Oleh: Rina Rofia
Aktivis Muslimah
Sistem kepemimpinan Islam menjadi solusi dari berbagai persoalan hidup dan mampu menumpas permasalahan individu hingga negara. Begitu jelinya Islam dalam memimpin dunia sehingga berbagai kegemilangannya telah terbukti, kejayaannya masih membekas, sejarahnya tetap terpatri abadi.
CemerlangMedia.Com — Kecelakaan dalam berkendara di jalan raya, lagi-lagi bagai badai tak berkesudahan. Sementara dalam kabarnya, Indonesia selalu saja mengagungkan pembangunan jalan dan infrastruktur. Program tersebut seharusnya dapat meminimalkan kecelakaan yang akan terjadi.
Namun faktanya, berbagai liputan mengabarkan bahwa hampir tiap jam terjadi laka lantas yang mengakibatkan korban jiwa, seperti yang disampaikan oleh Polri Inspektur Jenderal (Irjen) Pol Aan Suhanan saat retrospeksi korban kecelakaan lalu lintas di Jakarta Pusat pada Ahad, (15-12-2024). Tercatat, 152.000 kecelakaan lalu lintas menelan korban, bahkan meninggal dunia sebanyak 27.000 lebih. Jika diperkirakan, tiap 1 jam sekali terjadi kecelakaan dan terdapat korban meninggal dunia (CNN Indonesia, 16-12-2024).
Kemudian data dari kepolisian mencatat telah terjadi sebanyak 138.778 insiden kecelakaan lalu lintas di seluruh Indonesia, sejak 1 Januari—15 Desember 2024 (IRMS Korlantas Polri, 16-12-2024). Adapun motif kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia amat menyita perhatian publik, mulai dari adanya faktor kelalaian pengendara (61%), faktor prasarana dan lingkungan (30%), serta faktor kondisi permesinan kendaraan bermotor (9%). Laka lantas dengan faktor terbesar, yakni 61% disebabkan oleh kelalaian pengendara (gootstat.id, 6-11-2024).
Upaya Pemerintah
Kecelakaan lalu lintas bukanlah masalah yang mudah untuk diperbaiki. Terlebih, kasus yang terjadi menunjukkan tingginya kelalaian para pengendara dan kurang tepatnya solusi untuk kasus tersebut sehingga lagi-lagi menimbulkan korban jiwa.
Memang benar, kondisi pengendara amat berpengaruh besar dalam hal ini. Apalagi pengaruh kesehatan yang meliputi mental dan fisik. Bukan hanya itu, edukasi, kemampuan mengemudi, kemahiran, kelengkapan berkendara, dan kecekatan pengendara juga menjadi prioritas utama bagi keselamatan dalam mengemudi.
Adapun salah satu usaha dari negara, seperti operasi zebra, ternyata tidak menyurutkan angka laka lantas di jalan raya. Sementara operasi zebra tersebut bertujuan agar terwujud keselamatan dan ketertiban dalam berlalu lintas.
Hal ini tentu menjadi PR besar bagi negara, bagaimana mengatur keselamatan pengendara dan mengontrol regulasi kendaraan di jalan raya sehingga presentase keselamatan rakyat menjadi prioritas utama. Minimnya edukasi dan keamanan dalam berkendara, proses pembuatan SIM, hingga penggunaan jalur transportasi harusnya menjadi sorotan pula agar tata transportasi aman dan tidak membahayakan pengendara serta pengguna jalan raya.
Selanjutnya, faktor prasarana dan lingkungan. Kondisi jalan yang tidak layak, minimnya penerangan atau lampu malam, jalan berlubang, kurangnya rambu-rambu lalu lintas, tikungan tajam, dan lain sebagainya menjadi faktor penyebab terjadinya kecelakaan di jalan raya.
Hal-hal teknis tersebut menjadi paradigma lawas bagi negara. Dari zaman dahulu negara memang tidak tuntas dalam mengurus keselamatan rakyatnya. Mirisnya lagi, berulangnya kasus seakan tidak menjadikan jera, padahal memperhatikan kondisi jalan demi kemaslahatan umum adalah tanggung jawab negara.
Oleh karena itu, tidak ada yang bisa diharapkan dari bercokolnya sistem kapitalisme yang menjadi raja di negara ini. Sistem rusak dan nista ini menjadi musuh terbesar bagi peradaban. Masalah tidak akan pernah usai jika sumber penyelesaian masalah yang diadopsi juga rusak, yang ada hanya menimbulkan masalah baru.
Jika berpikir kembali, suatu kasus tentunya akan menurun jika menggunakan cara yang benar dalam menyelesaikan masalah. Namun nyatanya, sistem ini tidak mampu mengatasi tragedi ini, malahan kasus tersebut makin melesat dan terus berlanjut.
Transformasi Infrastruktur dalam Kepemimpinan Islam
Inilah waktunya untuk beralih kepada sistem hakiki, sistem yang akan menjamin kemaslahatan umat dan keberkahan hidup dalam segala hal. Inilah sistem kepemimpinan Islam, sistem dalam bingkai Khil4f4h Islamiah. Kepemimpinan yang disyariatkan oleh Allah ini akan menjamin kesejahteraan rakyat, segala urusan umat diselesaikan dengan tuntas dan paripurna.
Sebagai contoh adalah kepemimpinan Islam yang dipimpin oleh Sayyidina Umar bin Khattab. Ketika Umar ra. diamanahi menjadi khalifah bagi kaum muslimin, ia memiliki sikap kepemimpinan yang amat luar biasa. Khalifah Umar takut akan berbagai pertanggungjawaban di akhirat nanti, bahkan hanya dengan seekor keledai yang terpeleset di jalan.
Khalifah Umar bin Khattab pernah berkata, “Seandainya seekor keledai terperosok ke dalam Sungai di Kota Baghdad, niscaya Umar akan dimintai pertanggungjawaban dan ditanya oleh Allah ‘Mengapa engkau tidak meratakan jalan untuknya?'”
Ini sebagai bukti bahwa kesadaran hubungan antara Sayyidina Umar dan Rabb-nya telah terbentuk secara sempurna. Tanggung jawab terhadap makhluk hidup amatlah diperhatikan, terlebih demi kemaslahatan nyawa manusia. Itulah jiwa pemimpin yang takut hanya pada Pencipta-nya.
Begitu pula pendidikan, di era kepemimpinan Umar bin Khattab amat pesat kemajuannya dengan menggunakan metode halaqah, talaki, ceramah, dan praktik sehingga ilmu yang diperoleh dapat diterapkan dengan sempurna. Pun penyuluhan di Madinah, sebagai bentuk survei langsung untuk meninjau perkembangan dan kekurangan yang ada pada rakyatnya. Sungguh, begitu hati-hatinya kekhalifahan Islam dalam memimpin negara dan rakyatnya.
Dengan demikian, sistem kepemimpinan Islam menjadi solusi dari berbagai persoalan hidup sehingga mampu menumpas permasalahan individu hingga negara. Begitu jelinya Islam dalam memimpin dunia sehingga berbagai kegemilangannya telah terbukti, kejayaannya masih membekas, sejarahnya tetap terpatri abadi. Tidak perlu menengok lebih jauh, lihatlah bagaimana Kekhalifahan Utsmaniyah, sejarahnya masih gemilang hingga kini.
Khatimah
Sungguh, kepemimpinan Islam ini amat bertolak belakang dengan sistem kapitalisme yang hanya mementingkan kekuasaan dan keuntungan sebanyak-banyaknya bagi para penguasa, tetapi ujungnya menyengsarakan umat manusia. Sementara sistem ekonomi Islam begitu jeli dan teliti dalam mengatur kebutuhan dan fasilitas penting untuk keselamatan rakyatnya. Inilah saatnya untuk kembali ke dalam naungan kepemimpinan Islam kafah agar tercipta kehidupan yang penuh berkah. Wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]