Oleh. Umi Fahri
CemerlangMedia.Com — Melahirkan buah hati seringkali dianggap momen yang membahagiakan sekaligus menggembirakan bagi seorang ibu. Akan tetapi tidak semua wanita mengalami perasaan yang sama bahkan sebagian mereka justru menghadapi beragam perubahan emosional rumit dan dapat mengganggu kesehatan mental serta fisiknya. Belum lagi kondisi tersebut bisa juga mengakibatkan depresi pasca melahirkan. Hal ini sering disebut sebagai baby blues yang memengaruhi kesehatan mental, perasaan, pikiran, juga perilaku sang ibu.
Gejala depresi pasca melahirkan, bervariasi dari gejala yang ringan sampai berat. Beberapa diantaranya perasaan sedih yang berkepanjangan, perasaan putus asa, rasa lelah berlebihan yang tak tertahankan, kehilangan minat kegembiraan dalam aktivitas sehari-hari, perubahan nafsu makan, kesulitan tidur. Selain itu, perempuan yang mengalami depresi pasca melahirkan juga mengalami perasaan bersalah berlebihan, keraguan diri, juga pikiran negatif tentang diri sendiri, dan kemampuannya sebagai ibu.
Penting bagi ibu yang mengalami depresi pasca melahirkan untuk mencari dukungan dan perhatian yang tepat. Mendiskusikan perasaan dan pengalaman mereka dengan orang-orang terdekat seperti pasangan, keluarga, atau teman-teman yang dapat memberikan pemahaman dan dukungan. Kemudian bisa juga mencari bantuan profesional kesehatan mental seperti halnya psikolog atau psikiater merupakan langkah penting dalam mengatasi depresi tersebut.
Hingga kini penyebab baby blues sendiri belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, ada beberapa kondisi yang memicu terjadinya hal tersebut, diantaranya:
Pertama, sulit beradaptasi.
Hal ini dapat terjadi pada saat kehidupan sebelum dan sesudah menjadi ibu dengan tanggung jawab besar yang harus diemban. Mereka merasa kelelahan mengurus buah hati sendirian, belum lagi hal itu merupakan pengalaman baru.
Kedua, perubahan hormon.
Ibu akan mengalami ini, dikarenakan kadar hormon yang cukup tinggi setelah melahirkan. Selama fase ini kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh menurun drastis sehingga memicu perubahan suasana hati serta perasaan lelah dan tertekan.
Ketiga, kurang istirahat.
Siklus tidur bayi yang tidak teratur seringkali menyebabkan ibu terbangun di malam hari. Hal ini secara langsung akan mengurangi waktu istirahat sehingga menimbulkan kelelahan yang memicu pada gejala baby blues.
Keempat, memiliki riwayat gangguan mental.
Wanita dengan riwayat ini lebih berisiko mengalami baby blues syndrome. Terutama ibu yang memiliki riwayat gangguan kesehatan seperti depresi, gangguan kecemasan atau bipolar.
Kondisi di atas tentunya mempunyai sebab, mengapa semua itu dapat terjadi. Apa yang memengaruhi dan harus bagaimana solusinya? Faktor utamanya adalah sistem saat ini yang berpengaruh besar pada kehidupan manusia. Pemerintah yang seharusnya berperan penting, bertanggung jawab, juga mencarikan penanganan tepat. Sementara sistem yang ada saat ini belum menemukan solusi tuntas dalam mencetak kaum perempuan menjadi ibu tangguh dan mandiri.
Kehidupan di sistem sekuler kapitalisme telah merenggut kesehatan mental para calon ibu. Banyak di antara mereka mengalami gangguan tersebut karena nilai-nilai sekularisme liberal menjadi kiblat gaya hidupnya. Akibatnya, dengan mudah mengalami stres hingga depresi dalam setiap masalah yang menghampiri bahkan bunuh diri dianggap solusi tepat.
Baby blues syndrome dapat dicegah sejak dini dengan menyiapkan sistem pendidikan dan supporting system, yaitu negara sebagai pembuat kebijakan. Kurikulum Islam sangat komprehensif dan sesuai fitrah manusia sehingga mampu menyiapkan setiap individu mengemban peran mulia sebagai orang tua, juga menjadikannya madrasah pertama bagi anak-anaknya kelak.
Negara harus menjamin pendidikan dan kesehatan dapat diakses serta dinikmati masyarakat secara gratis. Tidak itu saja, pemerintah harus mengontrol dan mengawasi media agar tidak tersebar tayangan, berita, dan konten berbau kekerasan, eksploitasi seksual, pornografi, yang dapat merusak kepribadian generasi sebagai calon ibu.
Inilah sistem Islam yang menerapkan peraturan Allah Swt., menciptakan kehidupan masyarakat yang bersih dari kemaksiatan sehingga terwujud umat yang terbiasa beramar makruf nahi mungkar. Penerapan sistem sosial dalam pergaulan Islam berjalan secara holistik. Kemaksiatan dan kriminalitas akan menurun seiring dengan mewujudkan rakyat bertakwa berada dalam suasana iman yang kukuh.
Dengan kepemimpinan Islam diterapkan secara menyeluruh ke penjuru dunia, maka dapat melahirkan tokoh-tokoh perempuan sebagai ibu tangguh, muslimah cerdas, dan mencetak generasi cemerlang. Sebagai umat Islam, masihkah kita ragu untuk mengadopsinya?
Wallahu a’lam bisshawab [CM/NA]