Peringatan Hari Guru di Tengah Problematika Guru

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Zakiah Ummu Faaza

Negara Islam akan memastikan semua pihak yang terkait dengan pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan negara senantiasa bersinergi dengan baik. Tiga pilar ini, menjalankan tugas masing-masing dengan baik sesuai harapan Islam. Negara mendukung peran guru bukan hanya pada bidang ekonomi saja, tetapi juga penerapan semua aspek kehidupan.

CemerlangMedia.Com — Guru merupakan sosok utama dalam dunia pendidikan. Ia membimbing dengan penuh keikhlasan dan ketulusan. Tanpa guru, kita buta dan tidak mengetahui apa-apa.

Pada setiap tahunnya Hari Guru selalu diperingati untuk mengapresiasi peranannya. Namun, di tengah peringatan Hari Guru, ternyata masih banyak problematika guru yang belum diatasi.

Dilansir dari liputan6.com, 25 November diperingati Hari Guru Nasional yang merupakan salah satu perayaan setiap tahunnya. Peringatan ini sangatlah penting di masyarakat, terutama negara agar memperhatikan peran penting guru (25-11-2024).

Peran guru sangatlah penting bagi dunia pendidikan karena guru adalah sosok yang utama untuk banyak orang dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Mereka adalah pahlawan yang rela memberikan tenaganya tanpa pamrih untuk membentuk karakter, mentransfer ilmu pengetahuan, hingga memastikan tercapainya tujuan dan cita-cita anak didiknya.

Peranan guru memiliki posisi penting dalam sistem pendidikan. Namun, begitu banyak persoalan yang terjadi pada guru, mulai dari gaji tidak layak, jaminan keamanan, dan lain sebagainya. Guru hanya dianggap sebagai pekerja. Bahkan, maraknya kriminalisasi guru menunjukkan bahwa guru tidak memiliki jaminan perlindungan.

Di sisi lain, guru hari ini juga banyak melakukan perbuatan yang berlawanan terhadap profesinya. Mirisnya, sebagian guru menjadi pelaku kekerasan fisik, judol, bullying, dan lain sebagainya.

Faktor Penyebabnya

Sistem kapitalisme yang diterapkan di negeri ini merupakan penyebab sosok guru tidak berperan semestinya dan menjadi korban sistem rusak. Pada sistem ini, standar keberhasilan dan kesuksesan pendidikan hanyalah mengejar nilai semata dengan mengabaikan nilai adab dan kepribadiannya. Oleh karenanya, sering kali ditemui guru yang memberikan penilaian terhadap murid tidak sesuai dengan kenyataan.

Di satu sisi, pengetahuan umum murid itu tinggi dan nilainya memuaskan٫ tetapi di sisi yang lain mereka minim adab. Kondisi ini tentu akan berpengaruh pada pelaksanaan tugas seorang pendidik generasi karena senantiasa bertentangan dengan hasil yang diharapkan. Tentunya ini akibat dari kurikulum sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan yang diterapkan dalam dunia pendidikan.

Sistem kapitalisme mengikis peran sejati guru. Guru yang seharusnya diposisikan sebagai pendidik berubah menjadi pekerja. Upahnya pun akan didapatkan dengan nominal tertentu jika mencapai target jam mengajar, padahal pendidikan akan berhasil jika memiliki guru yang berdedikasi tinggi, bukan sekadar sebagai profesi.

Pada akhirnya, tolok ukur pendidikan mengarah pada kapitalisasi yang tujuannya hanya keuntungan dan materi. Begitupun murid, sekolah hanya untuk bekal mencari uang dan guru mengajar juga untuk mencari uang. Alhasil, output pendidikan hanya berorientasi menjadi pekerja dan mendapatkan uang.

Dengan kondisi ini, para guru terjebak menjadi produk kapitalistik dan generasi yang akan menjadi buruhnya. Pendidikan hanya sebatas untuk mencari uang, bukan menjadi seorang ilmuwan. Oleh karena itu, umat harus meninggalkan asas sekularisme yang rusak dan menggantinya dengan asas pendidikan yang sahih sehingga Hari Guru bukan sekadar peringatan semata, tetapi terwujud dalam realita.

Solusinya Hanya Islam

Islam menghormati ilmu dan pengajarnya, di antaranya adalah dengan memberikan jaminan perlindungan dan peningkatan kualitas ilmu. Islam juga memiliki mekanisme yang rapi dalam memperlakukan guru karena guru adalah salah satu pihak yang berkontribusi besar dalam sistem pendidikan. Adapun mekanisme yang diberikan oleh negara Islam untuk dunia pendidikan, di antaranya:

Pertama, memberikan gaji yang besar dan memberikan jaminan keamanan ketika melaksanakan tugas. Dr. Rudhaifullah Yahya Az-Zahrani di dalam kitab An-Nafaqat wa Idaratuha fid Daulatil Abbasiyyah menyebutkan bahwa pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid, gaji tahunan rata-rata untuk pendidik umum mencapai 2.000 dinar, periwayat hadis dan ahli fikih mencapai 4.000 dinar. Diperkirakan, saat ini mencapai sekitar Rp1.500.000 per gram dan berat satu dinar sama dengan 4,25 gram emas. Pada saat itu gaji guru mencapai Rp12,75 miliar per tahun, pengajar Al-Qur’an dan hadis mencapai Rp25,5 miliar per tahun.

Selain itu, Az-Zahrani juga menyebutkan bahwa seorang ulama yang ilmunya makin tinggi, maka gajinya makin besar. Imam Al-Waqidi, ulama ahli Al-Qur’an dan hadis paling masyhur pada masanya, gajinya mencapai 40.000 dinar atau setara Rp255 miliar pertahun.

Kedua, melalui sistem ekonomi Islam yang menjamin pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, termasuk makanan, pakaian, dan tempat tinggal dengan harga terjangkau. Begitu pula dengan layanan kesehatan, pendidikan, dan keamanan tersedia gratis sehingga guru bisa fokus dan pada tugasnya hanya mendidik murid.

Ketiga, negara memastikan dan menguji calon guru yang berkualitas. Guru tidak hanya sekadar pengajar, tetapi juga sebagai pendidik generasi. Kejayaan Islam ditentukan oleh para guru. Mereka haruslah orang-orang yang bertakwa, berakhlak mulia, cerdas, profesional, memiliki skill mendidik, dan berkepribadian Islam.

Keempat, negara menerapkan kurikulum pendidikan berbasis akidah Islam yang bertujuan mencetak generasi berkepribadian Islam, yakni orang-orang yang bertakwa sekaligus cerdas, baik dalam tsaqafah Islam maupun sains teknologi. Para guru akan difasilitasi secara gratis untuk meningkatkan kualitasnya melalui pendidikan, pelatihan, diskusi ilmiah, penelitian, buku, dan sarana prasarana penunjang lainnya sehingga kualitas guru bisa dipertanggungjawabkan.

Negara Islam akan memastikan semua pihak yang terkait dengan pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan negara senantiasa bersinergi dengan baik. Tiga pilar ini, menjalankan tugas masing-masing dengan baik sesuai harapan Islam. Negara mendukung peran guru bukan hanya pada bidang ekonomi saja, tetapi juga penerapan semua aspek kehidupan. Alhasil, melalui kerja sama ini, pendidikan anak- anak akan berhasil sesuai harapan.

Oleh karenanya, perlu kita sadari bersama bahwa penerapan Islam kafah dalam semua aspek kehidupan akan menjadi solusi tuntas atas permasalahan di dunia pendidikan. Alhasil, negara akan melahirkan para calon pemimpin yang cerdas, bertakwa, serta berkepribadian Islam. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *