Kepepet Anggaran, Susu Sapi Ganti Susu Ikan

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Neti Ernawati
(Ibu Rumah Tangga)

Negara akan memenuhi hak dasar generasi dengan pemenuhan yang maksimal dan berkualitas. Sasaran kualitas bukan hanya pada kekuatan fisik, tetapi juga kekuatan kepribadian. Melalui pendidikan gratis, negara meningkatkan kualitas kepribadian generasi. Melalui jaminan kesejahteraan, negara akan meningkatkan kualitas fisik generasi.

CemerlangMedia.Com — Wacana program makan bergizi gratis sebagai solusi isu stunting dan ketahanan pangan tengah menjadi sorotan. Pada awal kemunculannya, program ini mengusung menu makan siang dan susu, tetapi Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Burhanuddin Abdullah mengatakan, susu sapi dalam program tersebut sangat memungkinkan untuk diganti dengan susu ikan atau dengan telur (Kompas.com, 11-09-2024).

Epi Taufik, Ahli Ilmu dan Teknologi Susu, Dosen Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) menyatakan bahwa susu ikan seharusnya berasal dari jenis ikan mamalia. Namun, susu ikan alternatif susu sapi ini bukan susu hasil perah ikan, tetapi merupakan ekstraksi protein ikan (Kompas.com, 11-09-2024).

Susu ikan merupakan protein daging ikan segar yang diekstrak dan ditambah bahan lain kemudian diseduh hingga menyerupai susu sehingga disebut susu ikan. Sebagai informasi, susu ikan ini merupakan hasil dari kemitraan Koperasi Nelayan Mina Bahari (Indramayu) dengan PT Berikan Teknologi Indonesia. Pada Agustus 2023, susu ikan pertama kali diluncurkan dan telah diresmikan oleh Teten Masduki, selaku Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (MenKopUKM).

Kebutuhan Gizi vs. Anggaran

Dalam menyelenggarakan program makan siang gratis, biaya untuk penyediaan makanan dengan susu dan daging yang memadai sangatlah besar. Diperkirakan, realisasi total program ini pada 2029 nanti dapat menelan biaya sekitar 44 miliar dolar AS per tahun atau sekitar dua kali lipat anggaran kesehatan saat ini.

Disebutkan juga bahwasanya jumlah sapi perah di Indonesia saat ini hanya berkisar 400 ribu ekor. Jumlah tersebut tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan susu sapi. ID Food menyebut, paling tidak, diperlukan 2 juta sapi perah guna mendukung program susu gratis. Alhasil, susu ikan menjadi pilihan alternatif sebagai pengganti susu sapi.

Layaknya ikan, susu ikan memiliki berbagai keunggulan bagi tubuh, mulai dari kandungan EPA DHA hingga Omega 3 yang tinggi. Susu ikan tidak mengandung alergen seperti susu sapi sehingga dapat menjadi pilihan bagi orang yang alergi susu sapi. Susu ikan dapat dicerna tubuh dengan mudah karena tingkat penyerapan protein susu ikan mencapai 96%. Susu ikan juga bagus untuk ibu hamil dalam mencegah stunting pada anak karena kandungan proteinnya yang tinggi.

Namun, belum diketahui soal dampak kesehatan dari susu ikan yang merupakan hasil dari makanan dengan ultra proses. Selain itu, belum juga diketahui apakah kandungan gizi susu ikan mampu menyamai kandungan gizi yang terkandung dalam susu sapi. Bahkan disebutkan, kadar gula yang tinggi membuat susu ikan tidak menjadi alternatif terbaik bagi anak-anak. Susu ikan juga belum memiliki kajian ilmiah yang memadai mengenai manfaat kesehatan jangka panjangnya.

Mempersulit Cara Konsumsi Ikan

Apabila ada yang gampang, kenapa cari yang susah? Inilah yang seolah ingin dikatakan oleh dokter sekaligus Ahli Gizi Tan Shot Yen dalam menanggapi polemik susu ikan. Menurutnya, ikan adalah makanan hewani yang dapat dikonsumsi tanpa harus diolah menjadi susu. Konsumsi ikan segar secara langsung memiliki kelebihan daripada ikan yang harus melalui berbagai proses produksi. Ini karena nilai gizi alami beberapa makanan justru hilang ketika proses pengolahan.

Selain itu, membuat susu ikan dalam jumlah besar juga akan membutuhkan pabrik yang besar dan bahan baku yang besar. Kebutuhan dana untuk mendukung industrialisasinya sangat mungkin terjadi yang tentunya akan menambah pengeluaran negara.

Kebijakan Baru, Lahan Keuntungan Baru

Otak-atik kebijakan seolah dilakukan pemerintah demi rakyat. Tentu saja dalam penyediaan susu ikan dibutuhkan industrialisasi yang mendukung. Tidak menutup kemungkinan, industrialisasi tersebut akan menjadi peluang bagi korporasi dan oligarki, apalagi jika dilihat dari pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Pemerintahan yang mengusung sekuler kapitalisme hanya hadir sebagai regulator. Pemerintah mengatur negara layaknya sebuah perusahaan. Kebijakan baru akan membuka tender dan jalinan kerja sama dengan korporasi yang sarat dengan bagi-bagi keuntungan.

Sekuler demokrasi menjadikan negara tidak lagi mengurus rakyat dengan amanah. Rakyat tidak benar-benar menjadi prioritas. Negara justru memanfaatkan isu pemenuhan gizi generasi untuk menyukseskan proyek industrialisasi, tanpa memikirkan dampak baik buruknya bagi rakyat dan negara.

Islam Solusi Generasi Berkualitas

Dalam Islam, rakyat adalah sebuah amanah besar. Kepemimpinan Islam melayani umat dengan ikhlas, tidak demi meraup keuntungan. Begitu juga dalam pengurusan generasi sebagai penopang keberlangsungan peradaban. Negara dengan sistem Islam memberi perhatian dan penjagaan khusus pada mereka agar menjadi generasi yang berkualitas.

Negara akan memenuhi hak dasar generasi dengan pemenuhan yang maksimal dan berkualitas. Sasaran kualitas bukan hanya pada kekuatan fisik, tetapi juga kekuatan kepribadian. Melalui pendidikan gratis, negara meningkatkan kualitas kepribadian generasi. Melalui jaminan kesejahteraan, negara akan meningkatkan kualitas fisik generasi.

Semua upaya negara itu ditopang oleh kemampuan pendanaan baitulmal yang kuat sehingga tidak memerlukan uluran tangan korporasi. Pun, tidak perlu menekan kualitas pemenuhan gizi karena anggaran yang dibatasi. Dengan begitu, hanya sistem pemerintahan Islamlah yang mampu menghasilkan generasi berkualitas. [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *