Refleksi Hari Guru Dunia: Sudahkah Guru Sejahtera?

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Hessy Elviyah, S.S.
Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com

Banyak hal yang dilakukan negara Islam dalam mendukung peran guru, di antaranya kurikulum berbasis akidah Islam. Fungsi utama pendidikan adalah membentuk kepribadian Islam (syahsiah islamiah), yaitu mempunyai pola sikap dan pola pikir islami. Dengan demikian, kurikulum ini baku dan tidak berubah-ubah.

CemerlangMedia.Com — Setiap 5 Oktober rutin diperingati sebagai Hari Guru Sedunia. Peringatan ini bukan sekadar perayaan tanpa arti, tetapi juga mengenang jasa para guru serta melihat kesejahteraan hidup yang dijalani saat ini setelah berkontribusi besar terhadap bangsa.

Tidak dapat dimungkiri, peran strategis guru dalam membangun negeri sangat layak untuk diapresiasi. Peran guru bukan hanya mengajar, tetapi juga sebagai inspirator dan pilar pembangunan bangsa. Oleh karenanya, guru patut diberikan perhatian lebih agar dapat maksimal menjadi pendidik, misalnya mendengarkan keluh kesah atau suaranya. Ini karena merekalah yang secara langsung menyiapkan generasi muda penerus bangsa.

Berkaitan dengan suara guru, pada tema Hari Guru Sedunia, UNESCO mengusung “Valuing Teacher Voices: Towards a New Social Contract for Education” yang artinya, Menghargai Suara Guru: Menuju Sosial Baru untuk Pendidikan. UNESCO melalui laman resminya menjelaskan akan menekankan peran guru untuk membentuk masa depan pendidikan serta memasukkan perspektif mereka ke dalam kebijakan dan pengambilan keputusan (Tirto.id, 27-09-2024).

Tema tersebut dianggap penting untuk menyoroti suara guru, sebab suara para guru sangat diperlukan agar mereka dapat memberikan pembinaan dan memanfaatkan potensi terbaik dari setiap anak didiknya. Di samping itu, suara guru merupakan jembatan yang menghubungkan generasi penerus bangsa dengan peradaban yang akan datang.

Kehidupan Guru Saat Ini

Sebagaimana diketahui, peran guru bukan sekadar dituntut untuk memahami materi pelajaran secara mendalam kemudian ditransfer ke anak didiknya di dalam kelas. Lebih dari itu, peran guru adalah menjadi fasilitator yang mampu memotivasi dan menginspirasi anak didiknya. Guru juga berperan untuk menemukan bakat, minat, dan tujuan hidup siswa.

Namun, dengan peran yang mulia ini, guru di Indonesia sepertinya masih kurang mendapatkan perhatian dari negara. Guru dihadapkan pada persoalan tekanan hidup yang berat, misalnya gaji yang tidak mampu menyejahterakan. Kadang kala guru melakukan pekerjaan sampingan untuk menopang hidup. Banyak pula oknum guru yang rela terjebak pada utang ribawi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan ekonomi yang membelit ini dapat menyebabkan guru tidak fokus untuk mendedikasikan dirinya sebagai pendidik.

Di samping itu, kurikulum yang membingungkan serta tugas administrasi selain mengajar banyak menyita waktu guru. Seringnya pergantian kurikulum membuat guru dituntut untuk cepat beradaptasi dengan kurikulum baru yang berlaku. Tak ayal, guru hanya berfokus pada teknik mengajar, tanpa memedulikan output generasi. Sementara hasil perubahan kurikulum tidak terlalu signifikan mengubah karakter siswa. Alhasil, siswa tidak lebih hanya sebagai kelinci percobaan kurikulum.

Begitu pula sosoknya. Saat ini, guru seolah tidak dihargai sebagaimana mestinya. Guru hanya dilihat sebagai faktor produksi mendidik anak. Tidak jarang, banyak orang tua siswa atau bahkan siswanya sendiri berlaku tidak hormat kepada guru. Bahkan, banyak ditemui di media sosial, orang tua melaporkan guru anaknya ke pihak kepolisian, sebab tidak terima atas hukuman yang diberikan oleh guru.

Demikian pula, jerat sekularisme membuat guru kehilangan jati diri. Guru yang seharusnya digugu dan ditiru, saat ini banyak melakukan tindakan fatal. Beberapa oknum guru nekat melakukan kekerasan kepada siswanya, baik fisik maupun s3ksual, bahkan sampai mengakibatkan siswanya meregang nyawa.

Demikianlah kondisi guru yang makin memprihatinkan. Banyak persoalan yang harus dibenahi agar guru lebih maksimal lagi mendidik generasi muda. Bagaimanapun, guru adalah ujung tombak pendidikan.

Guru dalam Islam

Dalam Islam, guru merupakan pendorong utama perubahan. Tidak heran jika negara Islam banyak melahirkan cendekiawan dari tangan dingin guru. Di dalam negara Islam, guru tidak hanya mampu mencetak murid yang berilmu tinggi, tetapi juga berakhlak dan beriman tinggi.

Para ilmuwan yang lahir dalam negara Islam benar-benar mendedikasikan ilmunya kepada umat, bukan berorientasi pada materi. Mereka mampu mengimbangi kehidupan dunia dan akhirat secara proporsional.

Demikian pula tentang kesejahteraan guru. Pada masa Kekhalifahan Umar bin Khattab, gaji guru mencapai 15 dinar. Wakala Induk Nusantara mencatat bahwa 1 Dinar sama dengan Rp2.258.000. Hal ini berarti pada masa Khalifah Umar bin Khattab, gaji guru setara dengan Rp33.870.000. Sungguh penghargaan luar biasa yang diberikan negara kepada pendidik.

Banyak hal yang dilakukan negara Islam dalam mendukung peran guru, di antaranya kurikulum berbasis akidah Islam. Fungsi utama pendidikan adalah membentuk kepribadian Islam (syahsiah islamiah), yaitu mempunyai pola sikap dan pola pikir islami. Dengan demikian, kurikulum ini baku dan tidak berubah-ubah.

Hal ini tentu tidak akan membuat guru kebingungan menerapkan kurikulum pendidikan. Sebab, konsep dan tujuannya jelas sehingga memudahkan guru untuk mengimplementasikan materi pembelajaran.

Di samping itu, negara juga memfasilitasi sekolah dengan sarana dan prasarana yang lengkap sesuai dengan kebutuhan. Hal tersebut dibiayai negara dengan menggunakan baitulmal yang pemasukannya sudah terkonsep sesuai syariat.

Demikianlah Islam menjadikan guru sebagai sosok yang penting dalam menyiapkan generasi muda. Segala hal diperhatikan, baik dari kesejahteraan ekonomi maupun perangkat belajar mengajarnya. Hal demikian akan dijumpai ketika Islam diterapkan secara kafah di muka bumi. Oleh karenanya, kesejahteraan guru hanya bisa dicapai ketika Islam memimpin dunia. Wallahu a’lam. [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *