini masih belum jelas. Bahkan kembali diangkat menjadi isu kompleks oleh Menlu RI Retno Marsudi pada Sidang Majelis Umum PBB ke-78 dengan tajuk “Have they Forgotten Us? Ensuring Continued Global Solidarity with the Rohingya of Myanmar” (liputan6.com, 22-9-2023), tetapi masih saja tetap menyisakan ruang abu yang entah kapan berlalu.
Sementara itu, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang bertujuan untuk melindungi umat serta mendukung perdamaian dan keamanan internasional juga tak mampu menyelesaikan persoalan umat Islam di berbagai negara. Awalnya OKI dibentuk karena keprihatinan negara-negara Islam atas berbagai masalah yang dihadapi kaum muslimin khususnya pada peristiwa pembakaran Masjid Al-Aqsa di Yerusalem tahun 1969. Namun, kemudian berkembang menjadi sebuah wadah kerja sama dalam segala bidang, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ilmu pengetahuan antar negara-negara muslim dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Akan tetapi, kiprahnya masih merujuk pada PBB dan juga tidak mampu bersuara lantang mencari penyelesaian masalah umat Islam.
Perlindungan dan Penjagaan Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang tidak perlu diragukan lagi kebenarannya. Berbagai upaya telah dilakukan manusia demi mengubah isi dan kandungan makna di dalamnya. Sejak masa awal Al-Qur’an diturunkan pada zaman Nabi Muhammad saw. hingga saat ini, bahkan sampai hari kiamat nanti, banyak sekali dari kelompok pembenci Islam berusaha mengubahnya, tetapi Al-Qur’an terlalu tangguh untuk dilawan karena Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt. sekaligus sebagai penjaga adalah garansi keaslian Al-Qur’an.
Allah Swt. berfirman dalam QS Al-Hijr ayat 9,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ □
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti Kami (juga) yang memeliharanya.”
Dari tafsir Imam Al-Qurthubi, bahwasanya Allah akan menjaga Al-Qur’an dari upaya manusia mengubah, menambah, ataupun menguras isi di dalamnya. Oleh karenanya, keaslian Al-Qur’an akan selalu terjaga sejak Al-Qur’an diturunkan sampai hari kiamat nanti. Inilah perbedaan Al-Qur’an dibandingkan kitab-kitab lainnya, keistimewaan dari Allah Swt. telah memberikan jaminan penuh bagi orisinalitas Al-Qur’an.
Maka sehebat apa pun manusia yang berusaha mengubah isi Al-Qur’an, mereka tidak akan mampu melakukannya. Meskipun mushaf Al-Qur’an dibakar dan dimusnahkan, tetapi ayat-ayat Al-Qur’an akan tetap terhujam dan melekat dalam sanubari kaum muslimin. Bahkan di dalam Al-Qur’an sendiri, Allah menantang siapa saja yang meragukan isinya untuk membuat ayat serupa dengannya. Allah Swt. berfirman dalam QS Al-Isra ayat 88,
قُلْ لَّئِنِ اجْتَمَعَتِ الْاِنْسُ وَالْجِنُّ عَلٰٓى اَنْ يَّأْتُوْا بِمِثْلِ هٰذَا الْقُرْاٰنِ لَا يَأْتُوْنَ بِمِثْلِهٖ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْرًا □
“Katakanlah, sungguh, apabila manusia dan jin berkumpul untuk mendatangkan yang serupa dengan Al-Qur’an ini, mereka tidak akan mampu mendatangkan yang serupa dengannya, sekalipun mereka membantu satu sama lainnya.”
Inilah penegasan Allah bahwa Al-Qur’an itu benar-benar istimewa, diturunkan dari Allah kepada Nabi Muhammad saw. untuk manusia hingga akhir zaman. Al-Qur’an itu bukan buatan manusia apalagi buatan Nabi sebagai isyarat bagi kita umat Islam yang semestinya sadar akan tanggung jawab menjaga kalam-kalam Allah sebagai bentuk kewajiban ibadah. Mengecam dan bertindak tegas bagi siapa pun yang ingin merenggut serta memisahkan Al-Qur’an dari sisi kaum muslimin.
Ayo! Saatnya Islam Bangkit
Untuk itulah kita harus menyadari bahwa umat Islam Cina adalah saudara kita. Mereka membutuhkan uluran tangan kita. Kecaman dan ultimatum kepada Pemerintahan Xi Jinping tidak akan cukup menghentikan kondisi genting yang mereka alami. Sinyal SOS sudah diletupkan sebagai tanda kondisi Islam sangat terancam.
Kondisi Islam pun makin penuh dengan peluh. Walaupun ikhtiar kebangkitan terus bergemuruh, tetapi belum juga dapat direalisasikan karena pemikiran umat masih jauh dari kata layak. Oleh sebab itu, sudah saatnya kita memantaskan diri dan memahami bahwa kebangkitan Islam hanya dapat diraih melalui ideologinya. Ideologi Islam dalam bingkai daulah tentunya menuntut penyatuan dan kesatuan umat dalam satu kepemimpinan. Jalan yang paling solutif demi mengembalikan kehormatan dan kemuliaan umat, serta demi menjaga Al-Qur’an dan simbol-simbol Islam lainnya.
Penyatuan umat dalam satu wilayah Daulah Islam juga akan menghancurkan nasionalisme, pembatas, dan pemutus persaudaraan negeri-negeri muslim akibat rongrongan kapitalisme. Melawan doktrinisasi ideologi sosialisme Cina terhadap masyarakat muslim. Terlebih lagi, dengan penyatuan negeri-negeri muslim dalam satu kepempinan akan membentuk kekuatan militer yang handal sebagai pelindung umat dari berbagai kezaliman dan penistaan.
Sebagaimana sejarah mencatat, dimulai sejak berdirinya di Madinah oleh Rasulullah saw., kemudian dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin dan khalifah-khalifah setelahnya, Islam menyebar dan berhasil menguasai dua pertiga dunia. Memajukan peradaban dan ilmu pengetahuan, melindungi masyarakat, dan pemberi solusi setiap problematika umat. Kegemilangan Islam turut dirasakan oleh kaum muslim dan nonmuslim sejahtera di bawah naungannya, bahkan sematan superpower dunia bertahan hingga 14 abad lamanya.
Selain itu, perang ideologi hanya mampu dilawan dengan ideologi. Dan kekuatan ideologi hanya mampu dikalahkan dengan ideologi. Ya, ideologi sosialisme komunis dengan doktrin-doktrin yang mereka gencarkan terhadap Islam hanya mampu dikalahkan dengan kekuatan ideologi Islam. Inilah saatnya umat Islam wajib bersatu, meraih kebangkitan Islam dalam satu kepemimpinan Khil4f4h Islamiah demi kejayaan Islam. Wallahu a’lam. [CM/NA]