Oleh: Hessy Elviyah, S.S.
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
Selayaknya, seorang muslim wajib meneladani sikap Rasulullah saw. tersebut, terlebih di tengah gempuran KDRT saat ini agar bisa menghindari drama rumah tangga. Selain itu, jiwa kepemimpinan Rasulullah yang bijaksana patut dijadikan teladan terbaik, khususnya bagi pemimpin negeri muslim saat ini.
CemerlangMedia.Com — 12 Rabiul Awal adalah hari kelahiran Rasulullah saw., manusia agung yang diutus Allah Swt. untuk menyampaikan kebenaran. Lantunan salawat berkumandang di mana-mana, menandakan umat muslim bahagia akan kehadirannya di muka bumi ini. Di dalam diri Rasulullah terdapat suri teladan untuk umat manusia.
Sayangnya, baru-baru ini keteladanan itu ternodai dengan ucapan salah seorang pimpinan organisasi masyarakat Islam yang menganjurkan para pemimpin bangsa untuk meneladani pimpinan Katolik Paus Fransiskus yang notabene adalah kafir. Menurutnya, kedatangan Paus ke Indonesia beberapa waktu lalu dengan menggunakan pesawat komersial dalam menempuh perjalanan jauh dan tidak menginap di hotel berbintang menjadi inspiratif bagi pemimpin bangsa tingkat nasional dan ranah global. Oknum tersebut mengagumi kesederhanaan Paus Fransiskus (Sinpo.id, 03-09-2024).
Sungguh miris pernyataan yang mendefinisikan kurangnya sosok teladan, sampai-sampai harus mengambil tokoh kafir sebagai inspiratif. Parahnya lagi, pernyataan tersebut datang dari pemimpin ormas Islam besar di negara ini.
Teladan Wajib Umat Islam
Rasulullah saw. adalah satu-satunya sosok yang layak, bahkan wajib dijadikan suri teladan bagi umat manusia, khususnya umat Islam. Hal tersebut Allah sebutkan dalam surah Al Ahzab,
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (TQS Al Ahzab: 21).
Oleh karena itu, sebagai seorang muslim wajib bagi kita menggali lebih jauh sikap Rasulullah untuk dijadikan sosok inspiratif. Momentum maulidurrasul ini adalah waktu yang tepat mendalami sirah Rasulullah secara detail untuk dijadikan referensi dalam beramal.
Cukup Rasulullah saw. saja yang menjadi sosok inspirasi bagi umat Islam, sosok yang jelas-jelas sempurna di sisi Allah Swt.. Tidak perlu mencontoh orang lain, terlebih orang yang tidak mengakui keesaan Allah dan tidak mempercayai Rasulullah Muhammad saw. sebagai Rasul dan nabiyullah.
Tidak logis rasanya jika mencontoh mereka yang mempunyai akidah berbeda dengan umat Islam. Sebab, tidak ada yang patut dibanggakan darinya. Pemilik kehidupan saja dinafikkan perintah-Nya. Jelas, kehidupan orang tersebut berantakan, sebab tidak kenal aturan yang benar. Jika seperti itu, apa yang patut diteladani?
Kesederhanaan saat berpergian jauh menggunakan pesawat komersial dan tidak menginap di hotel berbintang tidaklah seberapa dibanding Rasulullah saw. ataupun para sahabat Rasulullah dalam menjalani hidup demi menegakkan syariat Islam. Ratusan kilometer ditempuhnya dengan kendaraan dan bekal seadanya di bawah terik matahari melewati padang pasir tandus dan dalam ancaman keselamatan dari kafir Quraisy.
Sungguh, tidak pantas membandingkan sosok sempurna Rasulullah saw. dengan Paus Fransiskus. Namun, untuk mengingatkan keteladanan Rasulullah saw dan membungkam kaum munafik, mendeskripsikan karakteristik, sifat dan perjuangan Rasulullah saw. adalah hal yang layak disyiarkan.
