Oleh: Hessy Elviyah, S.S.
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
Jika kasih sayang itu dilakukan karena Allah Swt., langkah terbaiknya adalah mengajak orang kafir tersebut kepada Islam, sebab hanya Islam-lah yang mendapatkan rida Allah Swt..
CemerlangMedia.Com — Euforia menyambut kedatangan Paus Fransiskus di Jakarta mewarnai lini pemberitaan media nasional. Mulai dari pejabat negeri hingga rakyat biasa begitu antusias menyambut kedatangannya.
Foto-foto penyambutannya tersebar luas. Beberapa momen istimewa yang berhasil diabadikan dalam photo yang tersebar di media, di antaranya photo cium tangan oleh sejumlah orang, cium kening oleh imam Masjid Istiqlal hingga keputusan pejabat negeri yang merubah azan dikumandangkan di stasiun televisi menjadi running teks.
Selain itu, tabuhan rebana menyambut kedatangan Paus Fransiskus dalam kunjungannya ke Masjid Istiqlal. Lebih jauh, Nasaruddin Umar selaku Imam Besar Masjid Istiqlal mengatakan sangat bersuka cita karena menyambut Paus Fransiskus di Masjid Istiqlal. Ia juga mengantar Paus mengunjungi terowongan yang menghubungkan Masjid Istiqlal ke Gereja Katedral Jakarta.
Paus Fransiskus mengharap terowongan tersebut sebagai pemersatu kehidupan beragama di Indonesia. Di samping itu, Nasaruddin Umar mengatakan, kedatangan Paus Fransiskus sebagai simbol kehidupan bertoleransi antar umat beragama (detikNews.com, 05-09-2024).
Dengan penyambutan yang istimewa ini, Paus Fransiskus menyampaikan terima kasih kepada Indonesia yang telah menyambutnya dengan luar biasa. Pimpinan Gereja dunia sekaligus kepala Vatikan tersebut menyampaikan ucapan terima kasihnya melalui akun X-nya pada (06-09-2024) dalam bahasa Indonesia.
Penyambutan Berlebihan
Media nasional terlalu berlebihan memberitakan kedatangan Paus Fransiskus. Hal ini terlihat dari salah satunya dengan framing kesederhanaan yang ada pada kepala Vatikan tersebut. Di samping itu, misa bersama Paus Fransiskus mengalahkan azan. Ya, media lebih memprioritaskan misa untuk disiarkan langsung di negeri mayoritas Islam ini.
Hal ini berarti, media melakukan syiar agama Khatolik di tengah mayoritas kaum muslimin yang ada di Indonesia. Belum lagi, penghormatan setinggi langit yang ditujukan kepada Paus Fransiskus sebagai pimpinan Gereja dunia tersebut.
Perlakuan berbeda oleh media ketika mem-framing pimpinan umat Islam, yakni khalifah. Jangankan untuk menyambut kedatangannya, menyerukan adanya pimpinan umat Islam sedunia aja —karena memang saat ini belum ada— media mainstream mem-framing sebagai sebuah tindakan radikalisme ataupun terorisme.
Kontan saja, framing jahat media mainstream ini membuat sebagian umat Islam takut untuk sekadar memimpikan keberadaan pimpinan tertinggi umat Islam. Sebab, merupakan ancaman bagi mereka jika menyuarakannya, padahal keadaan kaum muslimin di seluruh dunia terombang-ambing bagai anak ayam kehilangan induk.
Lebih jauh, pemimpin negeri ini pun tidak kalah berlebihan menyambut kedatangan Paus Fransiskus. Dari tayangan video dan photo yang beredar menggambarkan, seolah para pemimpin negeri muslim adalah pelayan yang sedang melayani tuannya.
Sikap tersebut menunjukkan infeoritas pemimpin negeri ini terhadap Paus Fransiskus. Hal tersebut seolah merendahkan diri di hadapan Paus. Belum lagi, mereka memuji-muji dan memosisikan Paus sebagai teladan hidupnya. Memalukan!
Tidak sampai di situ, lantunan ayat suci Al-Qur’an dan Injil menyambut kedatangan kepala Vatikan itu di Masjid Istiqlal. Masjid suci umat Islam tercemari kitab suci agama lain. Hal tersebut mereka lakukan atas nama toleransi.
Beginilah kondisi umat Islam saat ini. Di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam harus tersisih atas nama toleransi, sedangkan di negara yang minoritas jumlahnya, harus tahu diri dan mengalah.
Sekularisme sebagai anak sistem kapitalisme ini telah membuat umat Islam terpuruk. Walaupun di negeri yang mayoritasnya muslim dan penguasa negeri ini pun muslim, tetapi tidak pernah membela hak-hak kaum muslim. Malah mereka sering kali menampakkan keberpihakannya terhadap non muslim. Sementara saat ini, duduknya mereka di atas kursi jabatan adalah atas suara umat Islam yang mayoritas itu. Miris!
Toleransi dalam Islam
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia kental dengan pemikiran toleransi ala Barat dan moderasi beragama. Paham inilah yang dijejeli kepada umat Islam saat ini, kemudian mengakibatkan tergerusnya akidah umat Islam.
Toleransi sendiri tidak asing dalam Islam dan sudah Allah jelaskan dalam surah Al-Kafirun.
“لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِين”
Artinya: “Untukmu agamamu dan untukku agamaku.” (TQS Al-Kafirun [109]: 6).
Toleransi dalam Islam sebatas menghargai, menghormati, dan membiarkan umat agama lain beribadah menurut agamanya. Bukan mencampuri ibadahnya, apalagi menyatukan ajaran agama mereka dengan Islam.
Demikian pula, sikap kepala negara ketika dikunjungi kepala negara lain haruslah sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.. Rasul menerima utusan tersebut dengan menggunakan jubah kebesaran untuk menunjukkan keagungan Islam. Sikap yang ditunjukkan Rasulullah saw. tersebut menampakkan bahwa Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya.
Memang benar bahwa Rasulullah saw. memperlakukan para tamu tersebut dengan sopan, tetapi tidak pula berlebihan sehingga menjadi toleransi yang kebablasan. Ironisnya, toleransi yang kebablasan ini dianggap sebagai bentuk kasih sayang terhadap sesama manusia, padahal sejatinya, toleransi ala Barat merupakan perilaku tidak beriman kepada Allah Swt. karena berkasih sayang dengan orang kafir penantang Allah Swt. dan Rasul-Nya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt. dalam surah Al Mujadalah,
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (TQS Al Mujadalah: 22).
Dengan demikian, umat Islam haruslah menyadari bahwa saat ini posisinya sedang terjajah secara pemikiran oleh orang kafir. Sesungguhnya orang kafir tidak akan rida hingga kaum muslimin mengikuti millah atau ideologi mereka.
Jika kasih sayang itu dilakukan karena Allah Swt., langkah terbaiknya adalah mengajak orang kafir tersebut kepada Islam, sebab hanya Islam-lah yang mendapatkan rida Allah Swt.. Apabila mereka mengagung-agungkan umat agama lain, maka umat tersebut makin bangga atas keyakinannya sehingga makin jauh dengan jalan yang lurus, yakni Islam. Wallahu a’lam. [CM/NA]