Guru, Pelindung atau Predator?

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Penulis: Widhy Lutfiah Marha
Pendidik Generasi

Sistem pendidikan Islam menekankan pembentukan pribadi yang saleh dan salihah, menumbuhkan rasa malu, dan mengajarkan penghormatan terhadap lawan jenis. Aturan interaksi yang jelas antara laki-laki dan perempuan dalam Islam meminimalkan peluang terjadinya pel3cehan.

CemerlangMedia.Com — Kasus pel3cehan s3ksual di lingkungan pendidikan kembali menghantui. Siklus kelam yang terus berulang tanpa tanda-tanda akan berakhir.

Berita demi berita menguak luka yang sama tentang institusi pendidikan. Ruang guru yang seharusnya menjadi tempat perlindungan, kini menjelma menjadi panggung mimpi buruk bagi para murid. Tempat yang seharusnya menjadi benteng aman bagi peserta didik, justru menjadi arena praktik amoral yang mencoreng harapan.

Masyarakat kembali terhenyak, marah dan tuntutan keadilan bergaung. Akan tetapi, bayang-bayang kasus serupa yang akan datang tidak bisa dihindari. Tragedi ini bukan sekadar narasi tunggal.

Baru-baru ini, dua kasus penc4bulan anak di bawah umur yang dilakukan oleh oknum guru kembali mencuat, menambah daftar panjang kepedihan yang tidak berkesudahan. Di Sikka, Nusa Tenggara Timur, seorang guru sekolah dasar tega menc4buli delapan muridnya. Sementara itu, di Kalideres, Jakarta Barat, seorang guru SMK dilaporkan melakukan pel3cehan s3ksual terhadap 40 siswinya.

Kedua kasus di atas menunjukkan bahwa lingkungan pendidikan yang seharusnya aman dan melindungi anak-anak, justru menjadi tempat terjadinya kekerasan s3ksual. Oleh karena itu, perlu adanya pengawasan ketat serta penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku kekerasan s3ksual di lingkungan pendidikan (tirto.id, 06-03-2025).

Demokrasi Akarnya

Fenomena ini tidak bisa dianggap sebagai kesalahan individu semata. Menyalahkan pelaku tanpa menelusuri akar permasalahan, berarti menutup mata terhadap realita sistemik yang melatarbelakangi tragedi ini. Terulangnya kasus serupa menunjukkan adanya masalah yang lebih mendasar, yakni sistem kehidupan yang diterapkan di masyarakat, termasuk dalam dunia pendidikan.

Sistem demokrasi sekuler yang memisahkan nilai-nilai agama dari kehidupan publik telah menciptakan lingkungan yang rawan akan penyimpangan moral. Ketika agama tidak lagi menjadi dasar dalam mendidik dan membentuk karakter, pendidikan kehilangan rohnya sebagai pembangun peradaban yang bermoral. Sosok guru yang seharusnya menjadi panutan, pelindung, dan pembimbing, justru berubah menjadi predator karena menyalahgunakan posisi dan kekuasaannya.

Budaya yang dibentuk oleh media liberal turut memperburuk keadaan. Tayangan yang mengeksploitasi tubuh, menggambarkan relasi bebas, serta mengobjektifikasi manusia menjadi konsumsi harian yang membentuk pola pikir masyarakat, termasuk pendidik dan peserta didik. Ketika batas agama terus dikikis, perilaku menyimpang makin dianggap biasa, bahkan dinormalisasi.

Lingkungan sosial yang permisif dan sistem pendidikan yang menekankan prestasi akademik, tetapi abai terhadap pembentukan karakter turut menyumbang lahirnya generasi yang rapuh secara moral. Sekolah sibuk mengejar peringkat, tetapi lupa bahwa tujuan utama pendidikan adalah mencetak manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak mulia. Tanpa fondasi agama, batas antara yang benar dan salah menjadi kabur.

Dampaknya, kasus-kasus pelecehan terus terjadi, baik di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi. Pelaku bukan hanya guru, tetapi juga dosen dan sesama peserta didik. Ketiadaan kontrol diri dan lemahnya nilai moral menjadikan dunia pendidikan sebagai lahan subur bagi perilaku menyimpang. Jika terus dibiarkan, tentunya akan makin banyak generasi yang menjadi korban dari kegagalan sistem ini.

Islam Solusi Menyeluruh

Islam menawarkan solusi komprehensif dan terstruktur, bukan sekadar imbauan moral. Sistem pendidikan Islam menekankan pembentukan pribadi yang saleh dan salihah, menumbuhkan rasa malu, dan mengajarkan penghormatan terhadap lawan jenis. Aturan interaksi yang jelas antara laki-laki dan perempuan dalam Islam meminimalkan peluang terjadinya pel3cehan.

Selain itu, sistem sanksi tegas dalam hukum Islam memberikan efek jera, sekaligus perlindungan maksimal bagi korban. Media dalam Islam pun diatur sesuai syariat, menghindari eksploitasi tubuh, dan membentuk lingkungan yang sehat dan bermoral.

Pengawasan Allah Swt. menjadi benteng terkuat bagi individu sehingga membentuk rasa takut akan azab-Nya dan harapan akan rida-Nya. Kontrol sosial melalui amar makruf nahi mungkar juga berperan penting mencegah dan menindak penyimpangan.

Pendidikan Islam tidak hanya mengajarkan hukum, tetapi juga membentuk jiwa yang bersih, bertanggung jawab, dan empati. Anak-anak diajarkan untuk menjaga kehormatan, menjunjung hak sesama manusia, dan menjauhi pergaulan bebas yang menjerumuskan.

Dengan demikian, penerapan sistem Islam secara menyeluruh menjadi solusi mendesak untuk mengatasi krisis moral di dunia pendidikan. Hanya dengan sistem ini, hukum Islam dapat ditegakkan, pendidikan dan media diatur sesuai syariat, serta pelaku pel3cehan s3ksual dihukum tegas sehingga dunia pendidikan kembali menjadi tempat aman dan bermartabat bagi generasi masa depan. [CM/Na]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : [email protected]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *