Pel3cehan S3ksual di Sarana Pendidikan, Mengapa Masih Terus Berulang?

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Penulis: Sari Ramadani, S.Pd.
Aktivis Muslimah

Pel3cehan s3ksual di dunia pendidikan bukan sekadar kesalahan individu, tetapi merupakan kegagalan sistem sekuler dalam membangun moralitas yang kuat. Media liberal, lemahnya sanksi hukum, serta tidak adanya pengawasan ketat di lingkungan pendidikan makin memperburuk kondisi ini. Untuk itulah, Islam menawarkan solusi yang komprehensif dengan pendidikan berbasis ketakwaan, aturan pergaulan yang menjaga kehormatan, serta sanksi yang tegas bagi pelaku.

CemerlangMedia.Com — Kasus pel3cehan s3ksual di dunia pendidikan kembali mencuat, menambah daftar panjang kejahatan yang seharusnya tidak terjadi di lingkungan belajar. Dari sekolah dasar hingga tingkat menengah, siswa yang seharusnya merasa aman, justru menjadi korban dari orang yang memiliki kewajiban untuk mendidik dan melindungi mereka.

Berulangnya fenomena ini menandakan bahwa persoalan tersebut bukan sekadar kesalahan individu, tetapi ada akar masalah yang lebih dalam. Jika lembaga pendidikan yang seharusnya menjadi tempat membentuk karakter generasi bangsa justru menjadi lokasi kejahatan, maka perlu dipertanyakan, apakah sistem yang diterapkan saat ini benar-benar efektif dalam mencegah pel3cehan s3ksual di sekolah?

Kegagalan Sistem Sekuler

Kasus terbaru menjadi bukti nyata bahwa pel3cehan s3ksual di dunia pendidikan masih sangat marak, meski hukum telah ditegakkan. Kasus ini memperlihatkan bahwa pel3cehan s3ksual di sekolah bukan hanya kasus individu, melainkan fenomena gunung es yang mencerminkan kelemahan sistem perlindungan di dunia pendidikan. Masih banyak kasus serupa yang mungkin tidak terungkap karena korban takut melapor atau tidak mendapat dukungan yang cukup.

Rentetan kasus ini menunjukkan bahwa pel3cehan s3ksual di lingkungan pendidikan yang terus berulang bukan sekadar ulah oknum, tetapi akibat kegagalan sistemik dalam mencegah dan menindak pelaku secara efektif. Sistem pendidikan yang berbasis sekularisme telah menciptakan ruang bahwa aspek moral dan spiritual tidak menjadi prioritas utama dalam pembentukan karakter individu.

Sekularisme menempatkan agama dan nilai-nilai ketakwaan sebagai urusan pribadi, bukan sebagai bagian integral dalam pendidikan. Akibatnya, moralitas peserta didik maupun tenaga pengajar tidak dikawal dengan baik. Guru yang seharusnya menjadi panutan dalam membentuk generasi berakhlak mulia justru ada yang melakukan tindakan tidak sen0n0h. Lingkungan sosial yang permisif, tayangan media yang sarat nilai liberal, serta lemahnya sanksi hukum makin memperparah situasi ini.

Selain itu, media juga memainkan peran besar dalam membentuk cara pandang masyarakat terhadap pel3cehan s3ksual. Tayangan yang mengeksploitasi tubuh perempuan, budaya hedonisme, serta normalisasi pergaulan bebas makin menumpulkan sensitivitas terhadap kejahatan s3ksual. Tidak jarang, korban justru disalahkan atas kejadian yang menimpa mereka, sementara pelaku mendapatkan perlakuan ringan atau hukuman yang tidak sebanding dengan dampak yang ditimbulkan.

Solusi Islam

Islam sebagai sistem kehidupan memiliki mekanisme yang jelas dalam mencegah dan menangani pel3cehan s3ksual. Ada tiga aspek utama yang menjadi solusi konkret dalam Islam:

Pertama, pendidikan berbasis ketakwaan. Dalam Islam, pendidikan tidak hanya berorientasi pada kecerdasan akademik, tetapi juga membentuk kepribadian yang kuat berdasarkan nilai-nilai ketakwaan. Guru dalam sistem pendidikan Islam tidak hanya dituntut untuk cakap dalam mengajar, tetapi juga memiliki akhlak yang baik sebagai suri teladan bagi murid-muridnya. Dengan sistem pendidikan yang menanamkan ketakwaan sejak dini, maka akan tercipta individu yang memiliki kontrol diri dan menjunjung tinggi kehormatan.

Kedua, aturan pergaulan yang menjaga kehormatan. Islam menetapkan aturan pergaulan yang jelas untuk menjaga kehormatan setiap individu. Guru laki-laki tidak boleh berduaan dengan siswi tanpa mahram, begitu pula sebaliknya. Pakaian yang menutup aurat dengan baik juga dianjurkan untuk menjaga kehormatan. Selain itu, Islam mengajarkan konsep amar makruf nahi mungkar sehingga setiap individu dalam masyarakat memiliki tanggung jawab untuk mencegah dan melaporkan perilaku menyimpang. Dengan adanya kontrol sosial ini, peluang terjadinya pel3cehan s3ksual dapat diminimalkan.

Ketiga, sanksi yang tegas dan memberikan efek jera. Dalam sistem hukum Islam, kejahatan s3ksual termasuk dalam kategori pelanggaran berat yang mendapatkan hukuman tegas. Hukuman bisa berupa cambuk, pengasingan, atau bahkan hukuman mati, tergantung pada tingkat kejahatan yang dilakukan. Islam menetapkan sanksi yang tegas bukan untuk menghukum semata, tetapi untuk memberikan efek jera dan menjaga keamanan masyarakat.

Untuk itulah, Islam menawarkan solusi yang komprehensif dengan pendidikan berbasis ketakwaan, aturan pergaulan yang menjaga kehormatan, serta sanksi yang tegas bagi pelaku. Oleh karena itu, sudah saatnya umat mempertimbangkan sistem yang lebih adil dan mampu melindungi generasi masa depan dari kejahatan s3ksual yang mengancam di lingkungan pendidikan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اَفَحُكْمَ الْجَـاهِلِيَّةِ يَـبْغُوْنَ ۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّـقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ

“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?” (QS Al-Ma’idah 5: 50).

Wallahu a’lam bissawab. [CM/Na]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *