Maraknya Fenomena Malin Kundang, Buah Kapitalisme Sekuler?

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Rina Herlina
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com, Pegiat Literasi)

CemerlangMedia.Com — Ada sebuah ungkapan, “Satu orang tua mampu merawat sepuluh anak sekaligus, tetapi satu anak belum tentu mampu merawat satu orang tua.” Sepertinya ungkapan tersebut sangat tepat menggambarkan kondisi saat ini, begitu banyak anak-anak yang tega menelantarkan orang tuanya dengan berbagai alasan.

Seperti dilansir dari tribunnews.com (9-9-2023), seorang ayah (70 tahun) dibuang dan ditelantarkan oleh anaknya. Sempat ditampung oleh Dinas Sosial Tangerang selatan (Tangsel) sebelum akhirnya diserahkan kembali kepada pihak keluarganya. Mirisnya, setelah dikembalikan ternyata malah ditelantarkan kembali oleh anaknya. Padahal sang anak diketahui tinggal di sebuah kompleks mewah di Bilangan Kota Tangerang. Apa sebenarnya yang membuat seorang anak mati rasa kemanusiaannya bahkan tega menelantarkan orang tuanya?

Dampak Sistem Kapitalisme

Adanya corak dari sebuah sistem yang diterapkan sebuah negara tentu akan sangat memengaruhi warna dari kehidupan masyarakatnya. Jika sumber sistem tersebut berasal dari sumber yang benar, maka sudah pasti akan memberikan kebaikan. Begitupun sebaliknya, jika bersumber dari sesuatu yang salah maka hasilnya adalah sebuah kerusakan. Sejatinya kebenaran hanya datang dari Allah Swt. Pencipta manusia Sang Pemilik kehidupan. Maka semestinya manusia hanya mengambil aturan dan hukum yang berasal dari penciptanya saja, bukan yang lain.

Dalam sistem demokrasi saat ini, banyak kita temukan fakta kerusakan yang makin parah. Seorang anak kehilangan rasa kemanusiaannya sehingga dengan teganya membuang dan menelantarkan orang tuanya. Tentu semua itu tidak terjadi begitu saja, pasti ada pemicunya. Hal tersebut terjadi karena buah dari penerapan sistem demokrasi kapitalisme hari ini. Contoh penyebab adanya kondisi ini adalah;
Pertama, iman yang kian rapuh. Iman kepada Allah Swt. sejatinya merupakan perkara yang paling penting dan mendasar dan akan menjadi sebuah acuan bagi seseorang dalam menjalankan kehidupan. Selain lemahnya iman, hal tersebut diperparah dengan kurangnya pemahaman tentang syariat Islam karena munculnya paham sekularisme di tengah-tengah masyarakat. Paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Maka wajar jika masyarakat sekarang ini tidak memiliki pemahaman terkait bagaimana cara memuliakan dan berbakti kepada orang tua sesuai tuntunan syariat.

Kedua, adalah faktor ekonomi. Hal ini menjadi sebuah dilema bagi seorang anak, antara bakti kepada orang tua di tengah-tengah kesulitan ekonomi. Faktor ekonomi ini memang sangat berpotensi menjadi pemicu penelantaran orang tua oleh sang anak. Kebutuhan yang banyak, rendahnya pendapatan di tengah kehidupan yang makin sulit cenderung menyulitkan seorang anak melakukan pemenuhan terhadap kebutuhan anggota keluarganya. Seperti sandang, papan, pangan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya, yang jelas-jelas semua kebutuhan tersebut menuntut untuk dipenuhi oleh kepala keluarga.

Dengan makin banyaknya tekanan hidup saat ini, terkadang hal itu menjadi sebuah pembenaran bagi anggota keluarga untuk mengalihkan perawatan dan pengurusan orang tua kepada panti sosial, seperti panti jompo. Tak cukup sampai di situ, dengan dalih terpaksa membiarkan mereka (orang tua) mengemis menyusuri jalan demi mendapatkan uang atau hanya sekadar recehan untuk menyambung kehidupannya.

Inilah fakta kerusakan yang ditimbulkan dari buah penerapan sistem kehidupan yang rusak. Hasil kerusakannya begitu nyata dan luar biasa. Tak henti-hentinya sistem kapitalisme memproduksi kemiskinan massal yang kian akut. Ini menjadi bukti kuat ketidakmampuan sistem tersebut dalam mengurus dan melayani rakyat. Terlebih berdasarkan pasal 49 (a) UU nomor 23 tahun 2004 terkait penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, bahwa sanksi bagi anak yang melakukan penelantaran terhadap orang tuanya yaitu pidana paling lama hanya tiga tahun kurungan penjara atau denda sekitar Rp15.000.000. Sungguh tidak sepadan dibandingkan dengan pengorbanan orang tua dalam mengurus dan mendidik anak-anaknya sedari kecil hingga dewasa. Sanksi tersebut terlalu ringan dan tidak menimbulkan efek jera bagi para pelakunya.

Islam Memuliakan Orang Tua

Sementara dalam sudut pandang Islam, menelantarkan orang tua termasuk perbuatan keji dan merupakan suatu kerugian besar bagi sang anak. Mengapa demikian? Karena berbakti dan merawat orang tua adalah salah satu amalan terbaik setelah keimanan. Perkara tersebut banyak disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadis. Berbuat baik dan berbakti kepada orang tua bisa menjadi jalan menuju surga. Hal ini banyak terdapat dalam hadis, salah satunya seperti diriwayatkan oleh An-Nasa’i dan Ath- Thabrani, ” Dari Muawiyah bin Jahimah as- Salami pernah datang menemui Rasulullah kemudian berkata: Wahai Nabi Allah, aku ingin pergi jihad, sungguh aku datang kepadamu untuk meminta pendapatmu. Kemudian Nabi bertanya, apakah engkau masih mempunyai ibu? Ia menjawab, ya, masih. Nabi berkata kembali, ‘ hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya, karena sesungguhnya surga itu berada dibawah kedua kakinya ‘.”

Kedudukan orang tua begitu tinggi dalam Islam, hal ini juga ditunjukkan dalam hadis lain, “Rida Allah tergantung kepada rida orang tua, murka Allah terletak pada murka orang tua.” (HR Al Hakim)

Banyaknya fenomena anak menelantarkan orang tua menunjukkan kurangnya pemahaman terkait agama. Karena hakikatnya, bakti terhadap orang tua telah diatur sedemikian rupa dalam Islam dan menempati posisi sangat penting. Setelah “laa tusyrik billah lalu birrul walidain”. Membuang dan menelantarkan orang tua merupakan sebuah kerugian yang sangat besar bagi sang anak, sebab anak telah dengan sengaja membuang dan menjauhkan dirinya dari jalan yang dapat mengantarkannya ke surga. Sejatinya tidak ada kesuksesan yang diraih seorang anak melainkan pasti ada andil orang tuanya. Maka dari itu, anak wajib berbakti dan berbuat baik terhadap ke dua orang tuanya.

Saat orang tua telah lanjut usia, anak harus tetap menjaga, melindungi, menyayangi, dan menunjukkan baktinya. Sang anak harus memperlakukan orang tuanya dengan baik seperti halnya ia ingin diperlakukan. Oleh karena sesungguhnya jasa orang tua kepada anak begitu besar, tidak dapat tergantikan dengan apa pun dan tidak dapat nilai dengan apa pun. Pengorbanan seorang ibu dari mengandung anaknya dalam keadaan lemah dan susah, mempertaruhkan nyawanya saat melahirkan lalu kemudian memelihara, menjaga, menyusui dengan penuh perjuangan juga rasa lelah siang dan malam. Semua itu sudah sepatutnya diganjar dengan rasa hormat dan jiwa bakti yang begitu besar oleh seorang anak. Seperti termaktub dalam QS Al Ahqaf ayat 15. “Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah pula…”
Wallahu a’lam [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *