Bebas Galau Tanpa Childfree

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Ummu Rifazi, M.Si.

Sejatinya paham childfree merupakan pemikiran batil yang bertentangan dengan fitrah penciptaan manusia. Allah menciptakan manusia untuk memilih pasangan menikah serta mempunyai keturunan. Terlebih lagi, anak adalah generasi penerus agar suatu bangsa tidak mengalami kepunahan.

CemerlangMedia.Com — Istilah childfree makin populer, sampai-sampai sebuah warung bakso di Kota Bogor menamai menu andalannya bakso childfree. Nama itu dipilih lantaran bumbu tambahan yang dianggap sebagai anak, tidak dibubuhkan di menu tersebut. Namun, walaupun bumbu tambahannya tidak dibubuhkan, kenikmatannya tidak berkurang karena digantikan dengan sensasi kelezatan dari toping tulang rangu yang melimpah (radarupdate.id, 20-03-2024).

Ibarat bumbu dalam menu bakso, kehadiran anak sejatinya merupakan bumbu pernikahan yang dinanti oleh setiap pasangan yang menikah. Namun, tidak demikian yang terjadi hari ini. Kehadiran buah hati makin tidak diminati dalam empat tahun terakhir ini. Bahkan, hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada 12 November 2024 mengungkapkan bahwa sampai 2022, sebanyak 8,2 persen perempuan Indonesia memutuskan untuk tidak memiliki anak (childfree) dengan berbagai alasan (radarbogor.jawapos.com, 19-11-2024).

Childfree Bukan Solusi

Salah satu alasan paling menonjol banyak perempuan memilih childfree adalah karena faktor ekonomi dan finansial (radarbogor.jawapos.com, 19-11-2024). Banyak perempuan yang telah menikah harus bekerja agar perekonomian keluarga tetap hidup karena pada faktanya, banyak suami yang sulit mendapatkan pekerjaan layak hari ini. Bahkan, tidak sedikit para suami yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Alhasil, ketika para istri ini harus bekerja, kehadiran seorang anak akan mengganggu pekerjaan mereka.

Mereka pun tidak mau memiliki anak lantaran semua keperluan anak, seperti biaya kesehatan dan pendidikan berbayar, bahkan dengan biaya yang besar. Dengan tingginya biaya tersebut, bagi mereka memiliki anak tidak akan mendatangkan kebahagiaan. Sebaliknya, memiliki anak identik dengan bertambahnya beban kehidupan.

Sungguh ironi ketika kehadiran seorang anak dituding sebagai beban hidup hari ini, padahal sejatinya kehadiran anak bukanlah beban dalam suatu pernikahan. Sesungguhnya semua beban hidup itu berasal dari sistem kehidupan hari ini, kehidupan yang diatur dengan sistem kapitalisme. Rakyat harus berjibaku mengurusi diri mereka karena penguasa cenderung berlepas tangan dari pengurusan rakyatnya.

Hampir seluruh sektor pelayanan masyarakat dikuasai oleh para kapitalis. Komersialisasi oleh para pengusaha inilah yang mengakibatkan kebutuhan pokok rakyat, yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan menjadi mahal.

Sementara itu, mahalnya semua harga kebutuhan pokok tidak diimbangi dengan penghasilan yang cukup. Akibatnya, makin banyak rakyat yang terpuruk dalam kemiskinan. Mereka pun memilih childfree karena khawatir tidak mampu membiayai keperluan anaknya.

Dengan demikian, jelas sudah bahwa childfree bukanlah solusi untuk mengurangi beban perekonomian keluarga hari ini. Namun, sistem kehidupannya yang harus diganti agar pengurusan seluruh rakyat berjalan sesuai fitrah kehidupan sehingga secara otomatis perekonomian keluarga pun akan membaik.

Masyarakat Tanpa Childfree

Sejatinya paham childfree merupakan pemikiran batil yang bertentangan dengan fitrah penciptaan manusia. Allah menciptakan manusia untuk memilih pasangan menikah serta mempunyai keturunan. Terlebih lagi, anak adalah generasi penerus agar suatu bangsa tidak mengalami kepunahan. Oleh karenanya, kehadiran seorang anak ke dunia ini merupakan anugerah dari Allah Taala.

Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam QS Asy Syura ayat 49-50 yang artinya,
“Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua- duanya (anak-anak lelaki dan perempuan), dan Dia juga menjadikan mandul pada siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui, lagi Maha Kuasa.”

Tidak hanya sekadar menciptakan, Allah pun telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-An’am ayat 151 yang artinya,
“Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti.”

Dengan jaminan rezeki tersebut, siapa pun tidak perlu khawatir menjadi miskin dan terbebani dengan kehadiran anak. Namun, meskipun Allah telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya, setiap kepala keluarga harus mencari nafkah semampunya bagi keluarganya.

Mencari nafkah di dalam kehidupan bernegara yang menjalankan syariat Islam secara kafah akan mudah. Negara akan membukakan seluas-luasnya kemudahan pada setiap laki-laki yang sudah balig untuk bekerja dengan cara membuka seluas-luasnya lapangan pekerjaan, memberikan bekal keterampilan untuk bekerja, atau memberi modal untuk usaha. Modal usaha yang diperlukan warga berasal dari harta di kas negara (baitulmal).

Membesarkan anak pun akan ringan karena negara menyelenggarakan sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan dengan biaya terjangkau, bahkan gratis. Seluruh warga negara akan bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan terbaik secara gratis atau dengan biaya yang murah karena didanai oleh kas negara (baitulmal).

Setiap keluarga pun tidak perlu merasa khawatir dengan penafkahan keluarganya karena negara menjamin berjalannya mekanisme penafkahan lewat jalur nasab. Ketika penafkahan lewat jalur nasab tidak bisa dipenuhi, misalnya janda yang tidak mempunyai kerabat, maka negara melimpahkan penafkahannya kepada baitulmal. Ketika janda tersebut memiliki anak, ia tidak perlu risau dan berjibaku bekerja mencari nafkah karena kebutuhan anak dipenuhi oleh negara lewat harta dari baitulmal.

Ketersediaan harta di baitulmal terjamin karena mempunyai sumber pemasukan berlimpah dari harta kepemilikan individu, masyarakat, dan negara. Jika harta dalam baitulmal tidak mencukupi, negara akan menarik pajak (dharibah) untuk sementara waktu dari warga negara muslim yang kaya.

Negara yang menjalankan syariat Islam secara kafah sebagaimana teladan Khulafaur Rasyidin dan khalifah setelahnya adalah Daulah Khil4f4h Islamiah. Daulah Khil4f4h Islamiah akan memenuhi kebutuhan asasi setiap warganya sehingga mereka dapat menjalankan kehidupan dengan tenang sesuai fitrahnya tanpa tergiur oleh paham childfree. Wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *