Oleh: Maman El Hakiem
Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com
Sikap ikhlas dan istikamah merupakan bentuk kecerdasan spiritual yang harus dimiliki oleh seorang muslim untuk mencapai husnul khatimah. Seseorang yang memiliki ikhlas dan istikamah dalam hidupnya akan meninggalkan dunia ini dengan keyakinan bahwa ia telah menjalani hidup sesuai dengan kehendak Allah dan berharap mendapatkan surga-Nya.
CemerlangMedia.Com — Setiap manusia hidup dengan ujian yang berbeda-beda. Ujian dalam hidup datang dalam berbagai bentuk, mulai dari tantangan dalam pekerjaan, masalah keluarga, hingga cobaan fisik atau emosional yang menguji ketahanan hati dan pikiran.
Setiap individu dipastikan akan melalui perjalanan hidup yang penuh dengan rintangan. Akan tetapi, cara mereka dalam menghadapi ujian tersebut tidak akan lepas dari tingkat kecerdasan spiritual yang dimilikinya. Sementara kecerdasan spiritual sangat dipengaruhi oleh bagaimana kebiasaan hidup seseorang yang akan menentukan akhir dari perjalanan hidupnya.
Setiap fase kehidupan akan membawa tantangan dan cobaan yang berbeda. Bagi sebagian orang, ujian bisa berupa kesulitan ekonomi, bagi yang lain mungkin berupa kesehatan yang terganggu, atau hubungan yang diuji. Namun, yang perlu diingat adalah bahwa ujian tersebut bukanlah sesuatu yang tanpa makna. Setiap ujian, baik yang besar maupun kecil mengandung pelajaran yang bisa membentuk karakter dan ketahanan seseorang.
Terkadang ujian datang di saat yang tidak terduga, memaksa seseorang untuk keluar dari zona nyaman. Namun, setiap ujian juga memberi peluang untuk belajar, tumbuh, dan berkembang. Di sinilah letak kekuatan manusia—kemampuan untuk bangkit, menghadapi kesulitan, dan mencari solusi dalam setiap masalah yang dihadapi.
Kebiasaan Hidup
Kebiasaan sehari-hari memiliki peran besar dalam membentuk kualitas hidup seseorang. Seiring waktu, kebiasaan akan membentuk pola pikir dan sikap yang akan berpengaruh besar pada cara seseorang mengatasi ujian-ujian yang datang. Kebiasaan positif, seperti disiplin, ketekunan, dan rasa syukur, dapat memperkuat karakter seseorang dalam menghadapi kesulitan. Sebaliknya, kebiasaan negatif, seperti pesimisme, kemalasan, atau mudah menyerah, justru bisa memperburuk situasi dan memperlambat proses pemecahan masalah.
Seseorang yang terbiasa berpikir positif, berusaha keras, dan menjaga kesehatan tubuh dan jiwanya akan lebih mampu menghadapi ujian-ujian hidup dengan lebih baik. Mereka memiliki kebiasaan untuk tetap tenang, mencari solusi, dan tidak cepat putus asa. Sebaliknya, seseorang yang terbiasa melarikan diri dari masalah atau membiarkan perasaan negatif mendominasi dirinya akan cenderung tenggelam dalam kesulitan, bahkan bisa terjebak dalam lingkaran kegagalan.
Pada akhirnya, kebiasaan hidup yang kita bangun setiap hari akan melejitkan kecerdasan spiritual yang dapat menentukan bagaimana hidup kita berakhir. Bukan hanya dari segi materi atau kesuksesan, tetapi juga dari segi kedamaian hati, kualitas hubungan dengan orang lain, dan kedekatan dengan Allah Swt.. Orang yang terbiasa menjaga kebiasaan baik dan menghadapi hidup dengan penuh kesabaran dan rasa syukur cenderung menemukan kedamaian, meskipun ujian datang bertubi-tubi.
Sebaliknya, mereka yang lebih sering mengabaikan tanggung jawab, tidak mau berusaha, atau selalu terjebak dalam kesulitan emosional akan sulit untuk meraih kebahagiaan sejati. Akhir dari perjalanan hidup mereka mungkin akan dipenuhi dengan penyesalan, rasa tidak puas, dan kegagalan yang lebih besar.
