Oleh: Zakiah Ummu Faaza
Sistem Islam akan melahirkan sosok pemimpin yang bertakwa, bertanggung jawab, dan amanah. Seorang pemimpin akan menjalankan roda pemerintahan karena ketaatan kepada Allah semata. Pemimpin akan menerapkan semua syariat, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyatnya.
CemerlangMedia.Com — Kegelapan yang menyelimuti Indonesia dari masa ke masa tampaknya belum ada sinyal cahaya. Pasca pergantian pemimpin terpilih Prabowo-Gibran, belum terlihat ada perubahan. Sebaliknya, masyarakat makin bertambah susah dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan.
Bukankah janji para pemimpin ini setelah 100 hari menjabat akan memberikan angin segar bagi rakyatnya? Namun faktanya, rakyat malah makin terimpit. Kondisi inilah yang memotori para mahasiswa untuk turun ke jalan secara serentak dengan tagar “Indonesia Gelap”.
Dilansir dari CNN Indonesia, ribuan mahasiswa dari sejumlah universitas memadati kawasan Patung Kuda, Jakarta untuk menggelar demonstrasi lanjutan dalam aksi yang bertajuk “Indonesia Gelap”. (20-2-2025). Aksi demo Indonesia Gelap yang dimotori oleh kalangan mahasiswa di berbagai daerah memberikan beberapa tuntutan kepada pemerintah. Dalam aksi tersebut, mahasiswa menolak sejumlah kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat, terutama dalam hal efisiensi anggaran.
Mereka juga menolak revisi Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba) terkait konsesi tambang untuk perguruan tinggi dan mendorong pengesahan UU Perampasan Aset. Pada aksi tersebut, mahasiswa membawa beberapa poster yang bertuliskan, ‘Efisiensi atau Nurutin Ambisi, Ndasmu!’, ‘Hentikan Pemangkasan Anggaran Pendidikan’, ‘Rakyat Diperas, Anggaran Pendidikan Dipangkas, Indonesia Cemas’, ‘Makan Dijanjikan Sekolah Dikorbankan Masa Depan Dihancurkan’, ‘Kenyang Gak, Bodoh Iya’, ‘#DaruratPendidikan’, Oke Gas, Oke Gas, Mana Gas?’, ‘100 Hari yang Paling Mematikan’, ‘Makan Uang Rakyat Gratis’, ‘Kabinet Gemuk’, dan kalimat protes lainnya.
Hal ini membuktikan bahwa betapa janji manis para pemimpin terpilih tidak dapat terealisasi. Oleh karenanya, wajar jika para mahasiswa menyampaikan berbagai tuntutannya dengan serentak. Aksi Indonesia gelap merupakan reaksi atas kondisi bangsa ini yang makin suram dari perubahan.
Tentunya perubahan dari tatanan kehidupan yang gelap menjadi terang benderang harus dengan perubahan yang hakiki, bukan perubahan semu. Sayangnya, tuntutan yang ditawarkan sejatinya tidak menyelesaikan masalah hingga ke akarnya. Apalagi solusi yang ditawarkan kembali pada demokrasi kerakyatan, padahal demokrasi itu banyak cacatnya dan tidak mampu menjadi solusi bagi rakyat.
Dampak Sistem Demokrasi Kapitalisme
Sistem demokrasi kapitalisme yang diterapkan telah mengantarkan bangsa ini pada kegelapan. Sistem ini kerap mengatasnamakan rakyat demi memuluskan program-programnya. Slogan bahwa demokrasi itu adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat hanya indah dalam pernyataan dan tulisan.
Akan tetapi, menjadi khayalan karena tidak pernah hadir dalam kenyataan. Slogan tersebut menyebar secara masif kepada publik dengan harapan agar masyarakat mau menerima dan meyakininya sebagai sistem politik yang layak, bahkan harus diterapkan.
Para propagandis demokrasi terus meyakinkan publik bahwa demokrasi adalah sistem politik terbaik yang mampu mewujudkan harapan masyarakat. Mereka berdalih, kedaulatan rakyat artinya memberikan kuasa kepada rakyat untuk merumuskan hukum dan perundangan sehingga hukum yang dibuat akan sesuai dengan harapan masyarakat.
Sementara dalam hal merumuskan UU, realitanya tidak mungkin seluruh rakyat terlibat. Lazimnya, pengesahan suatu UU merupakan hasil usulan dari presiden atau anggota DPR yang kemudian dibahas dan disahkan di parlemen. Artinya, yang berperan dalam menyusun dan mengesahkan UU hanyalah segelintir orang yang mengeklaim sebagai “wakil rakyat”.
Sejatinya, anggota dewan di parlemen bukanlah wakil rakyat. Akan tetapi, wakil partai politik (parpol) karena mereka dicalonkan oleh parpol, kemudian rakyat “dipaksa” memilih calon yang ada. Proses pembuatan UU yang hanya melibatkan segelintir elite ini bukan rahasia umum lagi dengan disisipi oleh berbagai kepentingan, terutama kepentingan para pemilik modal. Jadi, di antara mereka ada ikatan yang saling memerlukan atas nama kepentingan.
Elite politik membutuhkan modal, sedangkan pemilik modal memerlukan akses, konsesi, dan perizinan. Ini karena yang mengendalikan elite politik adalah kekuatan pemilik modal. Oleh karena itu, wajar jika kondisi Indonesia makin gelap karena hidup dalam penerapan sistem yang salah.
Solusinya Hanya Islam
Islam sebagai agama sekaligus mabda mampu menjawab permasalahan “Indonesia Gelap ini”. Islam dengan mekanismenya akan menjadi solusi, mulai dari memilih pemimpin maupun kebijakan-kebijakan yang diterapkan. Semua itu berdasarkan syariat, bukan berdasarkan kepentingan segelintir orang.
Sistem Islam akan melahirkan sosok pemimpin yang bertakwa, bertanggung jawab, dan amanah. Seorang pemimpin akan menjalankan roda pemerintahan karena ketaatan kepada Allah semata. Pemimpin akan menerapkan semua syariat, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyatnya. Sumber daya alam tidak akan diserahkan begitu saja kepada pihak asing atau pemilik modal.
Dengan demikian, sudah seharusnya mahasiswa melek politik dan kritis serta memberikan solusi yang benar. Satu-satunya solusi yang benar hanyalah solusi yang berasal dari Islam.
Sepatutnya pula mahasiswa menjadi agen perubahan untuk mengemban risalah Islam dengan mengoreksi penguasa atas spirit amar makruf nahi mungkar dan menyuarakan solusi Islam. Hanya dengan penerapan sistem Islamlah masa depan masyarakat bisa gemilang.
Untuk itu, pemuda harus bersemangat dan berjuang menuntut perbaikan dengan bergabung bersama kelompok dakwah ideologis. Dengan begitu, para pemuda akan mampu membongkar kerusakan demokrasi yang menipu rakyat.
Kehadiran kelompok ideologis ini dapat mengawal perubahan sesuai contoh Rasulullah, yakni perubahan yang mengakar serta menjadi solusi tuntas bagi “Indonesia Gelap” menuju cahaya terang. Hanya dengan mencampakkan sistem demokrasi, lalu menerapkan Islam secara keseluruhan sebagai pedoman kehidupan. [CM/NA]