Dengan demikian, pernyataan tokoh ormas Islam tersebut hanyalah mewakili sedikit umat Islam, yakni mereka yang jauh dari Islam. Hal ini adalah bukti nyata bahwa umat Islam terlampau jauh meninggalkan ajaran Islam sehingga mudah kagum dengan seseorang walaupun beda akidah.
Ini semua akibat paham sekularisme yang menjerat umat Islam saat ini. Agama dijauhkan sedemikian rupa dengan kehidupan. Pendidikan sebagai proses pembelajaran untuk mendidik dan memahamkan umat terhadap Islam, saat ini justru sebagai media menjauhkan Islam dari kehidupan.
Akibatnya, umat tidak paham dengan agamanya atau justru merasa aneh dengan ajaran agamanya. Sifat dan karakter Rasulullah sebagai teladan tidak dikenali. Jika demikian, tentunya umat tidak lagi memiliki sosok teladan yang sahih sehingga tersesat mencari sosok teladan yang salah.
Teladan Rasulullah saw.
Sebagai insan agung yang mulia, ada banyak hal yang bisa diteladani dari Muhammad Rasulullah saw., di antaranya, sebagai kepala keluarga. Rasulullah saw. senantiasa berbuat baik kepada para istrinya. Beliau memanggil istrinya dengan sebutan yang baik, misalnya kepada Sayyidah Aisyah, Rasulullah saw. memanggilnya Humaira artinya yang mempunyai pipi merona kemerah-merahan.
Begitupun terhadap putri-putrinya. Beliau senantiasa mencurahkan kasih sayang sebagai seorang bapak. Bahkan, Rasulullah saw. bersabda bahwa orang yang paling baik di antara manusia itu adalah mereka yang paling baik akhlaknya terhadap istrinya. Hadis tersebut diriwayatkan oleh At-Tirmidzi.
Dari hadis ini bisa dipelajari bahwa perlakuan seseorang, baik atau buruk, terlihat bagaimana ia memperlakukan istrinya. Banyak sirah yang menjelaskan kemesraan Rasulullah bersama para istrinya. Bagaimana beliau menghadapi konflik rumah tangga. Beliau juga mengajarkan bagaimana tahapan-tahapan menasihati istri ketika si istri tidak taat kepada Allah atau melakukan maksiat. Berdasarkan firman Allah,
“Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS An Nisa’: 34).
Namun, walaupun diperbolehkan memukul istri, tentu dengan syarat tidak sampai menyakiti, berbekas, dan tidak boleh di bagian wajah, Rasulullah saw. tidak pernah sekalipun melalukan kekerasan terhadap istrinya. Hal tersebut berdasarkan kesaksian istri beliau, Aisyah radiyallahu anha,
“Rasulullah saw. tidak pernah memukul seorang hamba atau seorang wanita, dan dia tidak pernah memukul apa pun dengan tangannya.” (HR Muslim).
Selayaknya, seorang muslim wajib meneladani sikap Rasulullah saw. tersebut, terlebih di tengah gempuran KDRT saat ini agar bisa menghindari drama rumah tangga. Selain itu, jiwa kepemimpinan Rasulullah yang bijaksana patut dijadikan teladan terbaik, khususnya bagi pemimpin negeri muslim saat ini.
Pada awal kepemimpinannya, saat membentuk daulah di Madinah yang berlangsung kurang lebih 10 tahun, Rasulullah saw. mampu membawa kaum muslimin ke era kejayaan. Beliau mampu menyatukan Bani Auf dan Khazraj yang telah puluhan tahun bermusuhan. Islam mampu berkembang pesat, khususnya di Jazirah Arab.
Andai saja para pemimpin negeri muslim mampu meneladani Rasulullah saw., tentu Islam memimpin peradaban dunia. Kesejahteraan akan dirasakan tidak hanya oleh manusia, tetapi seluruh alam semesta.
Sungguh, keadaan umat Islam yang jauh dari ajarannya menimbulkan krisis keteladanan. Kehadiran Rasulullah saw. sangat kita rindukan. Semoga kita termasuk umat yang dirindukan pula oleh Rasulullah saw.. Shallu ‘alan nabi. Allahumma shalli ala Muhammad. [CM/NA]