Refleksi Tren YONO: Menghidupkan Semangat Kesederhanaan ala Rasulullah

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Devy Rikasari

Apabila mengkaji Islam secara menyeluruh akan didapati bahwa Islam sebenarnya lebih maju dibanding peradaban yang ada saat ini. Gaya hidup yang baru tren hari ini ternyata sudah diperintahkan ribuan tahun lalu, bahkan telah dipraktikkan oleh para pendahulu kita.

CemerlangMedia.Com — Di awal 2025 ini, ada suatu tren gaya hidup baru yang menggeser tren sebelumnya, yaitu YOLO (You Only Live Once) dan FOMO (Fear of Missing Out). Kedua tren sebelumnya cenderung menjerumuskan pelakunya pada gaya hidup konsumtif dan boros.

Sementara YONO yang kini sedang naik daun sangat berbeda 180 derajat. YONO (You Only Need One) yang berarti “Kamu Hanya Butuh Satu”. Tren ini hadir untuk mengarahkan orang-orang kepada gaya hidup yang hanya berfokus pada kebutuhan yang esensial, benar-benar penting, dan dibutuhkan.

Gaya hidup ini juga memandu orang-orang untuk berfokus pada kualitas dibandingkan kuantitas. Dengan kata lain, YONO mengharuskan pengikutnya untuk mengeluarkan uang dengan kesadaran penuh atau mindful hanya untuk memenuhi kebutuhan, bukan keinginan. Gaya hidup ini juga mirip dengan minimalisme (thephrase.id, 26-1-2025).

Dampak YONO

Menurut Pengamat Psikososial dan Budaya Endang Mariani, tren YONO memiliki dampak positif dan negatif. Di antara dampak positifnya, yaitu dapat mengurangi budaya konsumtif, memperkuat kesadaran akan perlunya berhemat, dan mengurangi pemborosan atau belanja impulsif (tampang.com, 10-1-2025).

Meski memiliki dampak positif, penerapan YONO juga dapat memengaruhi perekonomian secara keseluruhan, seperti penurunan konsumsi barang. Hal ini dapat berdampak pada penurunan pendapatan di sektor perdagangan dan industri. Oleh karena itu, perlu ada manajemen yang bijak agar dampak negatif ini dapat diminimalkan.

Sebagai sebuah tren, tentunya YONO sangat relevan dengan kondisi saat ini. Harga kebutuhan melambung tinggi, sedangkan pemasukan cenderung tetap. Oleh karena itu, perlu pengelolaan uang yang bijak agar tidak terjadi “besar pasak daripada tiang”.

Akan tetapi, bagi seorang muslim, standar perbuatan harus dikembalikan kepada hukum syarak, bukan kepada manfaat. Selain tidak bersifat langgeng, standar manfaat akan bersifat subjektif karena sesuatu yang dianggap bermanfaat oleh sebagian orang bisa jadi tidak bermanfaat oleh sebagian yang lain.

Begitu pun, apa yang dianggap relevan untuk saat ini belum tentu relevan di masa mendatang. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk melihat bagaimana perspektif Islam terkait tren YONO.

Prinsip Kesederhanaan dalam Islam

Jauh sebelum tren YONO berkembang, Islam telah memperkenalkan gaya hidup sederhana. Hal ini dapat dilihat dari beberapa ayat Al-Qur’an berikut.

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ

“Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS Al-A’raf: 31).

وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا

“Dan, orang-orang yang apabila berinfak tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir. (Infak mereka) adalah pertengahan antara keduanya.” (QS Al-Furqan: 67).

Bahkan dalam hal berwudu saja, Islam melarang berperilaku boros, sebagaimana sabda Nabi saw. berikut,

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِسَعْدٍ وَهُوَ يَتَوَضَّأُ فَقَالَ مَا هَذَا السَّرَفُ فَقَالَ أَفِي الْوُضُوْءِ إِسْرَافٌ قَالَ نَعَمْ وَإِنْ كُنْتَ عَلَى نَهَرٍ جَارٍ (رواه ابن ماجه وأحمد)

Dari Abdullah bin ‘Amru berkata, Rasulullah Saw. melewati Sa’d yang sedang berwudu, lalu beliau bersabda, “Kenapa berlebih-lebihan?” Sa’d berkata, “Apakah dalam wudu juga ada berlebih-lebihan?” Beliau menjawab, “Ya, meskipun engkau berada di sungai yang mengalir.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad).

Masyarakat Islam pada masa Rasulullah saw. benar-benar menerapkan prinsip hidup sederhana ini dalam konteks sosial dan ekonomi. Hal ini dapat dilihat dalam kitab-kitab sirah, bagaimana sikap zuhud para sahabat Nabi saw.. Meskipun memiliki harta berlimpah, tetapi mereka tidak memilih gaya hidup mewah, melainkan hidup dengan penuh kesederhanaan. Akan tetapi, dalam hal pembelanjaan harta untuk kepentingan Islam dan kaum muslimin, mereka sangat jor-joran.

Keteladanan dalam Islam

Rasulullah saw. dan para sahabatnya juga telah mencontohkan pola hidup sederhana dalam kesehariannya. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah tidak pernah memadukan roti dengan daging saat makan, melainkan jika sedang menjamu tamu.

Dari sisi pakaian, beliau selalu memakai pakaian yang sederhana, bukan yang terbuat dari kain yang halus, bukan pula yang harganya mahal. Pakaian yang paling disenangi Rasulullah saw., yaitu pakaian berwarna putih.

Rumah beliau juga sangat sederhana, hanya terbuat dari tembok bata dengan atap daun kurma yang dikeringkan dan jatuh ke satu sisi. Rumah tersebut hanyalah satu ruangan yang digunakan untuk semua kegiatan dan kamar tidur. Kasur dan bantalnya terbuat dari kulit yang diisi dengan serabut.

Begitu pula perabotan yang ada di rumahnya juga sangat sederhana. Rasulullah saw. tidur dengan beralaskan tikar semata. Juga tidak tampak satu tirai pun yang menghiasi dinding rumahnya karena dianggap sebagai pemborosan. Selain itu, Rasulullah saw. pernah melarang istrinya memasang hiasan dinding, kecuali yang dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt..

Kehidupan sederhana pun dapat disaksikan dalam kehidupan para sahabat Nabi saw., di antaranya sahabat Umar bin Khattab, ra.. Sejak masuk Islam, kehidupan Umar ra. begitu sederhana. Untuk tidur siang saja, ia hanya beralaskan tikar dan batu bata di bawah pohon kurma.

Kesederhanaan juga ditanamkan oleh Umar ra. kepada pasukan Islam saat ia menjabat sebagai khalifah. Ketika ia melihat tentara Islam mengenakan baju yang mewah saat berhasil merebut kembali Baitulmaqdis, Umar ra. sempat marah. Akan tetapi, ketika pasukan tersebut menjelaskan bahwa pakaian tersebut dapat menahan tikaman dari senjata musuh, Umar ra. tidak jadi marah dan mengizinkan pasukannya tetap menggunakan pakaian tersebut.

Hidup Sederhana Hanya karena Allah Swt.

Masih banyak ayat Al-Qur’an maupun hadis yang memerintahkan untuk hidup sederhana dan melarang perilaku boros. Akan tetapi, sebagai muslim, alangkah baiknya jika kita melakukan itu semua bukan sekadar mengikuti tren, melainkan karena didorong oleh dorongan iman.

Dengan dorongan iman ini, seorang muslim akan bersikap hemat dan sederhana serta menjauhi sikap boros secara terus-menerus. Ia tidak akan terjebak pada tren sesaat yang mungkin saja berubah. Seorang muslim akan menerapkan pola hidup sederhana dan menjauhi sikap boros karena niat yang ikhlas Lillahi Taala sebagai bagian dari upaya mendekatkan diri kepada Allah Swt..

Niat ini pula yang akan menentukan motif dari suatu perbuatan. Umar bin Khattab meriwayatkan dari Rasulullah saw., “Sesungguhnya amal perbuatan itu diiringi dengan niat dan sesungguhnya bagi setiap insan akan memperoleh menurut apa yang diniatkan.” (HR Bukhari dan Muslim).

Sulthanul Aulia Syekh Abu Hasan Asy Syadzii menjelaskan maksud dari hadis tersebut bahwa niat harus ada dalam setiap amal perbuatan yang akan dikerjakan oleh insan atau suatu persoalan yang hendak ditinggalkan. Selain itu, dengan meluruskan niat akan menjadi jaminan bahwa perbuatan tersebut diterima sebagai amal ibadah.

Khatimah

Demikianlah, apabila mengkaji Islam secara menyeluruh akan didapati bahwa Islam sebenarnya lebih maju dibanding peradaban yang ada saat ini. Gaya hidup yang baru tren hari ini ternyata sudah diperintahkan ribuan tahun lalu, bahkan telah dipraktikkan oleh para pendahulu kita.

Selain itu, dapat juga disaksikan bagaimana seorang pemimpin dalam Islam sangat berpengaruh dalam menanamkan pola hidup sederhana. Akan tetapi, apabila pembelanjaan atau penggunaan suatu produk itu ditujukan untuk kepentingan kaum muslimin dan kemenangan pasukan dalam jihad, maka pemimpin (khalifah) tidak bersikap pelit. Wallahualam bissawab. [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *