Penulis: Hessy Elviyah, S.S.
Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com
Perlu kesadaran kolektif umat Islam untuk peduli terhadap saudara-saudara di Gaza. Revolusi sistem kapitalisme sekularisme kepada sistem yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menegakkan keadilan sejati, dan asas berpikir dari wahyu Allah Swt. mutlak diperlukan untuk menutup dan menyembuhkan luka menahun di Gaza, Palestina. Hal ini bisa dilakukan secara permanen oleh negara yang menerapkan seluruh hukum Islam secara kafah, yakni Daulah Khil4f4h.
CemerlangMedia.Com — Ribuan nyawa melayang. Tangisan dan jeritan di Gaza tidak mampu menembus tembok tebal apatis global. Puluhan tahun Gaza menjadi ladang kematian. Keberingasan Isra3l ditumpahkan melalui bom fosfor, blokade total, dan penghancuran infrastruktur sipil yang diklaim sebagai pembelaan diri.
Isra3l terus melancarkan aksinya. Selama puluhan tahun, tidak terhitung jumlah bom yang meledak di tanah Gaza. Pada Jumat, (23-5-2025), setidaknya 16 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat rentetan serangan militer Isra3l di tanah Gaza. Militer Isra3l menuturkan bahwa pihaknya bertindak dengan kekuatan intens di sebanyak 14 area di jalur Gaza City dan camp pengungsi Jabalia (detikNews, 23-05-2025).
Sementara itu, ingar bingar wacana geopolitik dan diplomasi internasional yang dibungkus bahasa netral dan steril mengabaikan sisi kemanusiaan dan menutup mata bahwa di Gaza sedang ada genosida. Sejatinya, mujahid Gaza tidak sedang berperang dengan Isra3l karena kesempatan dan kekuatan mereka tidaklah sepadan. Justru yang terjadi adalah penjajahan dan pembantaian yang terus terjadi hingga menembus batas kemanusiaan.
Luka Menganga
Puluhan ribu nyawa melayang. Akan tetapi, dengan retorika membela diri, Isra3l melegalkan pembantaian yang membabi buta terhadap warga Gaza yang mayoritas korbannya adalah perempuan dan anak-anak. Luka Gaza tercipta bukan hanya karena peluru yang menembus tubuh-tubuh syuhada, tetapi karena diamnya dunia yang katanya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia. Sementara keberingasan Isra3l dibiarkan dan nilai-nilai kemanusiaan dimandulkan. Miris!
lebih jauh, walaupun amnesti internasional dan Human Right Watch menyatakan bahwa aksi biadab Isra3l menunjukkan adanya unsur kejahatan perang dan kemanusiaan, tetapi dunia bungkam. Tidak terlihat upaya untuk menghentikannya.
Dunia, khususnya organisasi internasional seperti PBB sering membiarkan sistem hukum internasional kehilangan taringnya ketika berhadapan dengan kebiadaban Isra3l. Akhirnya, penderitaan Gaza yang seharusnya mengguncang hati nurani sudah menjadi biasa, tidak lagi memancing empati, ataupun reaksi kuat karena terus-menerus dibiarkan. Ini menunjukkan absennya sensitivitas moral dan kemanusiaan global atas tragedi kemanusiaan di Gaza.
Fenomena semacam ini tidak lepas dari kerangka logika kapitalisme sekularisme. Dalam sistem ini, keuntungan materi lebih berharga daripada nyawa manusia. Industri perang menjadi sektor yang meraup keuntungan.
Perusahaan-perusahaan senjata raksasa di Amerika Serikat, Eropa, dan Isra3l bisa menguji coba produk mereka di Gaza. Setelah produk senjata mereka teruji, kemudian dijual ke pasar internasional dengan label “Battle Tested”. Di sisi lain, dukungan negara besar, seperti Amerika Serikat terhadap Isra3l mempunyai visi untuk makin menancapkan hegemoninya di wilayah Timur Tengah.
Sementara itu, sekularisme tidak memandang pembantaian yang dilakukan Isra3l sebagai kebobrokan moral, melainkan dampak dari konflik politik yang rumit. Oleh karena itulah, solusi yang ditawarkan global selalu tidak tepat sasaran karena memandang akar masalah persoalan sudah tidak benar.
Selain itu, sekularisme menggunakan standar ganda dalam menyikapi keadilan. Dalam sistem ini, kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh sekutu —teman negara superior akan dimaklumi. Sementara si penantang superior ini akan dicap sebagai teroris, radikalis, dan cap buruk lainnya sehingga perlu diwaspadai.
Sementara itu, hak asasi manusia hanya dihargai berdasarkan kepentingan ekonomi dan politik, bukan dari nilai moral yang absolut. Hal ini lantaran sistem sekularisme memisahkan kehidupan dengan nilai-nilai agama. Standar hidup menjadi rancu tanpa garis yang tegas.
Ironisnya, negara-negara mayoritas muslim belum mampu memberikan solusi sistemik karena mereka pun penganut sistem ekonomi kapitalisme dan politik sekuler. Hal ini membuat negara-negara muslim bergantung pada Amerika secara ekonomi dan militer.
Dengan demikian, tanpa keberanian untuk keluar dari sistem hidup yang tidak manusiawi ini, maka solidaritas hanyalah sebuah retorika sesaat. Begitu pula dengan bantuan, bukan solusi struktural yang mampu membebaskan Gaza dari kebiadaban Zi*nis Isra3l laknatullah.
Kembalikan Sistem Islam!
Hancurnya negara yang berbasis Islam telah membawa kehancuran bagi manusia pada umumnya dan umat Islam khususnya. Tidak ada lagi pelindung yang mampu membela kehormatan dan darah umat Islam.
Umat Islam terpecah belah menjadi beberapa bagian yang dinamakan negara. Nasionalisme menjadi benteng yang dibentuk dan terpatri dalam benak kaum muslim. Inilah yang susah ditembus untuk memeluk saudara seiman di Gaza.
Hal terpenting yang terlupakan, Palestina adalah bagian dari tanah umat Islam dan wajib dibebaskan melalui jihad yang dilakukan oleh negara Islam, bukan sekadar perjuangan lokal nasionalisme atau diplomasi internasional. Umat Islam harus menyadari bahwa luka Gaza adalah luka seluruh umat Islam.
Gaza dicabik-cabik, artinya umat Islam seluruh dunia diinjak-injak harga dirinya, sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi adalah seperti satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan turut merasakan sakitnya dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis ini mengajarkan solidaritas, empati, dan kesatuan dalam tubuh umat Islam. Jika satu pihak merasa terzalimi, menderita, dan kesulitan, tentunya yang lain harus peduli dan turut membantu.
Khatimah
Perlu kesadaran kolektif umat Islam untuk peduli terhadap saudara-saudara di Gaza. Revolusi sistem kapitalisme sekularisme kepada sistem yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menegakkan keadilan sejati, dan asas berpikir dari wahyu Allah Swt. mutlak diperlukan untuk menutup dan menyembuhkan luka menahun di Gaza, Palestina. Hal ini bisa dilakukan secara permanen oleh negara yang menerapkan seluruh hukum Islam secara kafah, yakni Daulah Islam. Wallahu a’lam. [CM/Na]