Oleh: Siti Nurmaliah
CemerlangMedia.Com — Setelah konflik P4l3stin4-Zionis kembali meletus sejak (7-10-2023), berbagai aksi solidaritas untuk membela kaum muslimin di P4l3stin4 digelar di beberapa daerah di Indonesia dan berbagai negara. Di Indonesia, sekitar dua juta masyarakat berkumpul di lapangan Monumen Nasional (Monas) pada Ahad (5-11-2023). Aksi ini dihadiri oleh seluruh elemen bangsa Indonesia lintas agama, kelompok, dan partai politik.
Di Inggris, digelar aksi damai untuk membela P4l3stin4, tepatnya di Oxford Circus dan Piccadilly Circus. Begitu pula riuhnya semangat aksi di pusat Kota Paris, Washington DC, dan pusat kota lainnya.
Masyarakat yang turut serta dalam aksi membawa poster, slogan, atau spanduk untuk menyerukan gencatan senjata. Tidak hanya aksi bela P4l3stin4 secara langsung, dukungan untuk P4l3stin4 juga banyak ditemui di media sosial. Seruan untuk gencatan senjata dan boikot produk Zionis atau brand-brand pendukung Zionis Yahudi pun kian masif.
Jika dilihat dari animo masyarakat dunia yang membela P4l3stin4, gelombang aksi dan menjamurnya konten tentang pembelaan P4l3stin4 didominasi generasi muda. Banyak siswa, mahasiswa, atau pemuda dari kelompok muda menginisiasi aksi, menuntut pembebasan P4l3stin4.
Memang sudah seharusnya semua elemen masyarakat, terutama generasi mudanya, peduli sekaligus menuntut pembebasan P4l3stin4. Apalagi, peran dan suara generasi muda cenderung lebih lantang dan menjadi penyambung lidah aspirasi masyarakat dengan penguasa negeri mereka. Ketika pemuda dan seluruh masyarakat menyerukan penguasa untuk mengerahkan pasukan militernya membela muslim P4l3stin4, Zionis Yahudi dipastikan akan takluk karena kekuatan besar kaum muslimin.
Akar Masalah Permasalahan Zionis-P4l3stin4
Ketika memandang konflik P4l3stin4 dan Zionis, banyak kaum muslim atau masyarakat secara umum, termasuk para pemudanya, hanya melihat permasalahan ini sejak meletusnya “serangan” Hamas di (7-10-2023) lalu. Padahal, jika kita tarik garis waktu untuk mengetahui akar konflik permasalahan ini, konfliknya sudah dimulai sejak lama. Bukan sejak berdirinya negara Yahudi di tanah P4l3stin4 pada 14 Mei 1948. Bukan juga sejak Daulah Islam runtuh, tetapi sejak kelemahan menggerogoti tubuh Daulah Islam sehingga banyak terjadi kontrak politik yang melemahkan wilayah P4l3stin4.
Sejak Daulah Islam mulai runtuh, Zionis Yahudi mulai menguasai tanah P4l3stin4 yang mereka labeli sebagai Tanah Terjanji. Dengan mengetahui fakta sejarah ini, masyarakat seharusnya bisa menyadari bahwa meletusnya serangan 7 Oktober 2023 lalu bukanlah serangan membabi-buta Hamas terhadap Zionis, tetapi salah satu bentuk upaya mempertahankan tanah Palestina dan bentuk perlawanan untuk mengusir Zionis Yahudi yang kian mencaplok wilayah P4l3stin4 yang merupakan wilayah suci bagi kaum muslimin. Dengan memandang P4l3stin4 sebagai tanah suci kaum muslim, juga wilayah yang merupakan tanah kharajiyah yang wajib dijaga, propaganda bahwa Hamas atau masyarakat P4l3stin4 yang tetap bersikukuh tinggal di sana sebagai teroris dapat ditepis.
Apalagi, jika dilihat bagaimana Zionis Yahudi melancarkan serangan membabi buta, bukan hanya kepada militer Hamas di wilayah Gaza, tetapi juga warga sipil, termasuk di dalamnya anak-anak, perempuan, dan jurnalis yang seharusnya tidak dilibatkan. Mereka juga membombardir rumah sakit, universitas, serta toko dan pusat perbelanjaan yang merupakan fasilitas umum untuk memenuhi kebutuhan dasar kaum muslim hingga ke wilayah di Tepi Barat sehingga memakan korban lebih dari 10 ribu jiwa.
