Menyambut Ramadan: Gaza Masih Terjajah

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Penulis: Musdalifah
Aktivis Muslimah

Dengan hadirnya seorang pemimpin yang menerapkan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan, sekat bangsa akan terputus, persatuan kaum muslim akan terjalin. Kaum muslim di berbagai negara, termasuk Palestina tidak akan lagi merasakan duka pada bulan suci Ramadan.

CemerlangMedia.Com — Datangnya Ramadan disambut dengan penuh sukacita oleh seluruh umat muslim, tidak terkecuali muslim di Jalur Gaza Palestina. Sayangnya, di tengah perjanjian gencatan senjata, kaum Zionis justru melakukan pengkhianatan dengan penyerangan ke Jalur Gaza.

Dilansir dari cnbc.indonesia, ketika Hamas melepaskan 6 sandera, kaum Zi*nis laknatullah justru melakukan pengkhianatan dan pelangggaran. Sebelumnya, Zi*nis Yahudi sudah berjanji akan membebaskan 600 tahanan Palestina, tetapi tidak ditepati. Kejadian ini sudah berulang kali terjadi, tabiat Zi*nis memang sulit dipercayai (23-2-2025).

Pahlawan Kesiangan?

Presiden AS Donald Trump ingin mengambil alih Jalur Gaza dengan memindahkan 2.4 juta penduduk Gaza ke negara tetangga, di antaranya adalah Mesir dan Yordania. Hal ini memicu kemarahan global sehingga negara-negara Arab, seperti Arab Saudi, Mesir, Yordania, Qatar, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Bahrain melakukan pertemuan untuk menentang rencana tersebut (internasional.sindonews.com, 23-01-2025).

Bak pahlawan kesiangan, negara-negara Arab tampil untuk memperbaiki Jalur Gaza tanpa memindahkan penduduknya. Arab menolak usulan AS memindahkan penduduk Gaza dan menyatakan dukungan untuk membangun kembali jalur Gaza yang juga diinisiasi oleh Mesir. Pembangunan kembali Gaza diperkirakan memakan waktu 3—5 tahun dengan biaya US$53 miliar atau Rp856 triliun. Rencana tersebut seolah menunjukkan keberpihakan kepada masyarakat Palestina (Liputan6.com, 06-03-2025).

Sementara selama ini, ketika Zi*nis Yahudi meluluhlantakkan Gaza, negara-negara Arab, seperti Mesir hanya beretorika, bahkan membangun pagar yang tinggi di perbatasan negaranya. Solusinya pun tidak jauh berbeda dengaan AS, yaitu solusi dua negara, kecaman, kutukan, dan bantuan makanan serta obat-obatan. Bahkan, ada yang mengirimkan bantuan berupa kain kafan. Bagaimana mungkin muslim membiarkan tetangganya mati dengan sia-sia?

Sejak dahulu, AS dan sekutunya, Zi*nis Yahudi memang menginginkan Palestina secara utuh. Terobosan Trump untuk merelokasi penduduk Gaza dengan dalih pembangunan hanyalah kamuflase AS. Sejatinya, mereka ingin mengusir muslim Gaza secara permanen dan menguasai Palestina secara menyeluruh. Sama halnya dengan solusi dua negara, hanyalah akal-akalan AS untuk membentuk pemerintahan boneka di bawah kekuasaannya. AS akan terus berdiri untuk kepentingannya sendiri dan kolega abadinya, yakni Zi*nis Yahudi dan Konflik Timur Tengah, terutama Palestina sangat penting bagi AS.

Umat Muslim Harus Bersatu

Persatuan kaum muslim harus diwujudkan. Persatuan tidak akan terjadi jika nation state masih membagi tubuh kaum muslim menjadi puluhan negara. Sementara dukungan Liga Arab bagaikan lip service semata.

Kepentingan politik dan kerja sama dengan Zi*nis Yahudi dan AS membuat mereka tidak bisa berbuat lebih berani. Sebuah pengkhianatan yang nyata terhadap muslim Palestina ketika mereka mendukung kemenangan Palestina, tetapi di sisi lain menjabat tangan pembantai muslim Palestina.

Sudah saatnya umat muslim memiliki kesadaran politik bahwa nasib Islam dan muslim tidak akan mulia dengan ikatan kebangsaan. Kemuliaan dan kehormatan kaum muslim hanya akan terwujud jika memiliki pemersatu yang menjadi perisai dan pelindungnya.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya imam (khalifah) adalah perisai….” (HR Muslim).

Imam an-Nawawi menjelaskan kalimat ”Sesungguhnya imam (khalifah) adalah perisai” bagaikan pelindung yang mencegah musuh dari menyakiti kaum muslim, juga mencegah sebagian orang dari (kejahatan) sebagian yang lain, memelihara kemuliaan Islam, orang-orang berlindung kepada dirinya (khalifah) dan gentar terhadap kekuasaannya (An-Nawawi, Al-Minhâj Syarh Shahîh Muslim ibn al-Hajjâj, 6/315, Maktabah Syamilah).

Dengan hadirnya imam, sekat bangsa akan terputus, persatuan kaum muslim akan terjalin. Kaum muslim di berbagai negara, termasuk Palestina tidak akan lagi merasakan duka pada bulan suci Ramadan. Tentu ini menjadi kabar gembira yang disambut penuh sukacita oleh seluruh kaum muslim. Ramadan akan menjadi bulan yang bahagia, khusyuk beribadah, dan berkah bagi semua.

Khatimah

Dalam kitabnya, Syekh Taqiyddin An-Nabhani memaparkan dengan detail bahwa kawasan Timur Tengah dapat dianggap tempat titik tolak yang alamiah untuk dakwah Islam ke seluruh dunia. Oleh karena itu, tidak aneh bahwa AS menjadikan Islam sebagai musuh utama satu-satunya setelah runtuhnya sosialisme.

AS menggunakan slogan-slogan terorisme, ekstremitas agama, dan fundamentalisme agama sebagai kedok untuk menyerang Islam dan kaum muslim di kawasan ini. AS berusaha dengan segala kekuatan yang dimilikinya untuk menjauhkan gerakan-gerakan Islam politis dari kekuasaan. Hal itu dilakukan melalui cara kekerasan, kebrutalan, penyiksaan, dan pembungkaman yang dijalankan oleh rezim.

Wallahu a’lam. [CM/Na]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : [email protected]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *