Oleh: Hessy Elviyah, S.S.
Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com
Harus disadari, moderasi beragama adalah bagian dari agenda global untuk melemahkan akidah umat Islam agar mudah menerima sistem kapitalisme, sekularisme, liberalisme. Suatu program dan menjadi agenda barat untuk melanggengkan hegemoninya di negeri-negeri muslim. Oleh karena itu, iman generasi muda harus dikuatkan agar senantiasa tetap menjaga ideologi Islam kafah dan menolak narasi-narasi yang dapat mengaburkan identitas keislaman mereka.
CemerlangMedia.Com — Di tengah arus modernisasi dan globalisasi, “rumah moderasi” sering kali digaungkan untuk merangkul keragaman. Konsep ini digadang-gadang sebagai jalan tengah untuk meredam ekstrimisme, menjunjung toleransi, dan membangun kerukunan di tengah masyarakat yang plural.
Namun, di balik narasi “indah” ini terselip kegelisahan di kalangan umat Islam. Rumah Moderasi justru dikhawatirkan menjadi alat untuk mengikis nilai-nilai ajaran Islam yang murni. Hal ini lantaran moderasi kerap diartikan sebagai upaya untuk menyesuaikan akidah Islam dengan nilai-nilai liberalisme dan sekularisme.
Lebih mengkhawatirkan lagi, rumah moderasi dibangun di kampus-kampus, tempat kaum intelektual muda menempa diri, salah satunya Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Ya, UB baru saja me-launching “Griya Moderasi Beragama” pada Rabu (11-12-2024).
Rektor UB Prof. Widodo menyampaikan bahwa progam yang digagas oleh pemerintah ini sejalan dengan tujuan dan cita-cita UB dalam membentuk karakter dan civitas akademika yang toleran, moderat, dan memiliki komitmen pada pancasila. Lebih jauh, UB akan mendukung penuh segala program yang dijalankan oleh Griya Moderasi Beragama (Prasetya.ub.ac.id, 13-12-2024).
Sebelumnya, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama Ahmad Zainul Hamdi menyampaikan bahwa Rumah Moderasi Beragama (RMB) mempunyai manfaat besar dalam menciptakan kerukunan beragama. Menurutnya, RMB dapat mencegah potensi-potensi kerawanan terkait isu agama, terlebih RMB didukung oleh civitas akademika yang memiliki kemampuan dan keterampilan beragama (Viva.co.id, 14-11-2023).
Kegelisahan ini makin menjadi karena sering kali dengan dalih toleransi, prinsip-prinsip tauhid terkadang dikaburkan. Identitas keislaman perlahan digerus demi memenuhi standar “kebersamaan” yang mengorbankan kebenaran hakiki.
Ancaman pada Generasi
Generasi muda Islam yang notabene menjadi tumpuan masa depan, kini berhadapan dengan tantangan yang sangat besar. Keteguhan mereka pada akidah Islam diuji dengan narasi-narasi yang mencoba melemahkan iman atas nama “moderat”.
Adanya RMB yang disebut sebagai penanganan terkait isu agama tidak lepas dari pengaruh global, yakni kapitalisme, sekularisme, liberalisme yang telah membentuk cara pandang terhadap agama, termasuk Islam. Dalam kapitalisme, agama sering dilihat sebagai alat kontrol sosial dan menjaga stabilitas pasar. Moderasi beragama dinarasikan untuk meredam resistensi ideologi berbasis agama terhadap sistem ekonomi kapitalistik.
Dengan mendorong konsep toleransi dan kompromi terhadap nilai agama, generasi muda cenderung lebih fokus kepada materialisme, seperti konsumerisme yang menjadi tujuan ekonomi sistem kapitalisme. Moderasi beragama pun diarahkan untuk memastikan agama tidak menjadi ancaman bagi tatanan sistem kapitalisme.
Pendirian RMB menjadi sarana untuk meredam gerakan Islam dalam menyeru perubahan sistemik, termasuk penolakan terhadap ekploitasi ekonomi kapitalisme. RMB seolah alat untuk mereduksi ajaran-ajaran Islam.
Sementara itu, asas sekularisme yang menjauhkan agama dari ranah publik sejalan dengan agenda RMB ini. Sedari awal pembentukannya, RMB menyesuaikan nilai-nilai agama dengan budaya. Narasi ini mengikis nilai-nilai akidah yang sifatnya totalitas terhadap ajaran Islam. Hal ini berisiko membuat generasi muda menganggap bahwa agama hanyalah aspek privat tanpa ada relevansinya terhadap kehidupan ekonomi, politik, dan sosial.
Di samping itu, liberalisme mendorong kebebasan individu yang sering kali bertentangan dengan prinsip penerapan sistem Islam secara menyeluruh. Moderasi beragama cenderung mempromosikan toleransi tanpa batas, bahkan terhadap perilaku yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam. Rumah moderasi menjadi media untuk menguatkan nilai-nilai liberal, seperti pluralisme beragama dan kebebasan berekspresi.
Narasi bahwa semua “agama sama” atau “mengarah ke jalan yang sama” sangat bertentangan dengan akidah Islam. Hal ini lantaran dalam ajaran Islam terdapat keyakinan yang mutlak terhadap keesaan Allah dan Islam adalah jalan keselamatan satu-satunya.
Dampak terhadap Generasi
Moderasi beragama cenderung membuat generasi muda mengabaikan prinsip-prinsip akidah karena beranggapan bahwa nilai semua agama sama. Hal ini berarti bertentangan dengan keyakinan Islam tentang kebenaran mutlak Al-Qur’an dan as-Sunah.
Selain itu, narasi moderasi beragama sering kali mengaburkan pandangan antara yang hak dan batil. Hal ini menyebabkan lemahnya perjuangan untuk membangun kembali peradaban Islam.
Hal lainnya adalah adanya moderasi beragama membawa generasi muda kepada arus liberal. Generasi muda mudah terpengaruh gaya hedonisme dan individualisme sehingga agama hanya dijadikan konsep ritual, bukan panduan hidup yang menyeluruh.
Islam Ideologi
Sejatinya, Islam telah memiliki aturan toleransi yang dapat menjadi pedoman untuk melakukan aktivitas di mana saja, termasuk di dunia kampus. Aturan ini apabila diterapkan akan mampu mewujudkan toleransi tanpa harus menggadaikan akidah.
Toleransi dalam Islam tidak berarti kompromi terhadap prinsip-prinsip Islam. Akan tetapi, toleransi dalam Islam adalah sebagai bentuk penghormatan kepada hak-hak orang lain tanpa mengorbankan keyakinan dan hukum-hukum Islam.
Islam memberikan panduan toleransi yang terukur, adil, dan berdasarkan wahyu dari Allah Swt.. Dalam Islam, non muslim diberikan kebebasan dalam beribadah, menjaga tempat ibadahnya, dan menjalan ajaran agama mereka dalam urusan pribadi selama itu tidak bertentangan dengan hukum publik negara Islam.
Hidup dalam negara Islam meniscayakan terjaminnya hak beragama tanpa adanya paksaan, sebagaimana firman Allah Swt.,
“Tidak ada paksaan dalam menganut agama (Islam).” (QS Al-Baqarah: 256).
Adapun toleransi dalam Islam bukan berarti menerima pluralisme ideologi atau mengakui semua agama benar. Akan tetapi, Islam adalah satu-satunya kebenaran yang mutlak, sebagaimana firman Allah Swt.,
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.” (QS Ali Imran: 19).
Oleh karenanya, narasi yang menyamakan Islam dengan agama lainnya ada narasi sesat dan bertentangan dengan syariat Islam. Untuk itu, negara yang berlandaskan Islam wajib menjamin keamanan warganya, baik muslim maupun non muslim.
Negara wajib memberikan hak-hak rakyat secara adil dan wajib melindungi mereka dari segala yang membahayakan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw.,
“Barang siapa yang membunuh seorang kafir mu’ahad (yang terikat perjanjian dengan kaum muslimin), maka ia tidak akan mencium bau surga.” (HR Bukhari).
Khatimah
Moderasi beragama harus dipahami dan disadari sebagai bagian dari agenda global untuk melemahkan akidah umat Islam agar mudah menerima sistem kapitalisme, sekularisme, liberalisme. Suatu program dan menjadi agenda barat untuk melanggengkan hegemoninya di negeri-negeri muslim.
Generasi muda perlu dikuatkan imannya agar senantiasa tetap menjaga ideologi Islam kafah dan menolak narasi-narasi yang dapat mengaburkan identitas keislaman mereka. Dengan demikian, generasi muda akan menjadi motor penggerak perubahan menuju tatanan masyarakat yang adil berlandaskan akidah Islam. Wallahu a’lam. [CM/NA]