Hidup memang tidak bisa diprediksi dan ujian-ujian yang datang adalah bagian dari takdir. Namun, bagaimana kita menjalani ujian tersebut dan kebiasaan apa yang kita pilih untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akan sangat memengaruhi bagaimana akhir dari perjalanan hidup kita.
Oleh karena itu, penting untuk senantiasa membangun kebiasaan positif yang dapat membantu kita menghadapi tantangan dengan kepala tegak dan hati yang tenang. Pada akhirnya, kebiasaan baik dan sikap yang benar dalam menghadapi ujian hidup akan menentukan apakah kita meraih keberhasilan atau justru terjebak dalam kegagalan.
Konsep Kecerdasan Spiritual
Perjalanan hidup seseorang bukan hanya tentang usaha atau pencapaian duniawi, tetapi juga tentang bagaimana seseorang menjalani kehidupan dengan niat yang benar dan keteguhan hati dalam beribadah. Salah satu tujuan utama yang diinginkan oleh setiap muslim adalah husnul khatimah—akhir yang baik. Untuk mencapainya, Islam memiliki konsep kecerdasan spritual yang sangat mementingkan dua sikap utama, yaitu ikhlas dan istikamah.
Ikhlas berarti melakukan segala sesuatu hanya karena Allah Swt. tanpa mengharapkan imbalan selain dari-Nya. Maknanya bahwa setiap amal yang dilakukan dengan niat yang ikhlas akan mendapatkan pahala yang besar, bahkan jika amal tersebut tampak kecil di mata manusia. Allah berfirman dalam Al-Qur’an,
“Katakanlah, sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS Al-An’am: 162).
Melakukan amal dengan ikhlas berarti membersihkan hati dari segala niat selain Allah, seperti riya’ (ingin dipuji oleh orang lain) atau ujub (merasa bangga dengan diri sendiri). Islam mengajarkan bahwa amal yang diterima di sisi Allah adalah amal yang dilakukan dengan ikhlas, tanpa pamer, dan hanya untuk mendapatkan keridaan-Nya.
Ikhlas juga berarti tidak mengharapkan balasan dari manusia, melainkan hanya berharap kepada Allah. Orang yang memiliki ikhlas dalam setiap tindakannya, insyaallah akan terhindar dari kesombongan dan dapat menjaga konsistensi niatnya dalam menghadapi segala ujian hidup sehingga memudahkan dirinya untuk mencapai husnul khatimah.
Kemudian konsep kecerdasan spiritual lainnya adalah sikap yang istikamah. Artinya konsistensi dan memiliki keteguhan dalam menjalani ketaatan kepada Allah, meskipun dalam menghadapi berbagai ujian dan godaan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an,
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka istikamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata): ‘Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih, dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan kepadamu.'” (QS Fussilat: 30).
Istikamah mencakup keteguhan dalam menjalani syariat Islam, baik dalam kondisi lapang maupun sempit, dalam keadaan senang maupun susah. Ini berarti tidak mudah tergoyahkan oleh cobaan, dan terus berusaha menjaga amal ibadah, seperti salat, puasa, zakat, dan amal baik lainnya, termasuk dakwah dengan penuh komitmen tanpa tergoda untuk berbalik arah atau menyerah.
Mereka yang istikamah dalam beribadah dan dakwah akan selalu berusaha menjaga hubungan dengan Allah akan tetap teguh meskipun diuji. Keteguhan ini bukan hanya membantu seseorang untuk terus berbuat baik selama hidupnya, tetapi juga menjadi bekal untuk menghadapi kematian dengan tenang dan berharap kepada rahmat Allah.
Meraih Husnul Khatimah
Kedua sikap ini—ikhlas dan istikamah—merupakan bentuk kecerdasan spiritual yang harus dimiliki oleh seorang muslim untuk mencapai husnul khatimah. Husnul khatimah adalah kematian dalam keadaan yang baik, yaitu di dalam keadaan beriman, beramal saleh, dan rida dengan takdir Allah. Seseorang yang memiliki ikhlas dan istikamah dalam hidupnya akan meninggalkan dunia ini dengan keyakinan bahwa ia telah menjalani hidup sesuai dengan kehendak Allah dan berharap mendapatkan surga-Nya.
Hal Ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad saw., “Barang siapa yang ingin meraih husnul khatimah, maka hendaknya ia istikamah dalam ibadah dan melakukan amal shaleh dengan ikhlas kepada Allah.” (HR Muslim).
Wallahualam bissawab [CM/NA]