Maka, seharusnya julukan teroris sangat cocok dilekatkan pada mereka. Hanya saja, karena mereka didukung oleh Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya, sangat mudah bagi mereka membuat framing dengan menampilkan Islam sebagai teroris.
Hal ini sangat berbeda dengan keadaan P4l3stin4 yang hingga saat ini belum juga mendapat bantuan militer. Sejak dahulu, P4l3stin4 belum mampu berdiri untuk menghadapi serangan Yahudi dan antek-anteknya karena tidak ada bantuan militer dari kaum muslimin. Sampai saat ini, pemimpin-pemimpin kaum muslimin hanya bisa sebatas mengecam serangan Zionis Yahudi.
Dengan demikian, pertaruhan antara Zionis- P4l3stin4, atau bahkan Zionis-Hamas ini tentu tidak seimbang. Sudah seharusnya pasukan militer kaum muslimin berada bersama P4l3stin4, di mana pun mereka berada, tanpa memandang sekat wilayah, kontrak politik, atau menutup diri dengan alasan “akan fokus memperbaiki masalah di negeri sendiri terlebih dahulu”.
Perundingan Tidak Menyelesaikan Masalah
Penjajahan Zionis Yahudi akan sulit, bahkan mustahil diselesaikan dengan perjanjian damai. Hal ini dibuktikan dengan jelas dan nyata bahwa Perdana Menteri Isr43l Netanyahu menolak gencatan senjata.
Selain itu, berbagai perundingan yang sudah pernah digelar dengan media PBB pun tidak membuahkan hasil. Negara-negara Barat yang memiliki kepentingan, justru men-support dan mendanai kebutuhan militer Zionis, salah satunya Amerika Serikat. Draft perdamaian yang diusulkan untuk kedua negara ini berujung buntu karena tidak menenuhi suara mayoritas dewan keamanan PBB yang memang tidak berpihak kepada kaum muslimin.
Tanah P4l3stin4 terus dicaplok dan dijajah oleh kaum Zionis sehingga makin sempit. Bahkan karena konflik di tahun ini, warga P4l3stin4 harus menghadapi Nakba kedua bagi mereka.
Berbagai kecaman dari negeri-negeri muslim juga tidak pernah digubris oleh Zionis Yahudi atau PBB. Negara-negara yang berbatasan langsung dengan Palestina pun tidak berdaya dan seolah menutup mata. Bahkan, bantuan kemanusiaan dari seluruh dunia pun masih tertahan. Seharusnya, hal ini membuka mata umat muslim di seluruh dunia, termasuk penguasanya, bahwa penyelesaian masalah Palestina adalah mengusir Zionis Yahudi dari Palestina sehingga tanah Palstina kembali kepada kaum musliminin. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan kekuatan militer yang berada dalam komando satu kepemimpinan.
Kuat dalam Persatuan Umat
Sesungguhnya, kaum muslimin memiliki kekuatan yang luar biasa. Akan tetapi, kekuatan ini hanya bisa terpancar jika kaum muslimin berada dalam satu kepemimpinan. Hal inilah yang dulu terjadi di masa kepemimpinan Islam. Dengan berada dalam kepemimpinan yang satu, semangat jihad, dan kokohnya aqidah Islam, tidak ada umat mana pun yang tertindas. Kekuatan militer kaum muslimin akan mampu menggentarkan musuh-musuh Islam, seperti Yahudi Zionis, Amerika, dan negara Barat lainnya.
Sudah saatnya para pemuda bangkit dan bergerak. Jika saat ini jihad fisik belum mampu kita lakukan, maka kita terus bisa memperluas pemahaman keislaman kita. Terus lakukan jihad ilmu agar kita paham solusi hakiki pembebasan Palestina dan semangat menyebarkan pemahaman tersebut ke tengah-tengah umat. Ketika waktunya sudah tiba, atas izin Allah, maka para pemuda dan seluruh kaum muslimin sudah siap untuk jihad militer demi membebaskan Palestina dan negeri-negeri Islam terjajah lainnya. Semuanya bisa dilakukan hanya dalam institusi Khilafah Islamiyah. Wallahu a’lam bishawab. [CM/NA]