Oleh: Siombiwishin
(Aktivis Perempuan)
Wanita itu ibarat air dalam peradaban. Apabila ia baik, maka akan baik pula seluruh peradaban. Apabila ia rusak, maka rusak pula seluruh peradaban.
CemerlangMedia.Com — Trauma psikis menimpa T, seorang remaja 13 tahun asal desa Kalianget Timur, Kabupaten Sumenep. Ia dic*buli oleh oknum PNS berinisial J yang tidak lain adalah kepala sekolahnya sendiri. Miris, dengan dalih penyucian diri, penc*bulan yang terjadi justru direncanakan oleh E, ibu kandung korban. Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti mengatakan, kepala sekolah dan ibu korban telah diamankan anggota Rsmob Polres Sumenep pada Kamis (29-8-2024) (kumparan, 01-09-2024).
Potret Buram Para Ibu
Ibu yang seharusnya menjadi pendidik utama dan pertama, justru melakukan kekejian luar biasa. Ini menunjukkan, matinya naluri keibuan nyata adanya. Hal ini menambah panjang deretan potret buram rusaknya pribadi ibu.
Terlebih lagi, masih menjamurnya kepercayaan tentang ritual-ritual di luar nalar yang justru berujung tindak kriminal, menunjukkan adanya kerusakan akidah yang cukup parah dalam masyarakat. Fenomena ini juga menunjukkan adanya persoalan sistemis dan bukti kegagalan sistem yang diterapkan, khususnya sistem pendidikan yang berlaku.
Tujuan pendidikan dalam sistem kapitalisme sekuler lebih berfokus mencetak SDM yang siap memasuki dunia industri, termasuk para wanita. Mereka disiapkan untuk mempunyai kemampuan yang akan digunakan dalam ranah kerja, sesuai keterampilan dan kecakapan yang mereka miliki.
Berbekal ide kesetaraan gender, para wanita terdorong untuk memiliki kemampuan yang setara dengan pria, menyamakan berbagai peran untuk berkontribusi dalam membangun ekonomi pribadi, keluarga, bahkan negara. Tak ayal, para wanita saat ini cenderung tidak siap menjalankan perannya sebagai istri, ibu, dan pendidik bagi anak-anaknya.
Pendidikan sekuler yang diterapkan juga menjadi faktor yang cukup memengaruhi dalam menciptakan SDM minim iman. Pelajaran agama tidak diberikan porsi yang besar untuk turut andil dalam mengisi perkembangan kepribadian generasi.
Akibatnya, generasi yang terbentuk didominasi oleh mereka yang minim budi pekerti. Tidak adanya rasa takut kepada Allah dan kesadaran mengenai halal-haram dalam melakukan suatu tindakan membuat generasi saat ini tak jarang kehilangan pengendalian diri, kebenaran pun seolah menjadi bias.
Selain pendidikan di sekolah tidak memberi bekal yang memadai, potret kehidupan di tengah keluarga dan masyarakat tidak memberi pendidikan keluarga ideal. Alhasil, terbitlah generasi ibu-ibu milenial yang minim iman dan minim ilmu pendidikan anak.
Al-Umm Madrasatul Ula
Ungkapan bahwa al-umm madrasatul ula yang berarti ibu adalah sekolah pertama bagi anak merupakan ungkapan yang sudah tidak asing lagi dalam pendengaran kita. Ungkapan yang bermakna bahwa ibu adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.
Ibu adalah sosok yang paling dekat dengan anak. Oleh karena itu, ibu memiliki potensi dan berperan besar dalam proses pengasuhan dan pendidikan anak serta berperan menciptakan lingkungan yang baik bagi tumbuh kembang anak. Potensi dan peran besar inilah yang menjadi salah satu fokus pendidikan Islam dalam membina dan mendidik wanita.
Tujuan inti dari sistem pendidikan Islam adalah membangun generasi yang berkepribadian Islam, selain menguasai ilmu-ilmu kehidupan, seperti perkembangan sains dan teknologi. Pendidikan Islam menjadikan akidah Islam sebagai dasar pemikirannya sehingga output pendidikan yang dihasilkan adalah generasi yang kukuh keimanannya dan mendalam pemikirannya.
Peran antara pria dan wanita pun ditakar secara proporsional. Para wanita dapat menikmati naluri keibuan yang ada dalam dirinya, juga dapat menjalankan tugas utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Supaya seorang wanita dapat menjalankan peran mulia ini, maka sistem pendidikan Islam mempersiapkan beberapa hal, antara lain:
Pertama, persiapan batin. Seorang wanita akan dibekali dengan ilmu akidah yang benar, seperti menyadari terkait eksistensi Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan menguasai segala aspek kehidupan. Menumbuhkan rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya sehingga dapat mendidik anak-anaknya dengan akidah Islam yang benar dan tidak akan mudah terperdaya oleh ritual-ritual anomali yang tidak berdasar, terlebih sampai menjadikan anak sebagai korban ritual tersebut.
Kedua, persiapan ilmu. Untuk menjadi seorang ibu, salah satu persiapan yang tidak kalah penting adalah persiapan ilmu, antara lain ilmu yang berkaitan dengan parenting maupun tsaqafah Islam yang akan menunjang pendidikan akhlak dan budi pekerti bagi anak.
Ketiga, persiapan jasmani. Sistem pendidikan Islam juga sangat memperhatikan kesehatan jasmani seorang wanita sebelum memutuskan untuk menikah. Seorang wanita dididik untuk menjaga kesehatan fisiknya, mulai dari menjaga pola hidup sehat sampai menjaga pergaulan antara pria maupun wanita agar tidak menimbulkan berbagai penyakit yang berbahaya nantinya. Hal ini sangat berguna dalam menjalankan peran domestik seorang wanita nantinya.
Demikian, betapa sistem pendidikan Islam sangat memedulikan wanita. Pendidikan dalam Islam tidak akan membiarkan naluri keibuan wanita dirampas, dibunuh oleh hal-hal yang dapat mengaburkan peran utama seorang wanita. Sebab, wanita itu ibarat air dalam peradaban. Apabila ia baik, maka akan baik pula seluruh peradaban. Apabila ia rusak, maka rusak pula seluruh peradaban.
Wallahu a’lam [CM/NA]